Jika memiliki satu hari penuh, yaitu dari pagi hingga larut malam di Semarang, Wira Nurmansyah merekomendasikan tempat-tempat berikut untuk dikunjungi.
07:00
Sarapan Soto Pak Man
Jika mendarat di Semarang dengan penerbangan pagi, dapat segera menuju Soto Pak Man untuk sarapan. Disajikan dalam mangkukmangkuk kecil langsung bersama nasi putih, soto khas Semarang ini terdiri irisan daging ayam, bihun, dan taoge, dengan kuah kaldu ayam bening yang bercita rasa manis gurih. Sebagai kondimen, tersedia kecap, sambal, dan jeruk nipis yang dapat ditambahkan sesuai selera, selain terhidang juga pilihan perkedel kentang, tempe goreng, sate daging, sate kerang, dan sate jeroan ayam. Meski telah memiliki beberapa cabang di Semarang, rasa dan kualitas sotonya tidak berubah. (Jalan Pamularsih Raya No. 32, Salamanmloyo, buka setiap hari pukul 06:30 – 19:30)
08:00
Sam Poo Kong
Sekitar lima menit berkendara dari Soto Pak Man, tepatnya di daerah Simongan, kelenteng megah ini didirikan untuk menghormati Laksamana Cheng Ho asal Tiongkok yang pernah berkunjung ke Semarang dan mendirikan tempat semedi di sebuah bukit. Setelah Cheng Ho pergi, tempat tersebut kemudian dijadikan lokasi untuk memuja sang laksamana. Karena menyerupai rumah khas Tiongkok, warga mengira bangunan ini adalah kelenteng, padahal Laksamana Cheng Ho adalah penganut Islam. Seluas 1.020 meter persegi dengan bangunan yang didominasi merah, Sam Poo Kong adalah kelenteng terluas di Indonesia. Pagi adalah waktu terbaik untuk berkunjung ke sini, karena selain tidak terlalu panas, kelenteng ini juga masih sepi pengunjung, sehingga akan lebih leluasa untuk memotret
10:00
Bandeng Juwana Elrina
Pusat oleh-oleh yang telah beroperasi sejak 1980 ini menjual makanan ringan khas Semarang, seperti wingko, mochi, lunpia, enting-enting gepuk, tahu bakso, dan bakpia, dengan produk andalan bandeng duri lunak. Di lantai atas toko oleh-oleh ini terdapat Waroeng Bandeng Juwana yang khusus mengkreasikan bandeng duri lunak menjadi berbagai olahan, seperti gulai, tongseng, tumis tauco, sate, teriyaki, garang asam, hingga nasi bakar. Otak-otak bandeng yang berbentuk bandeng utuh banyak dinobatkan pengunjung sebagai yang paling enak dan dapat dibawa pulang sebagai oleh-oleh. (Jalan Pandanaran No. 57, Randusari, buka setiap hari pukul 07:00 – 21:00)
11:30
Restaurant Semarang
Merupakan salah satu persinggahan pelaut dari berbagai daerah, tak heran Semarang memiliki berbagai kuliner beragam. Tio Tek Kwan atau yang akrab disapa Yongki, mendirikan Restaurant Semarang pada 1991 dan konsisten menawarkan berbagai hidangan khas Semarang untuk mengangkat citra masakan tersebut. Sambil menyantap lontong cap gomeh, soto ayam, dan es rujak buah puspa yang rasanya segar, restoran ini juga kerap menggelar pertunjukan keroncong.
12:30
Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT)
Terletak di Jalan Gajah Raya Semarang, masjid terbesar dan termegah di Indonesia ini memiliki Menara Asmaul Huna setinggi 99 meter yang dapat menampung hingga 15.000 jemaah. Dari atas menara yang dibuka untuk umum ini tersaji pemandangan kota yang indah. MAJT merupakan pusat pendidikan Islam dan situs wisata religi berkat keindahan arsitekturnya yang merupakan paduan Jawa, Arab, dan Romawi. Bangunan utamanya beratapkan limas, sedangkan 25 pilar Romawinya dihiasi kaligrafi indah yang menyimbolkan 25 nabi dan rasul. Di halaman masjid juga terdapat enam buah payung yang dapat membuka dan menutup otomatis, seperti yang ada di Masjid Nabawi, Madinah. Disarankan untuk datang di sore hari, selain sudah tidak terlalu terik, pemandangan matahari terbenam di sini merupakan salah satu yang terbaik di Semarang.
14:00
Kelenteng Tay Kak Sie
Ada sembilan kelenteng di kawasan Pecinan, salah satunya Tay Kak Sie yang dibangun pada 1746. Berada di Gang Lombok, kelenteng ini mudah dikenali karena atapnya yang berwarna toska dan berhiaskan empat patung naga yang mencolok mata, di mana sepasang naga yang di tengah digambarkan sedang memperebutkan matahari. Naga dalam mitologi Tiongkok melambangkan keadilan, kekuatan, dan penjaga benda-benda pusaka. Kelenteng ini awalnya hanya tempat untuk menyembah Dewi Welas Asih Koan Sie Im Po Sat, tapi kemudian berkembang untuk memuji dewa-dewi Tao lainnya. Di saat-saat tertentu, kelenteng ini juga menggelar drama komedi tanpa dialog, melainkan hanya dengan sedikit narasi sebagi pengantar. Kelenteng Tay Kak Sie merupakan bekas kelenteng induk yang menjadi pusat berbagai kegiatan masyarakat, misalnya pembukaan Pasar Imlek Semawis dan Malam Ji Kao Meh.
16:00
Old City 3D Trick Art Museum
Berjalan kaki beberapa menit dari Jalan Lombok di Pecinan, tibalah di Kawasan Kota Lama yang dibelah kanal cantik dan dikelilingi berbagai arsitektur Eropa dari masa kolonialisme Belanda. Salah satu bangunan ikonik di sini adalah Gereja Blenduk yang sudah berusia lebih dari 2,5 abad dan masih digunakan sebagai tempat ibadah. Untuk menarik pengunjung, dibukalah Old City 3D Trick Art Museum pada 2016 yang memajang 108 foto tiga dimensi yang akan berganti setiap empat bulan.
18:30
Pasar Semawis
Disebut juga Waroeng Semawis, pasar malam di Gang Warung ini membawa para pengunjungnya bagai ke sebuah kota di Tiongkok, berkat kehadiran lampion-lampion merah yang digantung di depan ruko-ruko yang berderet. Buka setiap Jumat hingga Minggu pukul 18:00 hingga 23:00, di sinilah tempat untuk berwisata kuliner karena dijajakannya aneka makanan khas Semarang, mulai lunpia, tahu bakso, nasi goreng babat, tahu gimbal, hingga es hawa dan pisang plenet yang sudah jarang ditemui. Untuk menarik lebih banyak pengunjung, seiring waktu tersedia juga burger, churros, zupa soup, okonomiyaki, takoyaki, dim sum, dan lapchiong. Karena beberapa menu tidak halal, pastikan menanyakan terlebih dahulu sebelum membeli.
21:00
Lawang Sewu
Dengan ditemani pemandu, berkeliling Lawang Sewu yang kesan angkernya telah berangsur hilang. Tidak sebebas ketika mengunjungi gedung ini di siang hari, di malam hari, pengunjung wajib ditemani pemandu dan tidak semua ruangan dapat dimasuki, salah satunya ruang saluran air di bawah tanah. Walau begitu, di malam hari pengunjung dapat masuk ke balkon utama yang menghadap Tugu Muda, di mana tempat ini justru tertutup untuk umum di siang hari. Dari balkon utama Lawang Sewu, pusat kota yang disinari lampu tampak gemerlap. Tur malam keliling gedung yang dibangun pada 1904 ini berakhir pada pukul 23:00.
(Artikel ini disadur dari blog wiranurmansyah.com yang dimuat pada 1 Mei 2016 dengan persetujuan Wira Nurmansyah)