Ambon menawarkan pesona menyelam yang lengkap, baik bagi penyuka topografi dramatis dengan ikan-ikan besar maupun penggemar muck dive. Di selatan Ambon terdapat situs yang berdekatan dan menawarkan formasi bebatuan dan dinding karang dramatis yang tertutup koral. Sedangkan untuk melihat ikan-ikan besar, bertolaklah ke Pulau Tiga di sebelah barat Ambon, yang alam bawah lautnya belum banyak bersentuhan dengan manusia.
Saat terbaik untuk menyelam di Ambon adalah September hingga Desember, dan Maret hingga April. Situs-situs di Ambon lebih cocok untuk penyelam berpengalaman karena sebagian besar situsnya kerap disapu arus kencang, selain muck dive memang biasanya hanya dapat dinikmati oleh penyelam yang daya apungnya sudah bagus. Berikut situs-situs menyelam terbaik di Ambon.
Laha 1, 2, 3 (Twilight Zone)
Sekitar tiga kilometer ke dalam wilayah teluk, inilah situs menyelam makro terbaik di Ambon, karena di sinilah ditemukan spesies psychedelic frogfish (Histiophryne psychedelica) yang berwarna meriah seperti permen. Dijuluki Twilight Zone karena makhluk-makhluk yang hidup di sini wujudnya seaneh alien, seperti tema serial televisi terkenal di tahun 1990-an. Pergi menyelam di sini harus dengan baterai kamera yang penuh, karena Anda akan dibuat sibuk memotret berbagai spesies unik.
Karena areanya luas, Laha terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Laha 1, 2, dan 3, dan semuanya menjanjikan penyelaman yang sibuk, terutama bagi para fotografer. Rhinopias atau jenis scorpionfish langka dalam aneka warna – kuning, oranye, biru, merah, ungu, cokelat, merah muda – dengan bagian wajah tampak seperti cula badak dapat ditemukan terutama di Laha 3. Berada di ketiga situs yang saling menyambung ini bagai sedang berada di latar kisah karangan Charles Dickens yang kelam sekaligus berwarna.
Pintu Kota
Situs menyelam terkenal di selatan Ambon ini namanya diambil dari formasi karang raksasa di pantai yang melengkung sempurna mirip daun pintu. Masuk ke dalam air, di kedalaman sekitar 15 meter, terdapat formasi batu mirip pintu lagi, namun yang ini rata tertutup sea fan dan Gorgonia dengan ikan-ikan karang berwarna-warni. Penyelam memang rata-rata hanya menghabiskan waktu mengitari pintu di bawah air ini, karena dataran yang tak jauh dari sini mengarah ke perairan dalam yang melebihi batas keselamatan penyelaman rekreasi. Karena topografi yang menakjubkan, situs ini adalah tempat untuk melakukan fotografi dengan lensa wide angle, walaupun makhluk-makhluk makro juga terdapat di dasar pasir dan dinding batu.
Hukurila Cave
Berdekatan dengan Pintu Kota, penyelaman di situs ini biasanya dilakukan pada hari yang sama. Penyelaman akan dimulai dengan turun melalui salah satu dari tiga celah sempit mirip cerobong asap yang mengarah kepada celah karang yang dipenuh spons, koral lunak, dan sea fan. Dengan jarak pandang yang sempurna dan ikan-ikan karang yang melimpah, penyelaman di sini dengan mudah akan membuat penyelam melupakan aturan terpenting dalam menyelam, yaitu larangan untuk tidak menahan napas.
Rhino City
Berada di barat Laha, namanya diambil dari spesies Rhinopias yang ditemukan di sini. Ada tiga spesies Rhinopias di dunia, dan yang ada di Indonesia hanyalah dua jenis, yaitu weedy scorpionfish (Rhinopias frondosa) dan Eschmeyer’s scorpionfish (Rhinopias eschmeyeri). Jenis lacy scorpionfish (Rhinopias aphanes) hanya ada di perairan Papua Nugini dan Australia. Merupakan perpanjangan situs Laha, penyelaman dilakukan di perairan dangkal karena tanpa harus beranjak terlalu jauh, berbagai makhluk langka sudah menampakkan dirinya di depan mata.
Pulau Tiga (Pulau Ela, Hatala, Lain)
Menyelam di sekitar tiga pulau yang berdekatan ini dapat dilakukan sebagai day trip dengan makan siang tersaji di salah satu pantainya yang cantik dan tak berpenghuni. Perjalanan ke sini dari Ambon pun menyenangkan karena di perjalanan kadang melintas kawanan lumba-lumba atau paus.
Mirip Air-Meno-Trawangan di Lombok, Pulau Tiga adalah tiga pulau mungil yang terletak berdekatan di pesisir barat Ambon. Karena arusnya kuat, maka banyak pelagis di sini, seperti mobula ray, beberapa spesies hiu, napoleon wrasse, dogtooth tuna, dan kerapu. Masyarakat pun masih mempraktikkan cara menangkap ikan secara tradisional dengan keramba, sehingga perairan ini terbebas dari perusakan karang menggunakan dinamit.
Etika Memotret Hewan
Mengabadikan hewan-hewan unik dan langka, terutama yang berukuran mungil, memang merupakan salah satu hal yang menyenangkan dari scuba diving. Karena di bawah air warna merah dalam spektrum warna cepat menghilang, maka di dalam air, bahkan di perairan dangkal, fotografer melengkapi peranti kameranya dengan strobe (flash eksternal). Kilat strobe memang dapat mengganggu hewan, terutama yang berukuran kecil. Oleh karena itu, batasi waktu memotret satu hewan tertentu, karena kalau terlalu lama memotretnya dengan strobe, hewan akan terganggu. Begitu pula bila menyelam dalam grup dan pemandu selam menunjukkan hewan yang istimewa, tunggu giliran dengan tenang dan atur daya apung supaya tidak naik-turun sehingga mengganggu hewan dan orang yang memotret. Tak perlu mengerumuni hewan yang sedang dipotret agar tidak menakuti-nakuti dan akhirnya malah melarikan diri. Selagi menunggu giliran, Anda juga bisa mengisi waktu dengan memotret objek lain yang berdekatan.