Danau Taman Hidup, Si Cantik nan Misterius

Gunung Argopuro di Jawa Timur mendapat predikat sebagai gunung dengan jalur terpanjang di Pulau Jawa. Dengan rute sepanjang 50 kilometer, dibutuhkan lima hingga enam hari untuk menjelajahi seluruh wilayah pendakian. Tidak heran masih banyak tempat di Gunung Argopuro yang belum diketahui masyarakat. Salah satunya adalah Danau Taman Hidup dengan padang ilalangnya yang indah.

Danau Taman Hidup terletak di lereng sebelah barat Gunung Argopuro. Biasanya, para pendaki akan singgah di tempat ini untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak.

Danau Taman Hidup memang tepat disebut sebagai tempat pelepas lelah. Keindahan alam di danau ini seakan langsung melenyapkan rasa letih dari pendakian yang sulit. Di tepi danau, terdapat padang ilalang yang cukup luas. Ilalang ini tumbuh hingga menyentuh bibir danau, menambahkan warna hijau segar pada permukaan airnya. Padang ilalang ini dengan latar belakang danau dan pepohonan Gunung Argopuro biasanya menjadi spot foto favorit para pendaki.

Sambil duduk-duduk di tepi danau, para pendaki juga bisa coba memancing. Ikan yang didapatkan nantinya bisa dijadikan lauk makan. Tidak perlu khawatir jika kurang beruntung, sudah ada warga setempat yang siap menjual ikan-ikan segar hasil tangkapan mereka.

Menyimpan Kisah Mistis

Di tengah padang ilalang ini, terdapat sebuah dermaga kayu tua dengan jembatan yang memanjang hingga menyentuh tepi danau. Di ujungnya terdapat gubuk kayu beratap seng yang hanya ditopang dengan empat batang kayu. Dermaga ini terlihat sudah reyot dimakan waktu. Beberapa bilah kayunya bahkan sudah hilang hingga meninggalkan lubang-lubang kosong di sepanjang jembatannya. Namun, dermaga tua ini justru menjadi daya tarik tersendiri dari danau ini. Bahkan, bisa dikatakan bahwa dermaga dengan gubuknya ini adalah spot foto wajib ketika berkunjung ke Danau Taman Hidup. Penampilannya yang tua dan reyot menambah kesan mistis dari danau ini. Apalagi ketika kabut turun menyelimuti seluruh permukaan danau dan padang ilalang.

Kabut yang datang tiba-tiba di Danau Taman Hidup bukan hanya menimbulkan kesan mistis, tapi juga sering dikaitkan dengan malapetaka. Menurut kepercayaan, Gunung Argopuro memiliki penunggu bernama Dewi Rengganis. Selama berada di seluruh wilayah Gunung Argopuro, termasuk area Danau Taman Hidup, pendaki harus selalu menjaga ucapan dan tingkah lakunya. Bila melanggar aturan sopan santun di wilayah ini, Dewi Rengganis akan menurunkan kabut tebal beserta hujan badai. Kabarnya, pendaki yang terjebak dalam murka Sang Dewi tidak bisa menemukan jalan keluar dari Gunung Argopuro.

Kisah mistis yang menyelimuti Gunung Argopuro dan Danau Taman Hidup tidak sampai sini saja. Dewi Rengganis dan dayang-dayangnya juga diceritakan kerap menggoda para pendaki untuk menceburkan diri ke danau di malam hari. Oleh karena itu, tidak disarankan untuk mengunjungi Danau Taman Hidup setelah matahari tenggelam. Jika memang harus bermalam di sana, para pendaki sebaiknya mendirikan tenda di padang ilalang yang jauh dari danau. Percaya tidak percaya dengan kisah ini, saran yang diberikan sebenarnya cukup masuk akal. Saat curah hujan tinggi, air kadang meluap hingga menenggelamkan jembatan kayu di tepi danau. Mendirikan kemah di lokasi ini jelas berbahaya, entah bahaya dari kekuatan magis atau kekuatan alam.

Danau Taman Hidup berada di Krucil, Probolinggo, Jawa Timur. Dari pusat kota Probolinggo, jarak yang harus ditempuh sebesar 47 kilometer dalam waktu kurang lebih satu setengah jam. Untuk mencapai danau ini, jalur yang paling pendek untuk diambil adalah melalui jalur Bremi. Dari pos penjagaan Bremi, dibutuhkan waktu kurang lebih enam jam untuk sampai di danau. Karena merupakan detinasi wisata alam liar, tidak ada jam buka resmi maupun tiket masuk. Di sini juga tidak ada warung maupun tempat penyewaan kemah. Jadi para pendaki harus benar-benar memastikan telah membawa semua perlengkapannya sebelum trekking ke tempat ini.

Teks: Levana Florentia | Editor: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here