Tur Budaya di Kapuas Hulu, Menggali Makna di Balik Tenun Iban

Foto: Dok. Yayasan Kehati

Tersembunyi di antara rimbunnya hutan Kalimantan, masyarakat Iban menyimpan tradisi berharga yang menggabungkan keindahan seni dan upaya konservasi. Tradisi tenun yang telah diwariskan dari generasi ke generasi ini menjadi cerminan identitas budaya mereka, serta menjadi daya tarik unik bagi para traveler yang mencari pengalaman autentik di alam yang masih asri.

Tenun merupakan bagian penting dari kehidupan perempuan Iban. Kain yang dihasilkan dari proses ini digunakan dalam berbagai upacara adat, dan setiap motif serta warna yang dipilih memiliki makna tersendiri. Namun, tradisi ini terancam oleh pembangunan yang masif dan perubahan dalam masyarakat, ditambah lagi dengan eksploitasi lahan dan hutan yang mengakibatkan hilangnya pepohonan dan tanaman kapas yang menjadi sumber pewarna dan benang kapas.

Menurut data dari The Center for International Forestry Research dan World Agroforestry, antara tahun 2000 hingga 2017, hutan seluas sekitar 59.962 kilometer persegi hilang di seluruh Kalimantan. Ancaman deforestasi ini diprediksi akan terus berlanjut, dengan potensi kehilangan hutan seluas 74.419 kilometer persegi antara tahun 2018 hingga 2032. Kondisi ini mendorong generasi muda Iban untuk melestarikan tradisi mereka sambil beradaptasi dengan perubahan lingkungan.

Foto: Dok. Endo Segadok

Pada tahun 2018, Margaretha Mala, seorang perempuan Iban yang peduli terhadap kelestarian budaya dan lingkungan, mengambil inisiatif untuk menghidupkan kembali tradisi tenun dengan memadukan elemen konservasi. Dia mendirikan dua komunitas, Endo Segadok dan Generasi Lestari, yang kini menampung 58 perempuan penenun. Komunitas ini tidak hanya berfokus pada produksi kain tenun, tetapi juga pada edukasi dan pelestarian nilai-nilai tradisi yang terkait dengan alam.

Bagi para traveler yang ingin lebih dari sekadar menikmati keindahan alam, komunitas ini menawarkan kesempatan untuk terlibat langsung dalam tradisi tenun. Mereka menyediakan tur edukatif yang mengajak pengunjung untuk memahami proses menenun, mulai dari pemilihan bahan, pewarnaan, hingga makna di balik setiap motif yang dihasilkan. Tur ini juga memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana tradisi ini berkontribusi terhadap upaya konservasi hutan di sekitar Kapuas Hulu.

Foto: Dok. Yayasan Kehati

Meski upaya pelestarian budaya ini menghadapi tantangan, termasuk keterbatasan sumber daya dan pengetahuan tentang potensi pariwisata, Mala dan komunitasnya terus berusaha untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya tenun sebagai bagian dari warisan budaya yang tak ternilai. Dukungan dari berbagai pihak, baik dari sektor lokal, nasional, maupun organisasi nirlaba, membantu mereka untuk memperkenalkan tenunan Iban di tingkat lokal dan internasional, serta mendorong lebih banyak perempuan muda Iban untuk melanjutkan tradisi ini.

Selain menjadi bagian dari pelestarian budaya, tenun juga berdampak positif terhadap perekonomian lokal. Dengan memproduksi dan menjual kain tenun, komunitas ini berhasil menciptakan sumber pendapatan alternatif yang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan perempuan Iban, tetapi juga menawarkan pilihan mata pencaharian baru bagi para pria di komunitas mereka. Hal ini memberikan dampak langsung pada peningkatan taraf hidup masyarakat setempat.

Untuk traveler yang tertarik mengadopsi sepotong warisan budaya ini, kain tenun Iban dapat menjadi cendera mata yang tak hanya indah, tetapi juga penuh makna. Dengan harga yang berkisar antara Rp3 juta hingga Rp10 juta, setiap kain mewakili upaya komunitas dalam melestarikan tradisi dan lingkungan mereka.

Selain itu, istilah ‘mengadopsi’ yang digunakan untuk menjual kain ini menggambarkan ikatan unik antara penenun dan pembeli, serta tanggung jawab untuk menjaga warisan budaya Iban. Dengan demikian, perjalanan ke Kapuas Hulu bukan hanya menawarkan petualangan alam yang memukau, tetapi juga kesempatan untuk mendalami dan berpartisipasi dalam upaya pelestarian budaya dan lingkungan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here