Dibandingkan dengan kota-kota wisata lainnya di Sumatera Barat, nama Payakumbuh kurang terdengar, tapi bukan berarti tidak ada yang menarik di sini. Dari Padang, membutuhkan waktu sekitar empat jam perjalanan menuju Payakumbuh, terlalu jauh dan lama apalagi jika hanya ingin melakukan perjalanan sehari ke kota ini. Biasanya wisatawan memiliki mengunjungi Bukittinggi terlebih dahulu, lantas dari Bukittinggi bisa melakukan perjalanan sehari ke Payakumbuh yang bisa diakses dengan berkendara sekitar satu jam perjalanan saja.
Sekilas Payakumbuh
Dibangun oleh Hindia Belanda, kota ini berkembang menjadi daerah penyimpanan tanaman kopi dan daerah administrasi Belanda kala itu. Populer dengan kuliner galamai, yaitu makanan kecil yang berbahan dasar tepung beras ketan, gula aren, dan santan (sejenis dodol atau jenang), Payakumbuh juga mengunggulkan panorama alam sebagai daya tarik wisata, walau sehari tapi tak terlupakan.
- Lembah Harau
Bukit-bukit karst dengan hamparan sawah menyambut pejalan yang bergerak memasuki kawasan Lembah Harau yang subur. Berada di Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Kota, sekitar 18 kilometer dari pusat kota Payakumbuh, Lembah Harau nampak magis dengan deretan bukit-bukit kars yang menjulang tinggi, sekilas mirip dengan Bukit Lawang di Sumatera Utara, bedanya Lembah Harau mudah diakses. Selain bukit-bukit karst, terdapat sejumlah air terjun (sarasah dalam bahasa setempat) yang mengalir dari celah-celah lembah, seperti Sarasah Gantiang. Ada satu kepercayaan penduduk setempat yang meyakini saat turun pelangi makan para bidadari turun dari kayangan untuk mandi di empat sarasah (Sarasah Aie Luluih, Sarasah Bunta, Sarasah Murai, dan Sarasah Aka Barayun).
- Kelok 9
Ikon mega konstruksi di Sumatera Barat ini tidak hanya sebagai sarana penghubung antara Payakumbuh dan Pekanbaru, tapi juga menjadi destinasi yang wajib dikunjungi saat berada sekitaran Payakumbuh. Jembatan sepanjang 943 meter dan jalan penghubungnya yang panjangnya 2.089 meter dinamai Kelok 9 karena memiliki sembilan kelokan, termasuk menuruni lereng bukit yang telah ada sejak zaman Belanda. Kelok 9 yang baru diresmikan 31 Oktober 2013 adalah ruas jalan yang menghubungkan Payakumbuh dan Pekanbaru dan bermula sekitar 30 kilometer timur kota Payakumbuh. Tempat terbaik untuk menyaksikan keelokan ruas jalan ini adalah di Cagar Alam Air Putih dan Cagar Alam Harau yang diapit jurang dan perbukitan.
- Padang Mangatas/Mangateh
Disebut-sebut sebagai Selandia Baru-nya Indonesia karena rupanya sekilas seperti padang rumput tanpa batas khas Selandia Baru. Sedianya Padang Mangatas atau disapa orang Minang dengan sebutan Padang Mangateh merupakan padang rumput seluas 289 hektar berlatarkan Gunung Sago yang berfungsi sebagai kawasan peternakan sapi. Pamor Padang Mangates di kalangan wisatawan melonjak ketika area terbuka ini kerap dijadikan lokasi pemotretan, apalagi didukung dengan kawanan sapi yang seliweran sebagai latar tentu saja memberi efek alami.
- Ngalau Indah
Wisata gua ditawarkan Payakumbuh melalui Ngalau Indah yang dekat saja dari pusat kota, hanya sekitar empat kilometer jaraknya. Kondisi gua yang cukup luas bisa untuk ditelusuri, tentunya dengan bantuan penerangan, jalan setapak dan anak tangga yang sudah dibuat memadai oleh pihak pengelola gua. Dengan membayar tiket masuk sebesar Rp 10.000 per orang, pengunjung bisa menyusuri gua yang berada di lereng Bukit Simarajo, yang merupakan habitat kelelawar. Di dalam gua, bisa disaksikan stalagtit dan stalagmit yang masih terjaga dengan baik, menarik untuk dibidik kamera kesayangan. Ada satu titik yang jangan sampai terlewatkan, yaitu batu gong, sebuah batu berlubang berbentuk seperti kerucut berongga serupa lonceng.
- Sate Danguang Danguang
Sate Padang dan Sate Danguang-danguang Payakumbuh sama-sama dari daging dan jeroan sapi, selain sama-sama dipanggang di atas bara dari tempurung kelapa sambil diolesi minyak dari bawang goreng plus lemak cair agar gurih dan aromanya menggoda. Yang berbeda adalah bumbu yang disiramkan di atas sate. Sate Padang disiram bumbu berwarna kemerahan yang gurih dan sedikit pedas karena terbuat dari cabai, daun jeruk purut dan bawang merah, sedangkan Sate Danguang-danguang Payakumbuh bumbunya berwarna kekuningan yang terbuat dari lengkuas, jahe, dan ketumbar serta dicampur dengan sedikit gula aren sehingga agak manis. Anda bisa menemukan sate ini di hampir semua penjuru kota Payakumbuh.
Pilihan Hotel di Bukittinggi: (Catatan: Perjalanan ke Payakumbuh merupakan perjalanan sehari yang ditempuh dari kota Bukittinggi)
- Grand Rocky Hotel Bukittinggi (www.grandrockyhotelbukittinggi.com)
- Novotel Bukittinggi (www.accorhotels.com)
- Grand Royal Denai Bukittinggi (Jl. Yos Sudarso No. 5, Tel: 0752-810 0535)
Pilihan Kuliner di Payakumbuh:
- Kedai Nasi Nanak, Jl. Gambir, Daya Bangun, jam buka: 06:30-13:00
- Rumah Makan Pergaulan, Jl. Soekarno Hatta, jam buka: 06:00-15:00
- Tampek Makan Goreng Baluik Mamak, Jl. Singa Harau, jam buka: 09:30-15:00
Payakumbuh yang kaya dengan wisata alam memberi variasi sebelum bertolak ke Sawahlunto, kota tambang sarat sejarah kolonial yang dulunya hanya merupakan desa terpencil yang tak dikenal, sampai suatu waktu Belanda menemukan potensi tambang batu bara di sana. Ikuti perjalanan kami selanjutnya mengitari Sumatera Barat yang dimulai dari Padang dan Bukittinggi.