Kaum Peranakan berasal dari berbagai bagian di Malaysia, seperti Penang dan Malaka, juga mencakup wilayah pesisir Jawa dan Sumatera. Banyak kaum Peranakan yang bermigrasi ke sejumlah wilayah di Asia Tenggara, salah satunya ke Singapura. Wanita dari keturunan Peranakan biasa disebut nyonya, sedangkan kaum prianya disapa babah. Biasanya kepala rumah tangga berada di tangan wanita (nenek), sedangkan kaum pria berperan sebagai pencari nafkah.
Sehari-harinya kaum Peranakan berkomunikasi dalam dua bahasa, yaitu bahasa Inggris dan dialek Malaysia yang menjadi bahasa ibu mereka. Di abad 19, kaum Peranakan memilih mengirim anak-anak mereka ke sekolah convent (dikelola biarawan/biarawati) untuk mempelajari bahasa Inggris, sehingga generasi ini menyerap kultur Eropa dan sebagian menganut ajaran Kristen.
Pejalan dapat mengenal kaum Peranakan dengan mengunjungi museum Peranakan yang terdapat di Singapura dan Penang, yang asing-masing unik dan kaya dengan koleksi barang-barang peninggalan bersejarah yang mengagumkan.
Sejarah Bangunan
Pinang Peranakan Museum merupakan bangunan rumah babah dan nyonya yang didirikan lebih dari seabad yang lalu. Di sebut Hai Kee Chan atau Sea Remembrance, rumah yang didirikan di akhir abad 19 ini pernah menjadi kediaman dan kantor Kapitan Chung Keng Kwee. Setelah ditinggalkan selama puluhan tahun, bangunan ini kemudian direstorasi dan sekarang berdiri sebagai Pinang Peranakan Museum.
Sedangkan Peranakan Museum di Singapura dulunya merupakan gedung sekolah, Tao Nan, yang dibangun pada 1912, merupakan sekolah Hokkien modern pertama yang didirikan di Straits Settlements. Tata ruangan bangunan ini menganut kebijakan Straits Settlement, di mana kamar-kamar ditempatkan di aula tengah, sementara toilet dan dapur ditempatkan di luar bangunan utama.
Tata Ruang Museum
Ada beberapa area penting di Pinang Peranakan Museum, yaitu Main Staircase, tangga utama yang terbuat dari material lokal dan impor, dengan pegangan tangga dari besi cor yang dibuat di Glasgow. Nuansa Eropa terlihat pada desain fleur-de-lis yang menghiasi aksen besinya. Kemudian Dining Hall yang didekorasi dengan mewah menggunakan perabot kayu jati yang bergaya Eropa, juga keramik khas Victorian. Dining Hall difungsikan sebagai tempat untuk menjamu tamu-tamu Eropa babah dan nyonya, yang dilengkapi porselen, gelas, dan perak yang semuanya diimpor dari Eropa.
Terakhir ada Front Hall atau aula utama yang biasanya dipisahkan oleh ornamen pahatan kayu yang menjadi pembatas, juga dipercaya sebagai dinding roh untuk mencegah roh jahat masuk. Ornamen kayu ini juga dijadikan tempat penghuni perempuan untuk mengintip tamu yang datang karena biasanya pengunjung pria tidak akan memasuki area ini.
Di Peranakan Museum, terdapat 10 galeri yang menyajikan berbagai koleksi bersejarah, yang terbagi di tiga level ruangan. Beberapa galeri penting untuk diperhatikan, antara lain Galeri 1-Origins yang menjadi ajang perkenalan dengan budaya Peranakan dan komunitasnya di Singapura, Melaka, Penang, dan daerah lain di Asia Tenggara; Galeri 6-Nonya yang menampilkan koleksi seni dan kerajinan buatan wanita-wanita Peranakan, termasuk deretan kebaya khas yang kerap digunakan pada masanya; dan Galeri 9-Food and Feasting yang dihiasi aneka porselen yang autentik.
Koleksi Menarik
Pinang Peranakan Museum menawarkan lebih dari 1.000 koleksi bersejarah yang memukau, mulai dari jajaran perhiasan, porselen, pernak-pernik kristal, juga mahkota. Semuanya itu terpajang di lemari kaca yang dapat dilihat tiap pengunjung. Masing-masing ruangan pun ditata begitu detil dan mengambarkan suasana serta fungsi masing-masing kamar, sehingga ketika memasukinya, terasa seperti di kamar aslinya pada zaman dulu.
Di Peranakan Museum, pengunjung dapat menyimak kisah pernikahan ala Peranakan yang berlangsung selama 12 hari, di mana prosesi terdiri upacara-upacara penting, seperti Lap Chai (upacara pertukaran hadiah) atau Chiu Thau (upacara transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa). Gambaran prosesi pernikahan dapat dilihat di level dua museum, yang mempertunjukkan ruang pernikahan yang rumit.
Info Museum
Terletak di 29, Church Street, Pinang Peranakan Museum buka dari Senin-Minggu (termasuk hari libur nasional) mulai pukul 09:30 hingga 17:00, dengan tiket masuk 20 ringgit. Sedangkan Peranakan Museum berlokasi di 39 Armenian Street, yang saat ini sedang dalam proses restorasi sejak 1 April 2019 dan akan dibuka kembali sekitar pertengahan 2021.
Teks: Priscilla Picauly