Tak Sekadar Penghasil Kopi, Bajawa Juga Punya Desa-desa Tradisional Suku Ngada

Pernah mendengar nama Bajawa? Atau barangkali mengenali namanya karena merupakan penyuka kopi? Ya, Bajawa merupakan salah satu wilayah penghasil kopi di Flores yang sudah terkenal ke mancanegara.

Namun, pesona ibu kota Kabupaten Ngada ini tak sampai di situ. Bajawa yang terletak di dataran paling tinggi di Flores ini memiliki banyak desa tradisional. Merupakan pusat orang-orang asli Ngada, Bajawa adalah tempat paling pas bagi yang ingin menjelajah desa-desa tradisional di Flores yang dipenuhi budaya unik, dan tentu saja, masyarakat adat yang selalu menerima tamu dengan tangan dan hati yang terbuka.

Berada di sini, pastikan kunjungan ke tempat-tempat berikut ini.

Desa Bena

Terletak sekitar 19 kilometer ke arah selatan Bajawa, desa ini berada di puncak bukit yang menyajikan pemandangan Gunung Inerie yang menakjubkan. Terdiri 40 buah rumah yang berderet dari utara ke selatan, pemukiman ini sengaja dibiarkan sesuai kontur asli tanah yang berbukit.

Jika diperhatikan secara saksama, bentuk desa tradisional ini menyerupai perahu karena menurut keyakinan animisme yang masih dipercaya masyarakatnya (walau mereka penganut Katolik), perahu merupakan wahana bagi arwah yang menuju keabadian. Kapal juga merupakan lambang perjuangan nenek moyang warga Desa Bena yang datang dari Tiongkok Selatan naik perahu sampai ke perairan Nusa Tenggara.

Di tengah desa terdapat bangunan yang disebut Bhaga dan Ngadhu, di mana Bhaga merupakan pondok kecil tanpa penghuni, sementara Ngadu berupa bangunan bertiang tunggal dan beratap ijuk yang berfungsi sebagai rumah komunal untuk warga berkumpul saat acara-acara penting.

Desa Wogo

Desa di timur Bena ini menawarkan budaya Ngada yang masih kental. Tersembunyi di balik kabut, Desa Wogo kerap menciptakan suasana dan atmosfer yang misterius. Telah dihuni sejak 1932, ketika itu warga meninggalkan tempat mereka yang lama dan memutuskan pindah sejauh satu kilometer.

Selain Bhaga dan Ngadu, di Desa Wogo juga terdapat batu altar yang disebut Ture Lenggi dengan batu datar menandakan perempuan, sementara batu yang tegak menandakan laki-laki. Batu-batu ini digunakan pada saat upacara adat dan kurban. Dalam berbagai upacara adat, warga desa duduk di dalam rumah menurut jenis kelamin dan status sosial.

Pemandian Air Panas Mengeruda

Berada di Soa, 23 kilometer dari pusat kota Bajawa, pemandian air panas Mengeruda adalah tempat yang selalu dimasukkan ke dalam itinerary perjalanan overland Flores oleh para operator wisata, sehingga di sekitar tempat ini pun telah ramai dikelilingi warung-warung yang menyajikan mi, kopi, teh, makanan ringan, dan buah-buahan.

Pemandian yang dipercaya dapat mengobati penyakit kulit ini memiliki beberapa kolam yang diperuntukkan khusus bagi turis. Jika ingin menikmati sumber air panas dengan pemandangan yang masih alami, pengunjung harus berjalan kaki sedikit lebih dalam memasuki hutan.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here