Kawah Ijen Kembali Beroperasi, Pengunjung Wajib Taati Protokol Kesehatan

Kawah Ijen – danau kawah terbesar di Jawa yang terentang di tiga kabupaten, yakni Bondowoso, Situbondo, dan Banyuwangi – telah kembali beroperasi mulai akhir pekan lalu. Pembukaan ini dilakukan setelah simulasi dan evaluasi penerapan protokol kesehatan Covid-19 di tempat wisata tersebut.

Menurut Kepala Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) V Jember R Tjahjo Widodo, pembukaan kembali Kawah Ijen tetap wajib menerapkan protokol kesehatan selama pandemi Covid-19 sesuai yang tertera dalam Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Kasus baru Covid-19 yang terus meningkat tiap harinya memaksa kegiatan pariwisata di kawasan tersebut terhenti sejak 16 Maret lalu. Pembukaan kembali kawah tersebut diikuti dengan pembukaan kembali tempat-tempat wisata lain di Indonesia, yang tetap berjalan sesuai rencana meskipun pandemi corona masih belum mereda.

Tjahjo mengatakan pemerintah Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso telah mengirim tim untuk memantau pembukaan kembali dan memastikan bahwa semua kegiatan wisata memenuhi standar pencegahan Covid-19.

Sebelum pandemi, Kawah Ijen dapat menarik sekitar 500 pengunjung setiap harinya. Jumlah tersebut bisa meningkat hingga 4.000 pengunjung selama musim liburan panjang.

Kawah Ijen terutama terkenal dengan fenomena Blue Fire, yang menjadi salah satu atraksi favorit pelancong maupun pemburu foto di Jawa Timur. Fenomena penguapan belerang ini, di mana gas yang keluar dari tanah bila bertemu oksigen akan tampak seperti api biru, hanya terjadi di dua tempat di dunia, yakni Indonesia dan Islandia, serta tak selalu terlihat sepanjang hari.

Baca juga: Tip Berburu Api Biru di Kawah Ijen

Untuk mencapainya, wisatawan mesti trekking selama sekitar dua jam hingga tiba di puncak. Setelah matahari terbit, api biru ini bakal memudar dan berganti dengan keindahan Kawah Ijen yang airnya berwarna hijau toska. Hal menarik lainnya dari perjalanan ke Ijen adalah pertemuan dengan para penambang belerang yang memanggul beban hingga 80 kilogram turun-naik gunung.

Pandemi Covid-19 telah menyebabkan pariwisata Indonesia menderita karena akses transportasi yang masih sulit dan banyak tempat wisata masih belum beroperasi. Pemandu wisata lokal dan pelaku bisnis yang mengandalkan kedatangan wisatawan pun terpaksa kehilangan sebagian besar pendapatan mereka.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here