Pameran tunggal “Perception” oleh Theresia Agustina Sitompul tengah berlangsung di Artsphere Gallery, The Darmawangsa Square, Level 2 Unit 66, Jakarta. Pameran ini menghadirkan eksplorasi visual yang mengajak pengunjung untuk menafsir ulang realitas melalui imajinasi. Sebagai salah satu seniman grafis terkemuka di Indonesia, Theresia menggunakan medium cetak dan campuran teknik untuk mengubah objek keseharian menjadi karya yang penuh makna. “Perception” menjadi ruang bagi audiens untuk merefleksikan bagaimana cara mereka melihat dan memahami dunia di sekitar.
Theresia Agustina Sitompul telah lama dikenal dalam dunia seni rupa, terutama dalam seni grafis dan cetak. Lulusan Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini aktif berkarya dan menjadi bagian dari berbagai pameran di dalam maupun luar negeri.
Dengan latar belakang akademik yang kuat dan pengalaman panjang, ia juga berperan sebagai pengajar di Institut Seni Indonesia Surakarta serta turut mendirikan Grafis Minggiran, sebuah kolektif seni cetak di Yogyakarta. Dalam pameran ini, ia mengembangkan gagasannya tentang persepsi dan bagaimana manusia membentuk pemahaman terhadap benda dan ruang melalui ingatan, pengalaman, serta interpretasi subjektif.

Karya-karya dalam pameran Perception berangkat dari objek-objek industri yang diolah ulang menjadi elemen artistik yang memicu imajinasi. Beberapa di antaranya adalah”Rumah”, “Pas”, “Masih Ada Satu Lagi”, “Cumi Cumi”, “Senter”, “Hujan Seketika”, dan “Ujung Tebing”, yang keseluruhannya dikerjakan dengan teknik afdruk emulsion on screen dan sentuhan oil pastel. Teknik ini memberikan dimensi baru pada objek-objek keseharian, mengaburkan batas antara benda fungsional dan karya seni yang sepenuhnya bebas dari batasan logika produksi.
Pameran ini mengajak audiens untuk mengingat kembali bagaimana imajinasi bekerja dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dunia modern yang mengutamakan rasionalitas dan efisiensi, imajinasi sering kali dianggap sebagai sesuatu yang tidak praktis. Namun, bagi Theresia, imajinasi bukan hanya sekadar fantasi, melainkan cara untuk menegosiasi ulang kenyataan.

Seperti yang disampaikan dalam pengantar pameran, ia terinspirasi oleh pemikiran estetika Hauser yang menegaskan bahwa keindahan bukanlah sesuatu yang tetap dan objektif, melainkan selalu bergantung pada subjektivitas manusia. Dengan cara ini, setiap karya yang dihadirkan dalam “Perception” menjadi refleksi dari beragam tafsir dan pengalaman yang dimiliki masing-masing individu.
Dalam beberapa karyanya, Theresia menghadirkan unsur nostalgia yang kuat, terutama dalam objek-objek rumah tangga yang familiar, seperti pakaian, kendaraan, hingga peralatan sehari-hari. Ia menyoroti bagaimana benda-benda ini dapat membawa makna yang berbeda bagi setiap orang, bergantung pada pengalaman dan latar belakang masing-masing.

Misalnya, sebuah baju bukan sekadar kain yang dikenakan, tetapi juga menyimpan kenangan, identitas, dan perasaan yang beragam. Dengan pendekatan ini, pameran “Perception” tidak hanya menghadirkan estetika visual tetapi juga membangkitkan dialog emosional antara pengunjung dan karya-karyanya.
Pameran ini akan berlangsung hingga 8 April 2025, memberikan waktu yang cukup bagi para pengunjung untuk menikmati dan merenungkan karya-karya yang dipamerkan. Artsphere Gallery dapat dikunjungi setiap Senin hingga Sabtu, mulai pukul 11.00 hingga 18.00 WIB, serta tutup pada hari Minggu dan hari libur nasional. Info lebih lanjut, kunjungi akun Instagram @artspheregalleryjkt.