3 Makanan Legendaris di Bandung yang Wajib Dicoba

Sebagai surganya pecinta kuliner, Bandung menawarkan banyak pilihan makanan bagi pelancong, mulai dari makanan kekinian di kafe-kafe yang baru buka belakangan ini, hingga makanan legendaris yang sudah ada sejak beberapa dekade lalu. Berikut beberapa makanan legendaris di Bandung yang wajib Anda coba.

Ronde Jahe Alkateri

Ronde Jahe Alkateri sudah berdiri sejak 1984. Hingga kini, Ronde Jahe Alkateri tetap mempertahankan cita rasa khasnya. Bahkan pemiliknya sendiri, Tante Gwat yang sudah berusia 80 tahun, juga masih ikut turun tangan dalam membuat ronde dan melayani para pembeli. Tidak mengherankan bila setelah 36 tahun berdiri, Ronde Jahe Alkateri masih menjadi camilan malam favorit warga Bandung maupun wisatawan luar kota.

Menu yang ditawarkan Ronde Jahe Alkateri cukup sederhana. Pembeli bisa memesan ronde kecil, ronde besar, atau ronde campur. Ronde besar memiliki isian kacang di dalamnya. Sementara kuah jahenya bisa ditambahkan dengan gula merah atau gula putih. Tekstur kenyal dari ronde ditambah dengan hangatnya kuah jahe sangat cocok dinikmati di malam yang dingin.

Awalnya, Ronde Jahe Alkateri hanya memiliki satu kedai sederhana di Jalan Alkateri No. 1. Di tempat inilah Tante Gwat memulai usahanya dan terus terlibat di dalamnya hingga saat ini. Namun sekarang Ronde Jahe Alkateri bisa Anda temukan di banyak pusat keramaian Bandung, seperti Cibadak, China Town, Paskal 23, Rumah Mode, dan masih banyak lagi.

Roti Gempol

Sesuai dengan namanya, kedai roti yang satu ini terletak di Jalan Gempol Wetan No. 14. Kedai ini menjual roti bakar dengan berbagai pilihan isi.

Lantas, apa yang membedakan Roti Gempol dengan kedai roti lainnya? Ternyata, roti yang mereka pakai adalah roti hasil produksi sendiri dengen resep dari tahun 1991. Roti dibuat tanpa bahan pengawet dan memiliki tekstur yang padat sehingga cukup mengenyangkan.

Awalnya pada 1991, Roti Gempol hanya merupakan toko roti sederhana yang menjual roti gandum dan roti tawar putih, beserta beberapa donat dan kue-kue lainnya. Kini, toko roti tersebut memiliki kedai roti bakar dengan area makan kecil di sebelahnya. Di sini orang-orang bisa membeli roti bakar dengan pilihan jenis roti dan isi sesuai selera mereka. Pilihan isi yang ditawarkan berupa cokelat, keju, ham, telur, dan berbagai macam selai.

Roti gempol buka setiap hari pukul 07:00 hingga 21:00. Di pagi dan sore hari, tempat ini cukup penuh dengan pelanggan. Di saat-saat seperti ini, waktu menunggu bisa memakan waktu hingga satu jam. Oleh karena itu, kami sarankan agar Anda mengunjungi Roti Gempol di siang hari saat suasana lebih sepi.

Perkedel Bondon

Perkedel yang satu ini benar-benar sudah melegenda. Saking populernya, orang rela mengantre hingga tengah malam untuk mencicipi kelezatannya. Ya, Perkedel Bondon memang hanya buka di malam hari, tepatnya pukul 22:30 hingga 01:30. Dengan stok yang terbatas, tidak jarang pula warung perkedel ini tutup lebih awal. Oleh karena itu, orang-orang sudah mulai berdatangan sejak pukul 21:00 untuk mengantre.

Perkedel bondon memiliki kulit yang garing dengan isi yang lembut. Dipadukan dengan sambal terasi, perkedel ini semakin nikmat rasanya. Apalagi setelah menunggu selama satu jam lebih di udara malam Bandung yang dingin, kelezatan perkedel hangat ini pun seakan meningkat ratusan kali. Tidak heran setiap harinya orang selalu setia menunggu Si Perkedel Bondon.

Instagram @the.lucky.belly

Perkedel Bondon sendiri bertempat di Jalan Kebon Jati No. 42. Dirintis sejak 1982 dan mulai populer pada 1985, warung perkedel ini tetap mempertahankan ciri khasnya, yaitu memasak dengan tungku arang. Harga satu buah perkedel dipatok sebesar Rp 2.000. Biasanya satu orang bisa menghabiskan hingga 10 buah perkedel.

Beberapa orang mungkin ragu untuk mencicipi perkedel yang satu ini karena jam bukanya yang kurang ideal ditambah dengan waktu tunggunya yang lama. Tapi tidak ada salahnya mencoba pengalaman berburu Bondon barang sekali saja. Ada keseruan tersendiri dalam mengantre bersama-sama di malam yang dingin untuk sepiring perkedel.

Teks: Levana Florentia | Editor: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here