Meski bukan berasal dari Prancis, namun di jembatan Pont des Arts lah tradisi gembok cinta ini mulai populer dan merambah ke seluruh dunia. Didirikan pada 1801, jembatan ini dipenuhi gembok cinta sejak 2008 lalu, di mana jumlahnya kemudian melonjak drastis hingga lebih dari 700.000 buah pada 2014 dengan berat mencapai 45 ton. Tradisi serupa berlangsung di negara-negara lain di Eropa, dan bahkan di Asia.
Di Roma, misalnya, turis menyematkan gembok cinta di Ponte Milvio sejak 2000-an. Ritual ini terinspirasi oleh novel I Want You karya Federico Moccia yang sukses di pasaran pada 2006 dan diangkat ke dalam film berjudul sama di tahun berikutnya.
Di Fengyuan, Taiwan, gembok cinta dipasang di atas jembatan yang dilalui kereta. Berjuluk Gembok Harapan, warga setempat percaya bahwa medan magnet yang dihasilkan oleh kereta yang lewat di bawah jembatan menciptakan energi besar, sehingga memenuhi harapan yang disematkan di dalamnya. Sementara di Montevideo, Uruguay, orang-orang memasang gembok cintanya di depan air mancur La Fuente de los Candados dengan harapan suatu saat nanti mereka dapat kembali lagi ke tempat tersebut dan cinta mereka abadi selamanya.
Sementara di Indonesia, tren memasang gembok cinta baru dimulai September 2014, ketika pemerintah meresmikan Gembok Cinta di Taman Balai Kota Bandung. Berupa rangka besi dan kawat berbentuk prisma setinggi dua meter, wisatawan lokal pun dapat menikmati serunya memasang gembok cinta tanpa harus ke luar negeri. Instalasi seni serupa juga terdapat di Titik Nol Kilometer Yogyakarta, tepatnya di ujung selatan Jalan Malioboro. Berupa lempengan besi dan baja berwarna cokelat dan merah, terdapat lubang-lubang di tengahnya untuk memasang gembok.
Kontroversi
Tradisi ini ternyata tidak diterima begitu saja, khususnya di Pont des Arts yang mendapat kritikan tajam dari sejumlah pihak. Sebelum dibongkar, sebuah kampanye dan petisi No Love Locks diluncurkan dua orang Amerika yang tinggal di Paris sebagai upaya melindungi monumen bersejarah tersebut. Pemerintah setempat kemudian mengangkat semua gembok pada Juni 2015 karena berpotensi merusak dan merobohkan jembatan Pont des Arts.
Tradisi gembok cinta juga mendapat kritikan dan dibongkar di beberapa tempat lainnya, seperti di Brooklyn Bridge, New York; Hohenzollern Bridge, Jerman; Ponte Vecchio Bridge, Italia; Ha’penny Bridge, Irlandia, dan Southgate Melbourne, Australia. Pemerintah Berlin bahkan telah memberlakukan denda sebesar 35 euro bagi yang tertangkap basah memasang gembok di jembatan. Larangan serupa juga berlaku di Rialto Bridge, Venesia, dengan denda hingga 3.000 euro.
Cinta Abadi
Konon tradisi gembok cinta ini berawal dari kisah cinta sepasang kekasih asal Serbia bernama Nada yang berasal dari desa Vrnjačka Banja dan seorang prajurit bernama Relja. Suatu hari, Relja ditugaskan ke Yunani dan malah jatuh hati dengan wanita setempat. Nada yang patah hati dan tak sanggup melupakan kekasihnya kemudian meninggal dunia. Kisah tragis ini membuat para wanita di Vrnjačka Banja mulai menuliskan nama pasangannya pada gembok dan menempatkannya di jembatan Most Ljubavi (yang berarti Jembatan Cinta) dengan harapan pria yang mereka cintai terlindungi dan cinta yang mereka miliki abadi. Jembatan Cinta sendiri diyakini sebagai tempat Nada dan Relja bertemu pertama kali.