Sedang bersedih karena tak kebagian kuota pendakian Semeru yang sudah habis untuk Desember 2020? Jangan khawatir, karena masih banyak gunung lain di Jawa Timur yang bisa kamu daki. Sebut saja Gunung Penanggungan yang terletak di perbatasan Kabupaten Mojokerto dan Pasuruan.
Gunung ini sempat ditutup akhir Agustus lalu karena kebakaran. Kini, jalur pendakian di Penanggungan telah dibuka lagi. Namun, para pendaki tetap harus menjalankan protokol kesehatan Covid-19, termasuk mengenakan masker dan membawa cadangannya, serta mematuhi aturan lain yang berlaku, seperti membawa pulang sampah, tidak membuat api unggun, tidak membuang puntung rokok sembarangan, dan tidak menyalakan kompor dekat rumput kering.
Setinggi 1.653 meter, gunung ini sendiri sering dipilih banyak pendaki pemula untuk menjajal kemampuan mereka sebelum mendaki Semeru. Pasalnya, medan pendakian di Semeru lebih sulit dengan cuaca yang kadang tidak bisa diprediksi, sehingga tak heran bila banyak pendaki yang kemudian gagal muncak.
Pendakian di Penanggungan pun disebut-sebut mirip Semeru, karena untuk mencapai puncaknya, medannya memiliki tingkat kemiringan sekitar 60 derajat dan pendaki mesti bersusah payah untuk mencapainya. Tak hanya itu, sejak sekitar dua kilometer dari kaki gunung, pendaki bakal menemui medan yang beragam dan menantang dengan berbagai tingkat kemiringan. Belum lagi sejumlah lintasannya pun curam, licin, dan berbatu, sehingga mesti berhati-hati.
Namun, Gunung Penanggungan ini bisa didaki dalam sehari saja. Hal ini terutama menjadi nilai plus bagi para pendaki yang enggan bermalam di gunung, terutama di masa pandemi seperti ini. Untuk mencapai pundaknya, rata-rata waktu yang dibutuhkan adalah empat jam.
Saat ini, jalur pendakian di Penanggungan yang sudah dibuka adalah via Tamiajeng. Lokasi base camp-nya di sisi barat daya Gunung Penanggungan, atau tepatnya di Desa Tamiajeng, Trawas, Mojokerto yang berada di ketinggian 680 meter di atas permukaan laut.
Jalur ini merupakan jalur tersingkat dari jalur pendakian lain di Penanggungan, namun treknya cukup terjal. Total ada empat pos pemberhentian sebelum pendaki tiba di Puncak Pawitra dengan durasi pendakian sekitar tiga jam. Sebelum mendaki, pastikan perbekalan sudah cukup, terutama air, sebab di sepanjang jalur ini tidak ada sumber air.
Dari base camp ke Pos 2, jalur pendakiannya berbatu dan perlahan-lahan menanjak. Kemudian, dari Pos 2, treknya mulai terasa melelahkan karena terus menanjak hingga Pos 3. Di Pos 3 ini biasanya pendaki beristirahat sejenak, sebelum melanjutkan pendakian ke Pos 4 yang medannya semakin menanjak dari sebelumnya dengan jalur yang lumayan licin, terlebih saat musim hujan.
Setelah Pos 4, jalur pendakian tetap menanjak dan berkelok-kelok hingga sampai Puncak Bayangan, pos terakhir sebelum summit di Puncak Pawitra. Di musim kemarau, treknya berdebu, sementara di musim hujan, treknya lebih licin, sehingga wajib berhati-hati saat melaluinya.
Di Puncak Bayangan juga terdapat area terbuka luas yang biasanya dimanfaatkan pendaki untuk mendirikan tenda. Namun, tetap perhatikan kondisi cuaca karena area yang terbuka juga berarti rawan badai.
Setelah beristirahat, kamu dapat melanjutkan pendakian selama sekitar satu jam ke Puncak Penanggungan yang treknya berupa pasir dan bebatuan dan medannya cukup curam. Saking curamnya, beberapa pendaki bahkan harus ngesot saat menuruninya. Setibanya di puncak, kamu dapat menikmati pemandangan gunung-gunung yang ada di sekitar Penanggungan, seperti Arjuno, Welirang, Kawi, Butak, dan bahkan Semeru.
Untuk mencapai base camp ini, kamu bisa naik bus ke Terminal Pandaan dari Terminal Arjosari di Malang atau Terminal Bungurasih di Surabaya. Setibanya, naik angkot jurusan Terminal Pandaan-Trawas dan turun di Pasar Kesiman, kemudian naik ojek hingga sampai base camp. Opsi lainnya adalah naik kendaraan pribadi dengan durasi perjalanan sekitar 1,5 jam berkendara, baik dari Malang maupun Surabaya.
Bila tidak membawa tenda dan perlengkapan lainnya untuk berkemah, kamu bisa menyewanya di base camp Tamiajeng (T. 0812 3215 2477). Untuk mendaki di Penanggungan, kamu juga harus membayar biaya SIMAKSI sebesar Rp10.000 per orang, sementara bila membawa kendaraan, cukup membayar parkir Rp5.000.
Teks: Melinda Yuliani