Pawai Tatung, Mengerikan Tapi Selalu Dinanti

Selepas Imlek, warga Tionghoa masih memiliki satu selebrasi yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun, Cap Go Meh. Dirayakan pada hari ke-15 atau hari terakhir di bulan pertama kalender Tiongkok, Cap Go Meh dirayakan sebagai penutup rangkaian perayaan Imlek.

Dulu, perayaan Cap Go Meh di negara asalnya tidak dapat diikuti semua orang, hanya keluarga kerajaan dan para bangsawan yang dapat merayakan hari penghormatan kepada Dewa Thai Yai, dewa tertinggi dalam tradisi Dinasti Han (206 SM-221 M).

Kini, siapa saja boleh merayakan Cap Go Meh, termasuk di Indonesia yang tidak tanggung-tanggung menyambut momen penting ini melalui festival dan pawai budaya. Salah satu kota yang serius merayakan tradisi unik ini adalah Singkawang di Kalimantan Barat, yang berhasil memikat wisatawan dalam dan luar negeri untuk bertandang dan menikmati pawai budaya nan unik, yang sesungguhnya cukup mengerikan untuk disaksikan.

Perihal Tatung

Satu hal yang selalu dinanti di perayaan Cap Go Meh di Singkawang adalah atraksi tatung, yaitu pawai orang-orang terpilih yang raganya dimasuki roh-roh baik untuk menangkal roh jahat yang hendak mengganggu keharmonisan di masyarakat.

Biasanya roh-roh baik ini adalah roh para dewa atau leluhur yang turun ke langit dan memasuki raga para tatung. Keberadaan tatung di Singkawang diperkirakan sudah ada sekitar abad 18, di mana pawai tatung sendiri sudah berjalan sejak 250 tahun lalu.

Tatung sendiri berasal dari bahasa Hakka, yang berarti orang yang dirasuki roh dewa atau leluhur dan tidak sembarang orang dapat menjadi seorang tatung. Biasanya karena faktor keturunan atau memang tanpa disengaja dewa memilih untuk merasuki raga orang-orang tertentu.

Menjadi seorang tatung adalah panggilan hidup yang tidak dapat ditolak. Konon, jika melawan takdir menjadi seorang tatung, ada saja petaka yang menimpa orang tersebut, mulai dari sakit, terkena musibah, hingga menjadi gila. Keberadaan tatung tidak hanya untuk beraksi saat perayaan Cap Go Meh berlangsung, sehari-harinya seorang tatung dapat dimintai tolong warga untuk mengobati penyakit.

Berbagai Persiapan

Tak mudah menjadi seorang tatung, terutama sebelum pawai digelar, banyak ritual yang mesti dijalani untuk menyukseskan penampilan mereka. Biasanya, para tatung wajib berpuasa dengan durasi yang berbeda, tergantung tatungnya, ada yang berpuasa selama tiga hari, sepekan, hingga hampir dua minggu.

Mereka pun hanya boleh makan nasi putih, dilarang mengonsumsi makanan yang mengandung daging, baik daging hewan darat maupun yang hidup di air, dan tidak makan telur.

Selain berpuasa, para tatung juga akan mengunjungi kelenteng untuk berdoa dan memohon agar dijaga selama pawai berlangsung. Puasa makanan ini dimaksudkan untuk menyingkirkan kotoran-kotoran yang tidak baik di dalam tubuh. Ada harga yang mesti ditanggung jika tidak menjalankan ritual-ritual ini, bisa saja terjadi bencana saat pawai berlangsung.

Waktunya Beraksi

Hari yang dinanti pun tiba, para tatung yang sudah bersiap diri dengan kostum meriah, biasanya kostum-kostum yang dipilih terinspirasi dari pakaian khas Tiongkok di zaman dulu dan ada juga yang menggunakan pakaian khas suku Dayak.

Para tatung akan memulai upacara di kelenteng, di mana pendeta akan memberikan persembahan kepada Dewa Hok Tek Ceng Sin atau biasa disebut Tua Pek Kong, dewa pelindung dan penjaga kota Singkawang untuk meminta keselamatan.

Baca juga: Dulu Berupa Pondok Kayu, Kini Menjadi Ikon Singkawang

Seusainya, mereka mulai memanggil roh untuk memasuki tubuh agar para tatung kebal menjalani ritual. Para tatung akan berkeliling kota sambil menunjukkan aksi mengerikan, seperti menusuk kulit dengan aneka benda tajam, berdiri di atas pedang, menduduki pedang, hingga mengasah pedang di lengan, lidah, hingga leher.

Di sela-sela aksi, mereka akan menghisap darah ayam dan arak jika haus. Ketika pawai berakhir, para tatung akan berkumpul kembali di depan altar kelenteng, memanjatkan doa syukur. Walau tampak mengerikan, aksi para tatung ini menjadi incaran para pelancong tiap tahunnya.

Teks: Priscilla Picauly

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here