Museum MACAN menghadirkan “Sing Dance Cry Breathe | as their world collides on to the screen”, pameran tunggal pertama dari seniman Thailand, Korakrit Arunanondchai, di Indonesia. Menampilkan lebih dari 20 karya, pameran ini mengeksplorasi hubungan antara spiritualitas, mitologi, dan dunia modern dengan menggabungkan berbagai medium, mulai dari lukisan, instalasi tapak, hingga video berskala besar yang menciptakan pengalaman imersif bagi para pengunjung.
Karya-karya Arunanondchai kerap menyoroti simbol burung dan ular, dua elemen yang banyak muncul dalam mitologi asal-usul manusia di berbagai budaya. Dalam pameran ini, simbol-simbol tersebut tidak hanya hadir sebagai elemen visual, tetapi juga sebagai metafora untuk hubungan antara manusia dengan alam serta sistem sosial yang terus berubah. Dengan memadukan animisme dan fiksi ilmiah, Arunanondchai menciptakan sebuah eksplorasi tentang ketakutan, harapan, dan transformasi, yang menjadi benang merah dalam setiap karyanya.

Salah satu karya yang dipamerkan adalah “The Dance of Earthly Delights” (2024), sebuah lukisan besar yang terinspirasi dari “The Garden of Earthly Delights” karya Hieronymus Bosch. Dalam versinya, ia menggambarkan dunia yang bertumpu pada tempurung kura-kura raksasa, sementara seekor ular besar menopangnya dari bawah. Konsep ini merefleksikan hubungan manusia dengan alam dan siklus kehidupan yang terus berubah. Melalui teknik melukis menggunakan jari-jari dan tubuhnya sendiri, ia menciptakan tekstur yang menyerupai lukisan cadas purba.
Pameran ini juga menampilkan “Breath” (2024), sebuah instalasi yang menggabungkan elemen animatronik dengan kepala dan tangan silikon, boneka kelinci, serta lampu LED. Instalasi ini berfungsi sebagai ruang tunggu metaforis, di mana figur-figur dalam karya tampak dalam berada keadaan menunggu kebangkitan atau perubahan. Karya ini menggambarkan ketidakpastian dan harapan yang menyelimuti proses transformasi.

Instalasi lain yang tak kalah menarik adalah “No history in a room filled with people funny names 5” (2018), sebuah video instalasi berdurasi 30 menit yang membahas kekuatan spiritual, militer, dan kapitalisme global. Video ini mengangkat peristiwa penyelamatan tim sepak bola remaja Thailand pada 2018, menghubungkan kejadian tersebut dengan sejarah perang dan pengaruh politik global dalam membentuk narasi nasional suatu negara. Dengan teknik pengolahan gambar yang dinamis, Arunanondchai mengajak penonton untuk mempertanyakan kembali bagaimana sebuah cerita dikonstruksi dan disebarkan.
Selain instalasi berskala besar, pameran ini juga menyertakan karya berbasis material yang menarik, seperti “Garuda” (2024), “Yggdrasil” (2024), dan “Cry” (2024) yang menggunakan kertas logam di atas denim. Sementara itu, instalasi “Stage” (2024) menghadirkan lantai bertekstur retak yang terbuat dari campuran abu, tanah, dan cat rumah, menciptakan pengalaman sensorik yang unik bagi pengunjung. Lantai ini mencerminkan gagasan tentang siklus kehancuran dan penciptaan kembali, yang menjadi tema sentral dalam karya-karya Arunanondchai.

Eksplorasi terhadap tekstur dan material juga terlihat dalam karya seperti “Imagination” (2024), “Seraph” (2024), dan “Self Portrait II” (2024). Karya-karya ini menggunakan teknik pembakaran pada denim atau kertas logam untuk menciptakan efek visual yang dramatis. Sementara itu, “Songs for living” (2021) merupakan karya video yang mengeksplorasi konsep kelahiran kembali melalui cahaya, suara, dan gerakan, memperlihatkan bagaimana kehidupan dan kematian terhubung dalam siklus tanpa akhir.
Teater Non-manusia
Pameran ini dirancang sebagai sebuah teater non-manusia, di mana entitas antropomorfis dan elemen alam saling berinteraksi melalui cahaya, suara, dan arsitektur. Arunanondchai ingin mengajak pengunjung untuk mendekonstruksi narasi lama yang tidak lagi relevan serta memahami bagaimana mitos dan spiritualitas tetap berperan dalam kehidupan modern. Dengan pendekatan eksperimentalnya, ia merangkai dunia yang berada di antara realitas, memori, dan imajinasi.

Bagi para pencinta seni dan mereka yang tertarik dengan eksplorasi identitas, mitologi, dan spiritualitas, pameran ini menjadi pengalaman yang tidak boleh dilewatkan. Berlangsung hingga 6 April 2025, pameran ini bisa dikunjungi setiap Selasa hingga Minggu, pukul 10:00 hingga 18:00 (hingga 17:30 selama Ramadan).
Museum MACAN juga menawarkan promo spesial hingga 30 Maret 2025, yakni beli 2 tiket, gratis 1 tiket. Promo ini berlaku untuk pembelian daring di museummacan.org/tickets dengan kode NGABUBURITDIMACAN atau langsung di museum. Tiket gratis dapat ditukarkan di loket tiket lantai 2. Informasi lebih lanjut tersedia di akun Instagram @museummacan.