7 Cara Mengenali Suaka Gajah yang Etis

Banyak negara di Asia Tenggara, seperti Indonesia, Thailand, dan Kamboja, yang menawarkan wisata gajah. Wisata ini memungkinkan pengunjung untuk berinteraksi lebih dekat dengan gajah. Sayangnya, tak banyak orang tahu kalau tempat-tempat wisata ini menawarkan aktivitas yang meresahkan dan mengeksploitasi gajah.

Agar dapat dengan mudah membedakan suaka gajah mana saja yang etis dan memperlakukan gajah sebagai hewan langka yang dilindungi, Anda dapat mengikuti panduan ini.

Anda mengunjungi suaka gajah yang etis bila …

  • Gajah tidak ditunggangi 

Tahukah Anda kalau gajah liar tak akan membiarkan manusia menungganginya, sehingga dari kecil ia harus disiksa agar pasrah? Karena itulah, banyak bayi gajah yang diambil dari ibu mereka dan dikurung di tempat yang sempit sehingga mereka susah bergerak. Bayi-bayi gajah ini juga akan dipukuli dengan rotan atau kayu yang di ujungnya diberi paku agar menurut, selain dibiarkan kelaparan dan sengaja dibuat kurang tidur.

Penyiksaan terhadap gajah tak berhenti setelah sang gajah menjadi jinak. Banyak camp gajah yang masih melakukan pemukulan untuk mengontrol gajah karena para pawang menginginkan gajah terus ketakutan agar mau disuruh melakukan apa saja. Menunggang gajah juga dapat menyebabkan hal yang fatal bagi gajah karena tulang punggung mereka memang tidak untuk menyangga tubuh manusia, walaupun gajah adalah hewan raksasa.

  • Tidak ada sirkus gajah

Bila sebuah tempat menawarkan pertunjukan menonton gajah menari, melukis, atau melakukan trik lainnya, ini juga merupakan sebuah pertanda bahwa suaka gajah tersebut tak bertanggung jawab. Sama halnya dengan gajah yang ditunggangi, gajah yang digunakan untuk sirkus hampir selalu dianiaya. Tak hanya gajah-gajah ini dikurung dalam ruang sempit, mereka biasanya juga disiksa secara fisik dan dipaksa melakukan berbagai trik untuk menyenangkan pengunjung.

Anda dapat membantu mengubah hal ini dengan memberi tahu operator tur bahwa cara ini tidak benar, selain tidak mendukung bisnis tersebut dengan tidak mengunjungi tempat-tempat seperti ini.

  • Tidak ada aktivitas memandikan gajah

Selain menunggangi gajah, memandikan gajah juga dianggap aktivitas yang tidak bertanggung jawab. Di alam, gajah biasanya tidak melakukan kontak langsung dengan manusia. Jadi terbayang kan, bagaimana cara para operator yang tidak bertanggung jawab ini “melatih” gajah agar mau dimandikan oleh orang asing? Lagipula, kegiatan memandikan gajah ini membahayakan juga bagi pengunjung, karena mereka bisa saja terjebak di dalam lumpur dan terinjak gajah.

  • Membatasi kontak langsung dengan gajah

Suaka gajah yang etis juga tidak membiarkan pengunjung menyentuh gajah, atau membatasi kontak tersebut seminimal mungkin, sehingga gajah-gajah tersebut tidak stres. Aktivitas memberi makan pun dilakukan dengan tidak berlebihan agar gajah tidak obesitas.

Elephant Nature Park di Chiang Mai, misalnya, merupakan salah satu suaka gajah yang tidak menawarkan aktivitas memandikan dan menunggangi gajah. Sebagai gantinya, mereka mendirikan dek observasi tempat pengunjung dapat mengamati gajah-gajah tersebut dari ketinggian sambil menikmati pemandangan di sekitarnya.

  • Jumlah pengunjung dibatasi

Selain membatasi kontak langsung dengan gajah, suaka gajah yang etis juga akan membatasi jumlah pengunjung. Kebanyakan suaka hanya menyediakan satu atau dua sesi kunjungan per hari, dengan masing-masing hanya sekitar 10 sampai 15 orang per sesi.

  • Punya program relawan

Jika suaka yang ingin dikunjungi memiliki program relawan, biasanya hal tersebut merupakan pertanda baik. Eksploitasi binatang jauh lebih sulit untuk disembunyikan bila di tempat tersebut terdapat sekelompok sukarelawan penyayang binatang.

  • Punya luas area yang cukup dan gajah tidak dirantai

Gajah-gajah yang berada di suaka alam harus dapat bebas berkeliaran layaknya di alam liar. Karena itu, cari tahu apakah suaka alam yang ingin Anda kunjungi memiliki luas area yang cukup.

Selain itu, perhatikan juga apakah gajah-gajah ini memiliki air dan makanan yang cukup, dalam kondisi sehat, serta tidak dirantai. Gajah biasanya dirantai dan dibatasi gerakannya ketika digunakan untuk sirkus atau saat ditunggangi. Hal ini memang susah dipastikan karena banyak operator yang merantai gajah saat gajah tidak berinteraksi dengan wisatawan, yaitu saat malam hari. Karena itu, banyak-banyaklah melakukan riset dan cari juga foto-foto yang diambil oleh pengunjung untuk menentukan apakah suaka gajah tersebut etis atau tidak.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here