Sama Meriahnya Seperti Songkran, Kamboja Juga Merayakan Festival Air

Tidak hanya Thailand yang meriah dengan Songkran, negara tetangganya Kamboja, juga memiliki tradisi unik setiap tahunnya, yaitu Bon Om Touk. Saat purnama di bulan Kadheuk tanggal 12 (sekitar November), Bon Om Touk atau populer sebagai Festival Air Kamboja dirayakan meriah, bertepatan dengan peristiwa unik yang terjadi di Tonle Sap.

Tonle Sap yang Unik

Tonle Sap merupakan danau air tawar terbesar di Asia Tenggara, yang dijadikan biosfer UNESCO pada 1997 karena keanekaragaman hayatinya. Yang unik, aliran air Tonle Sap berubah dua kali dalam setahun. Dari November hingga Mei, aliran air di Tonle Sap akan memasuki Sungai Mekong, bertepatan saat musim kemarau berlangsung di Kamboja. Kemudian saat musim hujan, arus air akan berbalik dari Sungai Mekong ke Tonle Sap.

Peristiwa alam ini menjadi momentum penting bagi warga lokal yang dirayakan dengan tiga hari festival yang meriah dengan balap perahu dan pesta kembang api. Mengingat Tonle Sap merupakan sumber kehidupan warga sekitar selama berabad-abad, tak heran jika Bon Om Touk dirayakan begitu semarak.

Walau kalah populer dari Songkran, Bon Om Touk sesungguhnya sudah berlangsung sejak abad 12, saat Raja Angkorian Jayavarman VII memerintah. Festival Air dirayakan oleh angkatan laut kerajaan sebelum memulai musim menangkap ikan, yang bertujuan agar dewa sungai tetap bahagia serta memastikan panen beras dan ikan melimpah di tahun mendatang. Ada kisah yang beredar seputar perayaan ini, bahwa ini hanyalah strategi raja untuk mempersiapkan angkatan laut untuk berperang. Hal ini mengemuka karena terdapat ukiran batu di Bayon (dekat Siem Reap dan Banteay Chhmar) yang menggambarkan perahu yang terlihat mirip dengan yang biasa digunakan untuk berlomba.

Tiga Upacara Penting

Bon Om Touk tidak hanya perayaan penuh sukacita, tapi juga berkesan sakral mengingat perannya sebagai sumber mata pencarian warga lokal. Ada tiga upacara penting dalam tata acara Bon Om Touk, yaitu:

  • Loy Pratip

Parade fluvial yang diadakan malam hari dan menampilkan perahu-perahu dengan lampu menyala yang menerangi sungai. Biasanya pemerintah setempat akan membiayai kapal-kapal yang digunakan agar tampil maksimal saat Loy Pratip berlangsung.

  • Sampeas Preah Khe

Upacara ini merujuk pada orang Kamboja yang memberi penghormatan pada bulan purnama dan berdoa untuk kesuksesan panen di masa mendatang. Warga Kamboja percaya bahwa bulan purnama adalah pertanda baik untuk panen.

  • Auk Ambok

Upacara penutup yang digelar saat tengah malam dengan mendatangi kuil, lalu berkumpul dan menikmati ambok, yaitu nasi goreng yang dicampur dengan pisang dan kelapa.

Tiga Hari Penuh Sukacita

Biasanya Bon Om Touk dirayakan selama tiga hari dan tidak terbatas bagi warga yang bermukim sekitar Sungai Mekong. Warga Kamboja dari kota-kota lain, bahkan wisatawan asing dapat turut menyemarakkan suasana, terutama saat balapan perahu berlangsung.

Dari tepian, terlihat perahu balap penuh warna menghiasai perairan. Biasanya perahu dicat dengan warna-warna terang dan berukuran besar. Perahu-perahu berukuran masif ini memiliki panjang lebih dari 30 meter dan dapat menampung hingga 80 pendayung. Para pendayung duduk menghadap depan, bukan membelakangi seperti perlombaan perahu pada umumnya. Biasanya terdapat kru wanita berkostum warna-warni yang menari mengikuti irama drum, memberi semangat bagi pendayung.

Selama dua hari pertama, perlombaan dilakukan dengan konsep duel antara dua perahu, namun di hari terakhir, semua perahu yang berpartisipasi akan memenuhi perairan dan beradu cepat. Di malam hari, perayaan dilanjutkan dengan karnaval, pertunjukan musik tradisional, dan tairan. Inilah kesempatan untuk merasakan kuliner lokal sembari menikmati tradisi budaya yang sudah berlangsung selama berabad-abad.

Jika ingin menyaksikan kemeriahan Bon Om Touk, wisatawan dapat bergabung dengan kerumunan yang memenuhi Siswath Quay yang menghadap Sungai Mekong. Ingin menghindari kerumunan, bersantailah di teras bar Foreign Correspondents Club di 363 Sisowath Quay sambil menyesap bir lokal dan menyaksikan keseruan balap perahu.

Teks: Priscilla Picauly

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here