Bagi yang mencari kegiatan menarik di Jakarta untuk mengisi akhir pekan atau libur Lebaran tanpa perlu bepergian jauh, pameran “There is no center” di ROH bisa menjadi pilihan yang menarik. Pameran ini menghadirkan konsep unik yang menolak gagasan sentralisasi dalam seni, menghadirkan karya-karya yang terus berkembang selama penyelenggaraannya.
Pameran ini memperlihatkan bagaimana karya seni tidak harus memiliki satu pusat perhatian dan dapat terus berubah seiring waktu. Dengan pendekatan yang tidak konvensional, “There is no center” menyatukan karya-karya dari berbagai seniman yang mengeksplorasi gagasan tentang objek dan produksi yang sering diabaikan. Selain itu, pameran ini juga melibatkan sejumlah penulis yang secara bertahap akan merespons karya-karya yang ditampilkan melalui tulisan, menciptakan pengalaman yang semakin dinamis.

Sejumlah seniman yang terlibat dalam pameran ini di antaranya Aditya Novali, Albertho Wanma, Bea Camacho, Budi Santoso, Charwei Tsai, chi too, Kate Newby, Kazuko Miyamoto, Kitty Taniguchi, Mella Jaarsma, Mira Rizki Kurnia, Oototol, Orawan Arunrak, Rab, Raha Raissnia, Tcheu Siong, dan Tith Kanitha. Selain itu, karya-karya mereka akan dikembangkan dan diperkaya dengan tulisan dari Denise Lai, Erwin Romulo, Harry Burke, Hung Duong, Innas Tsuroiya, Mara Coson, dan Martin Germann.
Salah satu karya yang menarik perhatian adalah “When it’s too painful to catch the light” oleh Aditya Novali, yang mengeksplorasi hubungan antara cahaya dan refleksi menggunakan material seperti cermin dan multiboard. Karya ini mengadaptasi konsep blencong dari pertunjukan wayang kulit ke dalam estetika modern, menghubungkan tradisi dengan budaya populer melalui permainan cahaya dan bayangan.

Albertho Wanma menampilkan “Separated Generation”, sebuah karya yang merepresentasikan tubuh yang perlahan terpisah sebagai refleksi atas identitas budaya yang terfragmentasi. Karya ini menyoroti bagaimana homogenisasi dan sentralisasi sering kali mengikis keberagaman lokal, menciptakan dialog kritis tentang pelestarian nilai-nilai budaya dalam arus globalisasi.
Kazuko Miyamoto, seniman Jepang yang telah lama berkarya di New York, menghadirkan “Two Dimensional Accordion”, sebuah instalasi berbasis benang katun yang membentuk pola geometris modular. Karya ini tidak hanya mengeksplorasi bentuk dan ruang, tetapi juga membawa komentar sosial tentang peran perempuan dalam seni dan kerja tangan yang sering kali dianggap sebagai bagian dari tradisi domestik.

Selain instalasi dan karya seni rupa, There is no center juga menghadirkan sejumlah pertunjukan performatif dari seniman seperti Bea Camacho, Charwei Tsai, chi too, Mella Jaarsma, Rab, dan Raha Raissnia. Pertunjukan ini menambah dimensi interaktif dalam pameran, di mana tubuh dan gerakan menjadi bagian dari narasi yang terus berkembang di dalam ruang galeri.
Pameran ini dibuka hingga 13 April 2025 di ROH, Jakarta. Galeri buka setiap Rabu hingga Jumat pukul 13:00 hingga 19:00, serta Sabtu dan Minggu pukul 11:00 hingga 19:00. Galeri tutup setiap Senin, Selasa, dan hari libur nasional. Informasi lebih lanjut mengenai program publik dan jadwal acara dapat diakses melalui situs resmi www.rohprojects.net atau akun Instagram @rohprojects.