Melihat Matahari dari Perspektif 17 Seniman di Pameran “Eye of the Day”

"The Sun Shinin’ Down On Me, So It’s A Good Day" (2025) karya Addy Debil

Pameran “Eye of the Day” menjadi wadah eksplorasi tentang matahari sebagai metafora pengalaman manusia di berbagai belahan dunia. Digelar oleh Srisasanti Gallery di Yogyakarta, pameran ini menghadirkan 17 seniman dari Indonesia dan luar negeri, termasuk dari Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, Taiwan, Brasil, dan Spanyol. Melalui lebih dari 40 karya seni dalam berbagai medium, pameran ini mengajak pengunjung untuk melihat bagaimana kehadiran matahari memengaruhi cara pandang manusia terhadap kehidupan dan budaya mereka.

Judul “Eye of the Day” diambil dari terjemahan bahasa Inggris kata “matahari,” yang secara harfiah berarti “mata” dan “hari.” Makna ini menggambarkan bagaimana bahasa membentuk persepsi dan bagaimana arti dapat berubah tergantung pada audiens dan konteks budaya.

Matahari, yang selalu hadir di kehidupan manusia, menjadi elemen universal yang mendefinisikan perbedaan dan kesamaan antarbudaya. Dalam pameran ini, para seniman tidak hanya menawarkan interpretasi visual tentang matahari, tetapi juga mengajak pengunjung untuk merefleksikan cara dunia melihat fenomena alam ini dari berbagai perspektif.

“Heliotropic Person” (2025) karya Eko Bintang

Beberapa seniman yang turut serta dalam pameran ini berasal dari Indonesia, seperti Abenk Alter, Addy Debil, Agugn, Anjastama HP, Darbotz, Eko Bintang, Fandi Angga Saputra, Liffi Wongso, Riono Tanggul, dan RYOL. Seniman internasional yang terlibat termasuk Bibi Lei dari Jepang, Fabio Dourone dari Spanyol, Kyeonghoon Oh dari Korea Selatan, Lucas Noguera dari Brasil, Ruo-Hsin Wu dari Taiwan, Yool Kim dari Korea Selatan, dan Zhou Song dari Tiongkok.

Setiap seniman membawa gaya dan teknik masing-masing dalam menafsirkan tema ini, mulai dari penggunaan cat akrilik dan pastel di atas kanvas, teknik linocut di atas kertas handmade, hingga eksplorasi medium campuran. Variasi teknik ini semakin memperkaya pengalaman visual bagi pengunjung, yang dapat menemukan berbagai cara pandang terhadap simbol matahari dalam karya-karya yang ditampilkan.

“Little Shadow” (2025) karya Ruo-Hsin Wu

Di antara karya yang menarik perhatian adalah “The Sun Shinin’ Down on Me, so, It’s a Good Day” karya Addy Debil, yang menggambarkan optimisme dan semangat hidup melalui warna-warna cerah dan karakter khasnya. Karya lain seperti “Supernova” karya Eko Bintang dan “Eclipse” oleh Lucas Noguera juga menampilkan interpretasi unik mereka terhadap peran matahari dalam kehidupan manusia.

Selain teknik yang berbeda, latar belakang dan inspirasi para seniman juga beragam. Abenk Alter dikenal dengan penggunaan warna-warna berani dan bentuk geometris yang dinamis dalam karyanya, sementara Darbotz membawa estetika urban melalui penggunaan cat semprot di media aluminium. Kyeonghoon Oh menggabungkan tradisi Timur dengan pengaruh mitologi Barat dalam lukisan akriliknya, sedangkan Zhou Song mengeksplorasi hubungan antara estetika mesin dan biomorfisme dalam lukisan cat minyaknya.

“《塑造》Molding” (2024) karya Zhou Song

Pameran ini tidak hanya menghadirkan eksplorasi visual tentang matahari, tetapi juga menggugah pemikiran tentang bagaimana cahaya membentuk identitas dan persepsi. Matahari bisa menjadi simbol kebangkitan, pengamat yang terus hadir, atau bahkan tantangan yang harus dihadapi. Perspektif yang beragam ini membuat setiap karya memiliki nuansa dan makna yang unik, tergantung pada latar belakang budaya dan pengalaman pribadi senimannya.

Dalam dunia yang semakin terhubung melalui teknologi, pameran ini juga mengingatkan bahwa cara pandang manusia tetap dipengaruhi oleh tempat mereka tinggal. Setiap karya dalam “Eye of the Day” berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan berbagai sudut pandang dari satu belahan dunia ke belahan lainnya. Melalui seni, pameran ini mengajak pengunjung untuk melihat bahwa meskipun kita hidup dalam konteks yang berbeda, ada elemen universal yang menyatukan manusia, seperti sinar matahari yang menyinari semua orang tanpa kecuali.

“Carnival of the Children II” (2025) karya Bibi Lei

Pameran ini tidak hanya menampilkan keberagaman artistik, tetapi juga menggambarkan bagaimana seni dapat menjadi jembatan antara berbagai perspektif budaya. Matahari, yang tampak sederhana dan hadir dalam kehidupan setiap orang, diinterpretasikan dengan cara yang begitu beragam, mencerminkan bagaimana lingkungan dan latar belakang memengaruhi pemahaman manusia terhadap elemen alam. Dalam konteks ini, para seniman bertindak sebagai pemandu yang mengajak pengunjung untuk melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda.

Pameran “Eye of the Day” berlangsung hingga 4 Mei 2025 di Tirtodipuran Link Building A, Yogyakarta. Pengunjung dapat menikmati pameran ini setiap Selasa hingga Jumat pukul 12.00 hingga 19.00 WIB, serta Sabtu dan Minggu pukul 12.00 hingga 20.00 WIB. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi akun Instagram @srisasantigallery.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here