Bila berkesempatan mengunjungi destinasi wisata kuliner idaman, kota manakah yang ingin Anda singgahi? Berikut ini tujuh kota favorit celebrity chef dunia yang dapat menginspirasi tujuan perjalanan berikutnya.
Istanbul, Turki
Hampir semua penduduk di Timur Tengah, Mediterania Timur, dan Balkan mengklaim baklava sebagai hidangan penutup nasional mereka. Baklava sendiri berasal dari Kerajaan Asyur pada sekitar abad kedelapan sebelum Masehi. Di masa itu, hanya bangsawanlah yang dapat menikmati penganan dari lapisan kacang pada roti tanpa ragi yang disusun sederhana dan disiram madu tersebut. Baklava pun kemudian menyebar, terutama di negara-negara yang berdekatan, dan seiring waktu, dikembangkan dengan berbagai isian dan teknik baru. Di Turki, baklava terdiri dari filo pastry yang diisi pistachio, almond, dan kenari, kemudian setelah dipanggang, disiram sirup manis dari paduan madu, lemon, kayu manis, air mawar, kapulaga, dan cengkih. Bila berkunjung ke Turki, baklava dapat dibeli secara kiloan sebagai oleh-oleh.
Ho Chi Minh City, Vietnam
Banh mi adalah hidangan Vietnam terpopuler berupa baguette Prancis dengan pâté (olesan pasta dari daging dan lemak), daging (ayam, bebek, babi), timun, acar, daun ketumbar, cabai, dan mayones, sehingga rasanya pun asin, manis, asam, dan pedas. Diperkenalkan oleh Prancis pada akhir abad 19 dan dibuat pertama kali di Saigon (kini Ho Chi Minh City), banh mi awalnya sandwich yang terdiri mentega, ham, atau pâté, dan dijual di toko-toko roti mewah, sehingga hanya bisa dikonsumsi oleh kalangan atas Vietnam. Setelah penjajahan Prancis berakhir, bahan untuk membuat banh mi pun diganti. Mentega diganti mayones, acar dan cabai ditambahkan, serta ham diganti potongan tipis daging sapi, babi, atau ayam. Keberadaan pedagang kaki lima yang menjual banh mi pun membuat roti semakin diterima masyarakat sebagai makanan pokok selain nasi. Pasca Perang Vietnam, banyak penduduk setempat yang mengungsi ke Eropa, Australia, dan Amerika Serikat mendirikan toko roti yang menjual banh mi. Dari sinilah popularitas banh mi di seluruh dunia melonjak.
Tokyo, Jepang
Jepang memiliki ritual makan tradisional bernama kaiseki yang membutuhkan persiapan khusus dan presentasi yang sangat baik. Berawal dari sajian vegetarian pelengkap upacara minum teh, kaiseki kemudian berkembang menjadi masakan bagi bangsawan. Ritual ini dimulai ketika tuan rumah menyajikan nampan berisi sejumlah mangkok dan piring dengan nasi, sup, dan menu lainnya. Setelah membungkuk satu sama lain, tamu dapat memulai menyantap hidangan dengan membuka tutup mangkok nasi dan sup serta meletakkannya di sebelah kanan nampan. Tuan rumah biasanya juga menyediakan ikan goreng, serta menawarkan nasi dan sup tambahan agar konsumsi makan sang tamu tidak berhenti. Sesudah menyantap nasi dan sup, piring dan mangkok yang sudah dipakai diangkat untuk dibersihkan agar tuan rumah dapat menyajikan hidangan laut. Menu yang disajikan biasanya tujuh hingga 15 jenis masakan dalam porsi mungil. Dari seluruh menu tersebut, tidak ada pengulangan teknik memasak maupun bahan makanan. Setiap bahan makanan yang digunakan pun akan selalu berganti, seiring dengan perubahan musim di Jepang.
Hong Kong
Salah satu pesona Hong Kong adalah mencicipi aneka dim sum yang disajikan dalam porsi-porsi mungil pada piring atau keranjang steamer bambu. Tradisi menikmati dim sum ini sebenarnya berkaitan dengan tradisi minum teh (yum cha) yang berawal dari zaman bermunculannya kedai teh untuk mengakomodasi para pedagang yang melalui Jalur Sutra. Namun butuh beberapa abad lagi sebelum kuliner ini kemudian berkembang pada abad ketiga, ketika seorang tabib kerajaan menuliskan bahwa memadukan teh dengan makanan dapat menyebabkan berat badan berlebih. Setelah khasiat teh yang dapat membantu pencernaan mulai dikenal, pemilik kedai pun mulai menambahkan berbagai makanan ringan ke dalam menu – dan dari sinilah tradisi dim sum lahir. Meski terdapat di seluruh wilayah Tiongkok, namun dim sum di Hong Kong dianggap yang terbaik dan banyak yang buka sejak pukul 05:00. Bahkan di sejumlah gerai tradisional, antrian sudah mengular sejak pukul 08:00, sementara pengunjung di dalamnya berebut steamer bambu berisi aneka dim sum kukus maupun goreng.
Athena, Yunani
Kalamari adalah cumi-cumi dalam bahasa Yunani, dan merupakan bahan yang digunakan dalam banyak hidangan khas Mediterania. Dahulu, cumi-cumi segar yang baru ditangkap langsung dipotong untuk ditelan mentah-mentah sebagai kudapan para nelayan. Kini, kalamari diiris tipis hingga membentuk cincin, dibumbui garam, dilapisi tepung, kemudian digoreng dalam minyak panas selama dua menit hingga cokelat keemasan. Di Yunani, kalamari goreng disajikan dengan saus tzatziki yang diolah dengan yoghurt dan dicampur bawang, timun, dan perasan lemon untuk menambah kesegaran. Hidangan pembuka ini telah mendunia seiring dengan digunakannya berbagai variasi saus, termasuk menambahkan parmesan dan mayones.
Paris, Prancis
Croissant pertama kali diperkenalkan di Prancis sekitar 1838 oleh perwira Austria bernama August Zang, pemilik Viennese Backery (Boulangerie Viennoise) di 92, Rue de Richelieu, Paris. Tadinya toko ini hanya menjual pastry asal Austria, yaitu kipferl berbentuk tapal kuda, namun kemudian diadaptasi menyesuaikan selera dengan berbagai bentuk. Bentuk bulan sabit atau cressent-lah yang populer, dan lama-kelamaan pastry ini diucapkan sebagai croissant, yang dalam bahasa Prancis berarti paling laris. Belum ada sejarah tertulis yang menyatakan asal-usul croissant secara pasti. Ada yang menyebutkan croissant sebagai olokan Austria terhadap Turki yang gagal mendudukinya pada 1683, sehingga dibuatlah kipferl berbentuk bulan sabit yang merupakan lambang kekaisaran Turki. Pastry ini kemudian dibawa ke Prancis oleh Marie Antoinette, Putri Kerajaan Austria yang menikah dengan Raja Louis XVI. Sejak itu, croissant dikenal sebagai makanan para bangsawan. Lapisan bertingkat yang renyah dan lembut pada croissant menggunakan teknik bernama laminating, di mana adonan berlapis mentega digulung secara berulang-ulang.
London, Inggris
Merupakan makanan populer di kalangan kelas pekerja Inggris Raya, Fish and Chips muncul dipicu pesatnya penangkapan ikan di Laut Utara dan pembangunan rel kereta yang menghubungkan pelabuhan dengan kota-kota industri. Sebagai makanan cepat saji yang digoreng bersama potongan kentang sehingga mudah dibawa sebagai bekal, ikan adalah sumber protein, zat besi, dan vitamin yang baik, sedangkan kentang kaya akan karbohidrat untuk pemenuhan energi. Jenis yang biasanya digunakan untuk Fish and Chips adalah ikan berdaging lembut dan berwarna putih, seperti cod atau dory. Walau begitu, metode menggoreng ikan dengan tepung ini sebenarnya diadaptasi dari imigran Portugal dan Spanyol pada abad ke-16. Restoran yang pertama menyediakan Fish and Chips dibuka pada 1860 oleh Joseph Malin di London dengan peralatan sederhana. Gerai yang menjual Fish and Chips kini disebut chippy atau chipper oleh masyarakat Inggris.