Sulawesi Tenggara tak hanya punya Wakatobi, namun juga ada Labengki di Kabupaten Konawe Utara dengan gugusan pulau karang dan perairan pirus yang seketika mengingatkan akan Raja Ampat. Labengki sendiri terdiri lima pulau besar, yakni Labengki Besar, Labengki Kecil (Kusino), Namira, Tukoh Kulay, dan Mauang, serta pulau-pulau kecil lainnya yang tak bernama. Dari semua pulau tersebut, hanya Labengki Kecil lah yang berpenghuni dengan sekitar 100 keluarga dari suku Bajo. Berikut sembilan alasan untuk di tahun 2019 ini merencanakan perjalanan ke Labengki.
- Masih Sepi Wisatawan
Masih belum banyak yang tahu tempat ini, sehingga tak heran bila mendapati pantai-pantainya yang sepi dan serasa milik pribadi, selain pulaunya pun masih alami dengan perairan jernih yang mengundang untuk direnangi.
2. Miniatur Raja Ampat
Dari puncak salah satu bukitnya yang berada di Teluk Cinta bisa dinikmati panorama gugusan pulau karang yang mengingatkan akan Raja Ampat. Teluk ini dinamai demikian karena bila dilihat dari atas, bentuknya menyerupai hati. Bila ingin menuju puncak bukitnya, pastikan menggunakan sandal atau sepatu khusus untuk trekking, karena bakal melewati medan yang menanjak dengan bebatuan tajam.
3. Cantik di atas dan di bawah laut
Gugusan pulau karang yang menghiasi lanskap Labengki juga memiliki perairan jernih dengan biota laut yang beragam, sehingga tempat ini pun merupakan surga bagi para penyelam.
4. Sunrise dan Sunset Terindah
Selagi di sini, jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan matahari terbit dari puncak bukit di salah satu pulaunya, atau dari mercusuar yang berada di Labengki Kecil. Menara yang didirikan pada masa kolonial Belanda tersebut memang tidak bisa dimasuki, namun karena dibangun di tempat yang cukup tinggi, dari sana dapat terlihat pulau-pulau karang di sekitarnya. Setelah itu, lewatkan hari dengan menyelam maupun memancing (ada banyak jenis ikan yang bisa ditangkap, seperti barakuda, kerapu, kakap merah, dan tuna sirip kuning), sebelum merapat kembali ke salah satu pantainya menjelang senja untuk membakar hasil tangkapan hari itu sambil menyaksikan matahari terbenam yang indah.
5. Membaur dengan Warga Setempat
Selain ramah, penduduknya pun tak segan menawarkan pejalan untuk makan bersama maupun tinggal di rumahnya. Karena merupakan kantung pemukiman warga Bajo, inilah kesempatan untuk mengenal budaya suku laut yang unik ini.
6. Kima raksasa
Hanya di sinilah pejalan dapat menemukan spesies kima terbesar kedua di dunia dengan panjang cangkang mencapai setengah meter. Ada 10 jenis kima yang tercatat di dunia, dengan tujuh di antaranya berada di Asia, sementara tiga spesies lainnya hanya ada di Kepulauan Fiji dan Tonga di Samudra Pasifik, Laut Merah, serta Kepulauan Mauritius. Namun, pada 2011, Tim Konservasi Taman Laut Kima Toli-toli yang melakukan relokasi untuk menyelamatkan kima dari kepunahan di Desa Toli-toli menemukan jenis spesies kima baru. Bagi masyarakat Labengki dan sekitarnya, jenis ini dinamai kimaboe atau kima air karena bila daging kima diambil, akan keluar banyak air dan menyisakan sedikit daging. Dua tahun setelahnya, kima ini ditetapkan sebagai spesies baru dan merupakan spesies kima terbesar kedua di dunia.
7. Flying Fox Terpanjang di Indonesia
Berada di kompleks Kimaboe Lagoon Villa and Cottage, walau terpencil, namun di sini terdapat fasilitas flying fox antarpulau terpanjang di Indonesia (tiket Rp 200.000 per orang sekali luncur). Berdurasi sekitar 50 detik, flying fox ini dilakukan dari ketinggian 450 meter ke Pulau Mauang. Mendarat di Pulau Mauang, kegiatan dapat dilanjutkan dengan snorkeling di perairan sekitarnya atau membeli seafood segar dari nelayan setempat dan membawanya pulang ke resor untuk meminta tolong diolah oleh staf dapur. Sembari menunggu makanan tersebut dihidangkan, pengunjung dapat mendaki jalur trekking di Kimaboe Lagoon Villa and Cottage yang dilengkapi anak-anak tangga untuk melihat panorama dari ketinggian, atau menyusuri perairannya dengan mendayung kayak.
8. Detoks digital
Hanya operator tertentu yang sinyalnya cukup kuat untuk berkomunikasi, sehingga liburan ke sini dapat menjadi detoks dari dunia digital.
9. Kemudahan akses
Labengki menawarkan alternatif liburan dengan akses yang lebih mudah, biaya yang lebih terjangkau, dan panorama yang tak kalah cantik dengan yang ada di Raja Ampat. Dengan akses melalui Kendari, setibanya di Bandara Haluoleo, lanjutkan perjalanan dengan berkendara selama sekitar satu jam menuju Toli-toli, Kabupaten Konawe (dapat sewa mobil sekitar Rp 300.000 untuk dua arah), lalu dilanjutkan naik kapal selama sekitar dua hingga empat jam perjalanan ke Labengki (tergantung cuaca dan jenis kapal).