RUBANAH Underground Hub menyuguhkan pameran tunggal bertajuk “taswir” yang menampilkan sejumlah karya dari seniman asal Bandung, Immartyas. Pameran ini mengajak audiens untuk merenung lebih dalam mengenai konsep gambar, bukan hanya sebagai representasi, melainkan sebagai entitas dengan eksistensi yang mandiri. Dalam pameran ini, Immartyas menyodorkan sebuah perspektif baru tentang gambar, memandangnya bukan sebagai salinan dari sesuatu yang lain, melainkan sebagai bentuk yang hadir, nyata, dan otonom.
Sebagai kelanjutan dari perjalanan artistiknya, Immartyas mengulang kembali minatnya terhadap proses menggambar sebagai aktivitas meditatif dan intuitif yang telah ia mulai sejak karya “Urat ibu” dalam pameran “More than the sun of its parts” di Studio Batur, Bandung pada 2019 lalu.
Di dalam “taswir”, sang seniman mengeksplorasi lebih jauh relasi antara tubuh, media, dan ruang melalui berbagai pendekatan dan material. Tidak hanya bermain dalam ranah gambar konvensional, ia juga menantang batas-batas antara dua dimensi dan tiga dimensi, menggunakan teknik layering dan material transparan, serta manipulasi permukaan yang menambah kedalaman pada karya-karyanya.

Salah satu karya yang pernah dipamerkan sebelumnya, “Menyadur terang: kain, beras, kertas, kaca”, kembali hadir dalam “taswir”. Karya ini menggabungkan material seperti organza sutra, butiran beras, kertas, dan kaca untuk menciptakan bayang-bayang dan pantulan cahaya, yang menjadi bagian integral dari gambar itu sendiri. Penggunaan material ini berlanjut dalam karya terbaru, dengan sapuan arang dan tusukan tinta yang menciptakan berbagai efek permukaan, dari celah hingga retakan kecil yang menambah daya tarik visual.
Kurator Grace Samboh dalam teks kuratorialnya menjelaskan bahwa karya-karya Immartyas dalam “taswir” bukanlah tiruan atau representasi dari sesuatu yang lain. Gambar-gambar tersebut hadir sebagai entitas yang berdiri sendiri, bukan sekadar salinan dari kenyataan. Pendekatan ini mendorong pengunjung untuk merasakan gambar sebagai objek yang memiliki eksistensi dan kekuatan tersendiri, bebas dari narasi atau konteks yang ditetapkan sebelumnya.

Pameran ini juga menjadi ajang refleksi terhadap pemahaman kita tentang gambar sehari-hari, yang sering kali dianggap hanya sebagai alat representasi. Dalam “taswir,” Immartyas berupaya untuk membalikkan perspektif tersebut, memperlakukan gambar sebagai tubuh hidup yang memiliki napas dan kehadiran. Interaksi antara garis, permukaan, dan cahaya dalam karya-karya terbarunya menambah kedalaman filosofi pameran ini.
Selama masa pameran, pengunjung akan dimanjakan dengan suasana tenang dan kontemplatif. Tidak ada label pada karya-karya yang dipamerkan, dan hanya disediakan katalog untuk memperkaya pengalaman audiens. Pendekatan ini bertujuan untuk memberi ruang bagi pengunjung agar bisa berinteraksi langsung dengan karya tanpa gangguan narasi atau penjelasan yang telah dibingkai.

Pada akhir pekan ini, RUBANAH Underground Hub juga mengadakan workshop kolase sutra bertajuk “Towards Transparency” yang dipandu langsung oleh Immartyas. Workshop ini menawarkan kesempatan bagi peserta untuk merasakan tantangan dalam menumpuk warna pada organza sutra CMYK. Workshop ini berlangsung pada Sabtu dan Minggu, 26 dan 27 April 2025, pukul 14.00-16.00 WIB, dengan biaya Rp375 ribu per orang, sudah termasuk tiket gratis ke Art Jakarta Gardens 2025.
Pameran “taswir” sendiri berlangsung hingga 11 Mei 2025 di RUBANAH Underground Hub, Wisma GEHA (Basement), Jl. Timor No. 25, Menteng, Jakarta Pusat. Galeri buka setiap Selasa-Minggu pukul 12.00-19.00 WIB. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi akun Instagram @rubanahundergroundhub.