Babilon atau Babel adalah sebuah kota penting di Mesopotamia kuno yang merupakan ibu kota dari kerajaan dan kekaisaran Babilonia. Kota yang dahulu megah dan berkembang ini merupakan rumah bagi ratusan ribu orang dengan para pemimpin yang paling terkenal di masanya, seperti Hammurabi dan Nebukadnezar.
Saat ini, pengunjung situs mungkin kesulitan membayangkan kejayaan kota ini di masa lalu. Banyak reruntuhannya, yang kini terletak di Irak modern, tidak digali – dan daerah itu telah mengalami kerusakan yang cukup besar akibat pembangunan manusia, upaya restorasi yang keliru, dan konflik. Namun karena situs tersebut begitu penting, baru-baru ini UNESCO menambahkan kota kuno ini ke dalam Daftar Warisan Dunia baru bersama 28 situs lainnya.
Dirilis pertama kali pada 1978, daftar ini sekarang mencakup lebih dari 1.100 situs yang, mengutip dari laman webnya, merupakan “warisan alam dan budaya yang dianggap bernilai luar biasa bagi umat manusia.” Penambahan tahun ini dapat ditemukan di seluruh dunia, termasuk lanskap alami dan berkembang, dengan usia yang ribuan tahun hingga yang relatif modern.
Beberapa di antaranya adalah Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto, Indonesia, yang dibangun dengan sistem yang terintegrasi sehingga memungkinkan pemrosesan, pengangkutan, dan pengiriman batu bara secara efektif; situs metalurgi kuno Burkina Faso, yang membanggakan sejarah produksi besi sejak abad kedelapan SM; Taman Nasional Vatnajökull, Islandia, yang terdiri dari ngarai, sistem sungai, dan gunung berapi sub-glasial; Le Colline del Prosecco di Conegliano e Valdobbiadene, sebuah perkebunan anggur bersejarah di Italia; dan Jaipur, kota abad ke-18 di India yang terkenal dengan arsitekturnya yang megah. Delapan bangunan rancangan arsitek terkenal Amerika, Frank Lloyd Wright, termasuk Guggenheim Museum di New York City, juga ditambahkan ke dalam daftar.
Untuk menerima status sebagai Warisan Dunia UNESCO, sebuah situs harus memenuhi setidaknya satu dari sepuluh kriteria seleksi dan untuk memastikan mendapatkan status tersebut membutuhkan kerja keras. Frank Lloyd Wright Foundation, misalnya, mengatakan bahwa pihaknya membutuhkan 15 tahun untuk menyelesaikan proses pencalonan.
Bantuan keuangan tersedia untuk situs-situs dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO, terutama bagi mereka yang terancam. Tetapi untuk sebagian besar kasus, penunjukan sebuah situs menjadi warisan dunia adalah sebuah kehormatan, memberikan prestise yang seringnya membantu meningkatkan kesadaran di antara warga setempat maupun pemerintah untuk melestarikan warisan tersebut.
Pencalonan ini juga bisa tak lolos bila UNESCO merasa bahwa suatu negara membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengelola dan membuat rencana manajemen untuk sebuah situs. Hal inilah yang terjadi pada Babel. Sebagai situs bersejarah yang penting, kota kuno tersebut baru belakangan ini masuk Daftar Warisan Dunia karena di masa lalu tidak diperlakukan dengan sangat baik.
Pada 1980-an, Saddam Hussein meratakan sebagian besar kota untuk membangun replikanya di atas reruntuhan asli. Kemudian, dia membangun sebuah istana untuk dirinya sendiri di bagian lain dari situs itu. Invasi Amerika Serikat ke Irak membawa kerusakan lebih lanjut, di mana helikopter militer mendarat di reruntuhan kota kuno dan kendaraan-kendaraan berat melewati reruntuhannya.
Pemerintah Irak berharap bahwa status Warisan Dunia yang baru dari situs itu akan membantu menarik wisatawan ke negara itu – sesuatu yang telah coba dilakukan para pejabat setelah kemenangan Irak atas kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Sementara bagi warga setempat, berita tentang penunjukan situs tersebut sebagai Warisan Dunia merupakan alasan baru bagi mereka untuk merayakan sesuatu yang menggembirakan.