Potret Sosial dan Budaya dalam Pameran “Mula Pala-Pala Mula” di WTC 3 Jakarta

"Dunia Kepunyaan Ibu (2020) karya Putri Janati

ISA Art Gallery bekerja sama dengan Art at WTC, Jakarta Land mempersembahkan pameran seni “Mula Pala-Pala Mula” di WTC 3 Jakarta, yang berlangsung hingga Mei 2025. Pameran ini menghadirkan karya-karya dari seniman muda yang tergabung dalam Yayasan Sekolah Seni Tubaba, sebuah lembaga pendidikan seni yang telah mengembangkan pendekatan unik sejak 2016 dengan mengintegrasikan pendidikan seni dan nilai-nilai kearifan lokal dari Tulang Bawang Barat, Lampung.

Judul pameran, “Mula Pala-Pala Mula”, berasal dari bahasa Sanskerta dan menggambarkan konsep tentang akar—sesuatu yang menjadi dasar dari kehidupan dan harus dirawat dengan penuh kesadaran. Ibarat tukang kebun yang menyiram akar meski tidak terlihat, karya-karya dalam pameran ini dilihat bukan hanya sebagai objek seni, tetapi juga sebagai bentuk pengetahuan, pengalaman, dan nilai-nilai yang penting untuk terus dipelajari dan diteruskan.

“Ketidaksempurnaan” (2024) karya Ecca Ajeng Vatika Dewi

Para seniman yang terlibat dalam pameran ini antara lain Alfedta Madherisa, Ecca Ajeng Vatika Dewi, Gabriel Angga Pratama, Mariska Malwa Carolina, Muhammad Rizky Kurniawan, dan Putri Janati. Lewat medium lukisan, masing-masing seniman menyuarakan pandangan mereka tentang identitas, memori, budaya, dan realitas sosial.

Salah satu karya yang menonjol dalam pameran ini adalah “Aku Tidak Kerbau” (2024) karya Mariska Malwa Carolina. Malwa menyuarakan keresahan terhadap sistem patriarki yang masih sangat kuat dalam masyarakat. Ia terinspirasi dari latar belakang ayahnya sebagai bagian dari sistem tradisional yang memposisikan perempuan sebagai pihak yang harus tunduk.

“Aku Tidak Kerbau” (2024) karya Mariska Malwa Carolina

Melalui simbol budaya Lampung seperti siger yang selama ini dianggap mewakili kebesaran perempuan, Malwa justru mempertanyakan ironi di balik simbol tersebut. Karya ini menjadi refleksi tajam terhadap budaya yang secara tidak sadar melanggengkan ketimpangan gender.

Putri Janati melalui “Dunia Kepunyaan Ibu” (2020) mengangkat kenangan masa kecil yang membekas lewat medium dapur tradisional. Panci hitam, tungku, dan api kayu menjadi lambang kekuatan seorang ibu dalam merawat keluarga besar dengan keterbatasan ekonomi. Putri menangkap suasana hangat namun getir dari rumah masa kecilnya, dan menyulapnya menjadi karya yang bukan sekadar nostalgia, tetapi juga penghormatan terhadap kerja domestik yang kerap luput dari sorotan seni rupa.

“Kurun Waktu” (2023) karya Muhammad Rizky

Muhammad Rizky Kurniawan, lewat lukisan “Kurun Waktu” (2023), mengangkat relasi ayah dan anak dalam metafora pohon karet yang setiap hari mengeluarkan getah untuk kelangsungan hidup. Rizky memotret bagaimana ayahnya bekerja keras setiap hari demi masa depan sang anak, seperti pohon yang rela diperas manfaatnya agar pohon muda bisa tumbuh.

Sementara itu, Alfedta Madherisa lewat karyanya “M” (2024) menyentuh tema ketimpangan usia psikologis antara anak-anak dan orang dewasa. Ia mengangkat realitas tentang bagaimana banyak orang dewasa masih bersikap kekanak-kanakan, sementara anak-anak justru harus tumbuh dewasa sebelum waktunya karena kondisi sosial dan ekonomi.

“M” (2024) karya Alfedta Madherisa

Masih banyak karya menarik lainnya yang bisa dinikmati dalam pameran “Mula Pala-Pala Mula”. Untuk melihat langsung seluruh karya yang dipamerkan, silakan datang ke WTC 3, Jl. Jend. Sudirman Kav. 29-31, Setiabudi, Jakarta Selatan. Pameran ini berlangsung hingga 30 Mei 2025, dan informasi lebih lanjut dapat diperoleh melalui akun Instagram @isaart.id.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here