30 Menit Bersama Shane Delia

Di sela-sela kedatangannya ke Indonesia atas undangan Pemerintah Negara Bagian Victoria yang tengah berpartisipasi dalam Food and Hotel Indonesia 2017, Chef Shane Delia, pemilik Maha Restaurant dan Biggie Smalls di Melbourne, menyempatkan berbincang tentang kecintaannya terhadap memasak dan keseriusannya membangun karir di dunia kuliner.

Tren kuliner di Melbourne di 2017?
Penggunaan quality cooking technique yang memiliki pengaruh besar terhadap rasa makanan masih tetap marak. Selain itu, bakal banyak restoran yang menawarkan konsep sustainable dan vegetable driven. Tren kuliner ini sejalan dengan tren gaya hidup generasi Z yang menurut penelitian lebih gemar mengonsumsi makanan sehat dibanding generasi-generasi sebelumnya.

Tempat makan favorit di Melbourne?
Rumah ibu saya! Kalau restoran, saya tak bisa menyebutkan satu-persatu, karena tergantung sedang ingin makan apa dan sedang bersama siapa. Tapi kalau harus menyebut satu, saya bakal memilih restoran di pojok jalan dekat rumah saya, yaitu Laksa King. Saya bisa makan di sana empat kali dalam seminggu!

Makanan favorit?
Saya suka masakan Asia yang rasanya lebih “hidup” – dalam satu hidangan ada paduan asin, asam, manis, dan pedas. Saya juga suka masakan klasik, seperti Prancis dan Italia – namun tentu saja bila masakan-masakan tersebut dimasak dengan benar.

Kenangan seru di masa kecil?
Kakek saya sering memberikan cucunya masing-masing seekor kelinci untuk dibesarkan, namun beberapa bulan kemudian kelinci tersebut sudah tersaji di meja makan. Hal ini terjadi berulang kali, dan ketika masih kecil, saya tak mengerti mengapa kelinci peliharaan kami dimakan. Namun bila diingat kembali, itu adalah pengalaman paling indah yang pernah saya rasakan. Tak hanya karena saya mendapatkan skill untuk menguliti kelinci, tapi saya juga belajar memasak dari nenek untuk mengolah kelinci tersebut.

Saran bagi yang ingin berkarir sebagai bidang kuliner?
Pastikan mengejar karir ini karena alasan yang benar, bukan sekadar ingin menjadi bintang Masterchef. Industri ini bukan lelucon, dan sayangnya, masih banyak yang menganggapnya demikian. Ini adalah pekerjaan serius. Saya sendiri memulai karir sejak usia 15 tahun, dan baru bisa menikmati libur Natal di usia 30. Jadi, bersiaplah untuk bekerja tanpa henti bila ingin terjun ke bidang ini!

Hidangan Timur Tengah yang suka Anda masak?
Riz-bi-Djaj. Mirip nasi ayam Hainan, daging ayamnya direbus, lalu air rebusan itu digunakan untuk memasak nasi, di mana nasi disajikan dengan potongan ayam di atasnya, namun ditambahkan kacang pinus, kacang almond, dan salad bersimbah yoghurt dan mint. Saya suka memasak menu khas Lebanon ini karena sederhana, sehat, dan mengingatkan akan keluarga besar saya. Anak-anak pun akan suka hidangan ini!

Negara-negara Timur Tengah yang harus dikunjungi?
Turki, karena campuran peradaban Turki, Islam, dan Barat turut mewarnai identitas masyarakatnya. Lebanon juga tak kalah indah dan menawarkan banyak atraksi, mulai dari reruntuhan Romawi kuno, kastil yang masih terpelihara dengan baik, gereja bersejarah, hingga resor ski yang selalu ramai setiap musim dingin.

Pengalaman berkesan selama syuting Spice Journey?
Makan kebab di Perbatasan Suriah-Turki bersama tentara dan warga Suriah keturunan Turki, sementara tak jauh dari sana terjadi ledakan bom. Pengalaman tersebut membuat saya sedih sekaligus lebih rendah hati.

Pengalaman bersantap terbaik?
Di Versailles (kini telah berganti pemilik dan namanya menjadi Bistro V). Saya suka restoran tersebut dengan alasan yang sama mengapa banyak orang lain tidak menyukainya, yaitu karena hidangan yang disajikan benar-benar klasik.

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here