Baik Art Jakarta tengah menghadirkan pameran bertajuk ‘Pop Fractal’ karya seniman asal Bali, Suanjaya Kencut. Pameran ini menjadi ruang bagi Kencut untuk menampilkan eksplorasinya terhadap kehidupan kontemporer dengan sentuhan estetika budaya tradisional Bali. Melalui karya-karyanya, ia mengajak para pengunjung untuk merenungkan keterhubungan antaridentitas, emosi, dan simbolisme dalam dunia yang semakin terfragmentasi.
Suanjaya Kencut dikenal dengan gaya visualnya yang unik. Karya-karyanya mencerminkan proses sublimasi dari berbagai elemen budaya Bali, seperti ukiran ornamen, kain hias dalam upacara adat, dan tarian Barong-Rangda yang ikonik.
Selain itu, struktur rumit dari bantenan atau sesajen yang berlapis-lapis menjadi inspirasi kuat dalam pola berulang yang sering muncul di dalam lukisan dan patungnya. Dengan menggunakan warna-warna cerah dan pola yang bertumpuk, Kencut menciptakan karya yang memadukan tradisi dengan interpretasi modern.
Dalam ‘Pop Fractal’ , Kencut menyelami tema besar tentang identitas dan keterpisahan. Ia memandang kehidupan modern sebagai sebuah realitas yang penuh fragmen – terpisah namun saling berkaitan. Dalam sebuah refleksi personal, Kencut menggambarkan dunia di mana emosi sering kali sulit diungkapkan secara utuh, sementara interaksi sosial dipenuhi simbol-simbol semu yang menyiratkan keterpecahan. Lewat karya ini, Kencut mengajak audiens untuk merekatkan kembali potongan-potongan kecil tersebut dan menemukan makna keterhubungan.
Salah satu ciri khas karya Kencut adalah penggunaan figur-figur boneka yang berulang dan tumpang tindih dalam komposisi yang dinamis. Figur-figur ini hadir baik dalam bentuk dua dimensi pada lukisan maupun dalam bentuk patung yang memiliki karakter lembut namun kuat. Setiap karya dimulai dengan sketsa hitam putih sederhana yang kemudian berkembang menjadi komposisi penuh warna yang kaya emosi. Proses ini mencerminkan perjalanan kreatif Kencut yang berangkat dari kesederhanaan menuju kompleksitas visual yang memukau.
Melalui pola yang berulang dalam ‘Pop Fractal’ , Kencut menyoroti siklus kehidupan yang tak pernah berhenti. Pola ini bukan hanya estetis, tetapi juga simbol dari bagaimana kehidupan berulang dalam berbagai bentuk dan tahap. Bagi Kencut, pola-pola tersebut adalah cara untuk menyampaikan gagasan tentang keberadaan manusia dalam realitas yang penuh dengan perulangan. Hal ini juga sekaligus menantang audiens untuk melihat diri mereka sendiri dalam karya-karya tersebut, mencari potongan-potongan yang mungkin selama ini terlewatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, karya patung yang ditampilkan dalam pameran ini menawarkan keseimbangan antara visual yang kuat dan kelembutan emosi. Figur-figur ini, meskipun tampak sederhana, memiliki lapisan makna yang dalam. Dengan detail halus dan penggunaan warna-warna cerah, patung-patung ini menyampaikan cerita emosional yang lebih dari sekadar estetika permukaan. Setiap karya terasa hidup, seolah-olah menyimpan narasi yang ingin diceritakan kepada setiap pengunjung yang melihatnya.
Melalui ‘Pop Fractal’, Kencut seakan menghadirkan dialog antara tradisi dan modernitas. Warisan budaya Bali yang kaya menjadi fondasi bagi karyanya, tetapi ia menafsirkannya dalam bahasa visual yang relevan dengan kehidupan masa kini. Karyanya menjadi semacam jembatan yang menghubungkan masa lalu, sekarang, dan masa depan, serta mengundang audiens untuk merenungkan kembali hubungan mereka dengan identitas budaya dan realitas kontemporer.
Bagi para pencinta seni, Pop Fractal akan menjadi pameran yang sayang untuk dilewatkan. Dengan karya yang memadukan nilai-nilai tradisi dan kompleksitas kehidupan modern, pameran ini siap menginspirasi dan memberikan pengalaman visual yang tak terlupakan. Pop Fractal masih dapat dikunjungi hingga 11 Januari 2025 di Baik Art Jakarta, pas untuk mengisi waktu di akhir pekan maupun liburan akhir tahun.