Dieng Culture Festival (DCF) yang pertama kali digelar pada 2010, merupakan pesta budaya masyarakat lokal sekaligus ajang untuk mempromosikan wisata alam Dieng. Acara tahunan ini identik dengan ruwatan anak rambut gimbal, yaitu upacara sakral yang bertujuan mengusir nasib buruk si anak dan masyarakat Dieng secara keseluruhan.
Anak berambut gimbal merupakan fenomena unik yang sudah ada di Dieng sejak lama. Masyarakat Dieng percaya bahwa anak-anak berambut gimbal merupakan titipan Kyai Kolo Dete, salah seorang punggawa di masa Mataram Islam (sekitar abad 14) yang ditugaskan untuk mempersiapkan pemerintahan di wilayah Datarang Tinggi Dieng.
DCF yang sedianya diadakan pada 6-7 Agustus, mengubah format penyelenggaraan menjadi perhelatan virtual yang digelar pada 16-17 September. Prosesi penyelenggaraan ditayangkan secara gratis melalui akun Facebook, Instagram, YouTube, dan Mice.id. Walau berubah format, DCF tetap menampilkan Ritual Cukur Rambut Gembel, Pentas Seni Tradisional, Webinar, Aksi Dieng Bersih, dan Jazz Atas Awan.
Untuk Ritual Cukur Rambut Gembel, nantinya hanya ada tiga anak yang terlibat, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penerapan jaga jarak aman. Biasanya, penyelenggara DCF mengundang sekitar 10-11 anak tiap tahunnya. Ritual sakral ini mengambil lokasi di rumah pemangku adat, yang nantinya ditayangkan secara langsung kepada penonton di rumah. Acara lain yang dinanti adalah Jazz Atas Awan, walau saat ini pihak penyelenggara baru mengonfirmasi hanya artis-artis lokal yang turut berpartisipasi.
Jazz Atas Awan dapat disaksikan pada 16 September pukul 19:30 hingga 21:30, sedangkan untuk Ritual Cukur Rambut Gembel ditayangkan pada 17 September mulai pukul 08:00 hingga 12:00. Prosesi diawali dengan persiapan ritual, Jamasan Anak Gimbal yang didampingi penampilan seni janen, pencukuran rambut anak gimbal yang didampingi Kesenian Kidungan dan Ngalab Berkah, dan diakhiri dengan pelarungan rambut gimbal.
Teks: Priscilla Picauly
