7 Alasan ke Raja Ampat, Surga di Timur Indonesia

Sang Pencipta mungkin sedang bersuasana hati baik ketika menciptakan Raja Ampat. Terdiri 1.500 pulau kecil yang sebagian besar tak berpenghuni dan mengelilingi empat pulau utamanya, yaitu Misool, Salawati, Batanta, dan Waigeo, biota laut di perairan ini jauh lebih beragam dibandingkan tempat-tempat lain di jantung Segitiga Terumbu Karang.

Selagi di sini, jangan lewatkan mengunjungi atau menikmati berbagai hal berikut ini.

1. Desa-desa Wisata

Citra mahal Raja Ampat sedang berusaha dihapus pemerintah daerah setempat dengan semakin giat mengembangkan desa-desa wisata, sehingga pengunjung dapat memiliki alternatif akomodasi yang lebih terjangkau. Selain itu, usaha ini juga memberikan atraksi baru dalam pariwisata Raja Ampat selain alam, karena pengunjung dapat berinteraksi dengan masyarakat setempat. Sedangkan bagi masyarakat Raja Ampat sendiri, pariwisata diharapkan dapat meningkatkan sumber pendapatan dan membuka peluang untuk mata pencaharian baru.

  • Desa Arborek

Berada tak jauh dari situs Manta Point, awalnya desa ini kerap disinggahi para penyelam di sela-sela menyelam di situs yang merupakan area cleaning station manta pari (karena merupakan cleaning station, manta memang hampir selalu terlihat di sini di jam-jam tertentu).

Lama-kelamaan penduduk setempat mulai menjual kerajinan berupa topi dari anyaman pandan hutan sebagai tambahan penghasilan dan beberapa wisatawan pun kemudian mulai menginap di sini, terutama setelah diketahui bahwa di bawah dermaga desa ini pun ditumbuhi koral lunak warna-warni yang kerap didatangi kawanan ikan.

(Akses: selain speedboat, bisa juga naik longboat dari Waisai ke Arborek dengan biaya sekitar Rp400 ribu sekali jalan selama sekitar lima jam)

  • Desa Sawinggrai

Bila ingin melihat cenderawasih, datanglah ke Desa Sawinggrai di Kecamatan Meos Mansar. Ada empat jenis cenderawasih di sini, yakni cenderawasih merah, cenderawasih belah rotan, cenderawasih kecil, dan cenderawasih besar. Untuk mengamatinya, pengunjung mesti mendaki Bukit Manjai Sawinggrai selama 30 menit, dengan waktu terbaik antara pukul 07:00 – 08:00 dan 16:00 – 17:00.

Karena kerap didatangi wisatawan, penduduk kemudian mulai menjual suvenir berupa patung kayu. Dari Waisai, Sawinggrai dapat ditempuh sekitar dua hingga empat jam, tergantung kondisi laut, dengan menumpang perahu warga (sekitar Rp200 ribu per orang) atau menyewa kapal cepat.

  • Desa Yenwaupnor

Di sini terdapat beberapa homestay, yang walau sederhana namun suasananya eksotis karena berupa rumah panggung yang terapung di tepi pantai. Di desa yang dapat diakses selama dua hingga tiga jam dari Waisai ini pengunjung juga dapat melihat atraksi penjantan cenderawasih menari untuk menarik perhatian sang betina, selain snorkeling di hamparan karang yang tak jauh dari pantai, dan tentu saja, mencicipi masakan khas setempat.

  • Desa Sauwundarek

Desa ini memiliki telaga berair asin bernama Yenauwyau yang dianggap keramat karena dihuni seekor penyu putih. Tak banyak orang yang melihat wujud binatang tersebut, sehingga mereka yang dapat melihatnya dipercaya akan bernasib baik.

Sama seperti desa-desa wisata lainnya di Raja Ampat, perairan di sekitar desa ini juga menawarkan keindahan taman laut. Pastikan juga membeli berbagai kerajinan, seperti topi dan tas dari anyaman pandan, agar penduduk setempat semakin menikmati imbas pariwisata.

(Akses: naik kapal dari Waisai ke Sauwandarek selama empat jam seharga Rp400 ribu per orang sekali jalan.)

2. Seni Budaya dan Festival

Jika tidak menghadiri acara istimewa, memang tidak dapat melihat berbagai tarian khas Papua, sehingga bila ingin menikmati sajian budaya Raja Ampat, disarankan datang ketika digelar Festival Raja Ampat (tanggalnya berganti-ganti setiap tahun, dan baru akan diketahui tanggal pastinya beberapa bulan sebelum penyelenggaraan, namun biasanya antara Oktober dan November, ketika perairan Raja Ampat sedang dalam keadaan terbaiknya).

Dalam berbagai acara istimewa, biasanya ditampilkan Tari Suanggi yang bernuansa magis. Tari perang ini melambangkan kepahlawanan dan kegagahan rakyat Papua karena gerakangerakan bersemangat yang diiringi lagu-lagu berirama riang dengan tifa, gong, tambur, gitar, dan seruling.

3. Wayag

Pulau Wayag terletak di Desa Waigeo Barat dan untuk ke sini membutuhkan durasi perjalanan yang panjang. Dari Sorong, perjalanan dapat ditempuh selama lima jam, sementara dari Waisai sekitar enam jam.

Sesampainya di sini, untuk menikmati pemandangan, pengunjung harus mendaki Pulau Karang selama 30 menit melewati jalan yang curam dengan kemiringan hingga 90 derajat, sehingga dibutuhkan stamina ekstra. Setibanya di puncak, gugusan pulau karang yang tertutup vegetasi akan tampak kontras dengan perairan biru yang menjadi ciri khas pemandangan Raja Ampat.

4. Pianemo

Dijuluki sebagai Mini Wayag, Pianemo terletak di barat Pulau Gam dan dapat ditempuh sekitar dua jam naik kapal cepat dari Waisai. Untuk menuju puncaknya, sejak kedatangan Presiden Joko Widodo pada awal Januari 2016, kini pengunjung tidak perlu lagi mendaki tebing karang yang tajam seperti di Wayag.

Di sini telah tersedia 336 anak tangga yang mengarah ke menara kayu yang nyaman untuk menikmati pemandangan sekitar. Dari puncak menara ini tersaji hamparan pulau karang yang menyeruak di permukaan laut tenang.

5. Teluk Kabui

Teluk Kabui berada di antara Pulau Gam dan Waigeo dengan perairan yang dihiasi puluhan pulau karang. Di sini juga terdapat hamparan hutan bakau, di mana paduan akar bakau, koral lunak maupun keras dengan ikan-ikan karang memberikan pengalaman snorkeling yang berkesan. Karena dangkal, terutama ketika air sedang surut, kapal-kapal yang melintas di sini harus mematikan mesin agar baling-baling mesin tidak merusak terumbu karang.

Kabui juga memancarkan aura mistis karena di dinding-dinding tebingnya terdapat serakan tengkorak dan gua-guanya dipenuhi stalagmit dan stalaktit. Tidak disarankan memasuki gua-gua di sini karena beberapa di antaranya terendam air saat pasang.

Bagi penyelam, teluk ini pun menawarkan salah satu situs menyelam terbaik di Raja Ampat, yaitu The Passage. Walau dangkal, situs ini tidak disarankan bagi pemula karena arus yang kuat dan rute penyelaman yang melewati gua-gua gelap.

6. Gua Keramat di Misool

Sebagian warga Misool penganut Muslim dan penyebaran Islam di kawasan ini dapat ditelusuri dari gua yang disebut masyarakat setempat sebagai Gua Keramat yang berada di Teluk Tomolol. Dikelilingi bongkahan batu-batu karang yang bentuknya membuat siapa pun meliarkan imajinasi, ada yang berbentuk hati, putri yang termenung, burung garuda, wajah sepasang manusia yang sedang berpandang-pandangan, dan bahkan kaligrafi kata “Allah”.

Sebelum memasuki gua ini, masyarakat setempat mengucapkan “permisi” karena di sinilah arwah nenek moyang mereka bersemayam. Tidak semua orang, bahkan penduduk Misool sendiri, dapat menemukan gua ini, terutama mereka yang berniat jahat.

Dihiasi stalaktit dan stalagmit di mulut gua, selain dua makam yang dipercaya sebagai penyebar Islam di Misool, yang merupakan pasangan suami istri dari Banda, masyarakat Misool kerap berziarah ke sini, terutama bila akan berangkat menunaikan ibadah haji. Karena kapal tidak bisa masuk, menyusuri gua keramat ini harus dengan berenang.

7. Danau Ubur-ubur Tanpa Sengat

Danau ubur-ubur tanpa sengat tidak lagi hanya terdapat di Palau, Mikronesia, dan Pulau Kakaban, Kepulauan Derawan, karena di Kepulauan Togean dan di Raja Ampat pun belum lama ditemukan danau berekosistem unik ini. Di Raja Ampat, jumlah danau ubur-ubur tanpa sengat ini pun tidak tanggung-tanggung, yaitu lima, namun baru dua yang dapat diakses, salah satunya Lenmakana yang tak jauh dari Misool.

Belum memiliki jalur atau tangga seperti di Kakaban, untuk menuju danau di Lenmakana ini pengunjung harus memanjat batu karang yang tajam dan curam. Dasar danau di Lenmakana cukup dalam, sehingga air tidak akan berubah keruh akibat kayuhan kaki yang mengunakan fins. Karena ubur-ubur ini tidak memiliki pertahanan diri dalam bentuk sengatan, bila ingin menyentuh, sentuh dengan hati-hati dan jangan diangkat keluar dari air.

Perjalanan menuju Raja Ampat sebenarnya tidak sulit, namun memang harus mendedikasikan satu hari sendiri untuk menempuh perjalanan yang ditempuh melalui udara, darat, dan laut.

Perjalanan panjang itu tak terasa melelahkan bila ditemani smartphone modular terbaru dari Motorola, Moto Z2 Play dan Moto Mods – smartphone yang dapat bertransformasi sesuai kebutuhan, sehingga memberikan pengalaman teknologi yang inovatif.

Moto Z2 Play & Moto Mods

Moto Z2 Play dan Moto Mods menawarkan penggunaan smartphone dengan aktivitas berbasis aplikasi. Dengan rancangan unibody full-metal yang tahan banting, Moto Z2 Play cocok untuk kegiatan di luar ruang, selain didukung baterai hingga 24 jam dan Moto Mods (aksesori revolusioner untuk memberikan pengalaman baru dalam menggunakan smartphone).

Seperti Hasselblad True Zoom Camera Mod bagi yang suka memotret menggunakan ponsel, cukup menempelkannya pada Moto Z2 Play, maka ponsel akan menjadi smartphone berkamera dengan lensa zoom optikal 10 kali untuk mengambil foto dan memperbesar objek dari jarak jauh, tanpa mengurangi ketajaman resolusi gambar.

Hasselblad True Zoom menggunakan sensor dengan resolusi 12 MP, serta kecepatan rana maksimal 1/3200 detik untuk merekam video hingga resolusi Full HD (1920 x 1080 piksel) dengan 30 frame per detik.

Mod lainnya adalah JBL SoundBoost Speaker Mod yang membuat pengalaman menikmati musik, film, dan game dengan kualitas audio optimal. Uniknya, tak perlu koneksi Bluetooth untuk terhubung dengan pengeras suara, karena cukup menempelkan JBL SoundBoost ke belakang Moto Z2 Play.

Sedangkan Insta-share Projector Mod mampu menghasilkan gambar hingga 70 inci dan mengatur sudutnya hingga 90 derajat untuk menikmati hasil foto dan video di mana pun selama perjalanan. Moto Z2 Play dengan berbagai fitur dan aksesorinya memang dirancang untuk menjawab berbagai kebutuhan pejalan.

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here