Tiap Musim Semi, Warga Jepang Melempar Kacang untuk Mengusir Roh Jahat

Tidak ada yang mengetahui persis berapa banyak festival (matsuri) yang digelar di Jepang dalam setahun, namun diperkirakan ada sekitar 200.000 festival yang diadakan secara rutin. Perkiraan ini berdasarkan jumlah kuil di Jepang (sekitar 190.000 bangunan), yang biasanya menjadi tuan rumah berbagai penyelenggaraan festival. Ini belum termasuk festival berskala regional dan nasional.

Sebagai negara empat musim, Jepang mengapresiasi budayanya sepanjang tahun, di mana masing-masing musim memiliki hajatannya sendiri. Di awal tahun yang identik dengan Haru Matsuri (Festival Musim Semi), warga Jepang larut dalam sukacita di festival melempar kacang kedelai atau yang dikenal sebagai Setsubun.

Kacang Keberuntungan

Sama seperti perayaan Tahun Baru Imlek, festival Setsubun dimaknai sebagai awal yang baru. Inilah kesempatan untuk menyingkirkan roh jahat yang membawa penyakit dan mencegah datangnya keberuntungan.

Lalu, bagaimana cara mengusir roh jahat tersebut? Dengan melemparkan kacang kedelai. Bukan sembarang kacang, warga Jepang memilih kacang kedelai panggang yang disebut fuku mame (kacang keberuntungan), yang nantinya akan dilempar keluar pintu ke arah roh jahat.

Sebagai kacang keberuntungan, tidak hanya dilempar untuk mengusir roh jahat, warga biasanya akan memakan satu kacang setiap tahunnya. Di beberapa daerah, disediakan kacang kedelai tambahan untuk dikonsumsi sebagai lambang kesehatan yang baik di tahun baru. Tradisi makan kacang kedelai diinisiasi pertama kali di wilayah Kansai, baru kemudian mulai dilakoni di wilayah lainnya, ditandai dengan banyak toko yang menjajakan kacang kedelai.

Selebrasi Setsubun 

Setsubun dapat dirayakan di rumah maupun di tempat publik bersama masyarakat lainnya. Jika memilih merayakan tradisi mame maki (melempar kacang) di rumah, biasanya dipilih anggota keluarga laki-laki yang memiliki zodiak hewan yang sama dengan lambang tahun baru dan akan berperan sebagai oni (roh jahat/setan) yang ingin masuk dan menciptakan petaka. Jika tidak ada, ditunjuk anggota keluarga senior (pria) untuk mengenakan topeng setan dan siap menerima lemparan fuku mame.

Sosok oni akan berusaha masuk ke rumah/kamar dan di saat itulah semua orang akan melempar kacang sambil berteriak “keluarlah roh jahat, masuklah keberuntungan”. Setelah roh jahat berhasil diusir, pintu rumah dibanting sebagai simbol telah menyingkirkan hal-hal jahat yang ingin memasuki kediaman/keluarga tersebut.

Jika ingin merayakan Setsubun bersama warga lokal, pejalan dapat mengunjungi kuil lokal untuk mengamati selebrasi Setsubun dari dekat. Anda dapat mendokumentasikan gelaran festival dan menghormati umat yang sedang merayakan Setsubun.

Upacara mame maki diiringi teriakan dan nyanyian “oni wa soto” (keluarlah setan) dan “fuku wa uchi” (datang dalam kebahagiaan). Kini, festival Setsubun sudah dibalut unsur modern, di mana acara mendapat sponsor dan disiarkan di televisi dengan penampilan atraksi sumo dan menghadirkan selebriti. Selain kacang kedelai, juga dilemparkan permen, amplop berisi uang, dan hadiah kecil untuk menarik atensi penonton.

Teks: Priscilla Picauly

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here