Selandia Baru di Mata Nadine

Kami berbincang dengan Nadine Chandrawinata, Tourism Advocate untuk Tourism New Zealand di Indonesia, yang pada Mei 2017 lalu melakukan perjalanan selama 10 hari ke Pulau Selatan untuk mengeksplor berbagai atraksi menarik dan menjajal aktivitas seru yang memacu adrenalin.

Sebagai Tourism Advocate untuk Selandia Baru, apa yang diharapkan dari Anda?
Mempromosikan pariwisata dengan mengalami langsung dan membagikan pengalaman tersebut kepada masyarakat Indonesia agar tertarik juga mengunjungi Selandia Baru. Apa yang saya rasa, saya alami, saya ceritakan apa adanya.

Pengalaman seru saat di Mount Cook?
Sejak perjalanan ke sananya pun sudah seru, yakni naik ski plane selama 15 menit, yang kalau didaki dapat berhari-hari. Di pesawat, pemandu menjelaskan sejumlah informasi mengenai gunung tertinggi di Selandia Baru tersebut, termasuk sejumlah titik yang baru saja longsor. Saya pernah mendaki, tapi tak pernah berada setinggi itu.

Tip berada di ketinggian?
Oleskan tabir surya. Semakin tinggi gunung, semakin jahat pula paparan sinar mataharinya untuk kulit. Teman-teman saya sempat melakukan tantangan untuk melepas baju selama beberapa saat, dan sepulangnya dari sana, mereka sakit kepala. Hal ini memang tidak disarankan, karena ketika berada di suhu dingin, tubuh mengeluarkan panas, sehingga walau tidak berkeringat, cairan tubuh tetap keluar.

Aktivitas yang paling tak terlupakan?

Skydiving dari ketinggian 15.000 kaki yang tak masuk rencana perjalanan karena cuaca di hari sebelumnya kurang bagus. Di hari saya skydiving, cuaca cerah dan salju yang menutupi daratan membuat pemandangan dari atas sangatlah indah.

Kegiatan ekstrem yang patut dicoba?
Via ferrata di Wanaka. Ayah saya yang ikut dalam perjalanan saya kali itu pun turut mencobanya. Saya rekomendasikan kegiatan ini untuk pemanjat pemula maupun yang takut ketinggian, karena semua perlengkapan dan fasilitasnya membuat peserta merasa aman dan nyaman, selain di beberapa titik pun pemandangannya sangat indah.

Rekomendasikan tiga tempat seru di Selandia Baru bagi yang baru pertama kali ke sana.
Queenstown tak hanya merupakan pusat kegiatan penuh petualangan, namun juga memiliki sederet pilihan tempat belanja unik, mulai dari butik busana vintage hingga toko-toko yang menjual barang khas Selandia Baru. Wanaka cocok bagi penyuka fotografi, karena danau dengan latar pegunungannya menyediakan objek foto yang indah, selain kerap terlihat alpaca merumput. Christchurch menawarkan perpaduan menarik antara sejarah dan budaya kontemporer.

Rekomendasikan tiga tempat bagi yang pernah berkunjung ke Selandia Baru.
Kalau sudah pernah ke Pulau Selatan, saya sarankan ke Utara, yaitu ke Auckland yang walau merupakan kota besar, namun berbagai kegiatan di alam dapat diakses tak lebih dari 30 menit berkendara. Rotorua juga menarik karena menawarkan aktivitas geotermal dan pusat kebudayaan Maori. Sedangkan Wellington adalah lokasi studio produksi, efek digital, dan proses kreatif trilogi The Hobbit, sehingga mulai banyak dikunjungi turis.

Makanan favorit selama di Selandia Baru?
Hangi, bahan-bahan makanan yang diolah dengan metode memasak khas Maori, yaitu dibalut dedaunan atau aluminium foil, lalu diletakkan di atas batu panas di dasar lubang. Penyuka steik dan seafood pun bakal dimanjakan di sini, karena semuanya segar dan porsinya cukup besar.

Bila ada kesempatan kembali ke Selandia Baru, ingin mengunjungi apa?
Queenstown, karena masih belum puas melakukan bungy jumping, selain ingin ke Franz Josef Glacier untuk melihat gletser, dan Rotorua untuk berendam di pemandian air panas.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here