Menyaksikan Perjalanan Seni dari 1981-2023 dalam Pameran BARU, BARU.

Foto: Dok. RUBANAH Underground Hub

RUBANAH Underground Hub mempersembahkan BARU, BARU., sebuah pameran kelompok yang menampilkan karya seni dari tahun 1981 hingga 2023. Pameran ini lahir dari perjalanan panjang yang dipenuhi pencarian, rasa ingin tahu, dan kepedulian, serta mempertanyakan sejauh mana seni dan pekerja seni berperan dalam kehidupan sosial, politik, dan kemanusiaan.

BARU, BARU. dikuratori oleh Grace Samboh dengan esai pengantar oleh Berto Tukan serta desain pameran yang dirancang oleh Sigit D. Pratama. Pameran ini akan berlangsung hingga 16 Februari 2025 di basement Wisma GEHA, Jl. Timor No. 25, Menteng, Jakarta Pusat, dan dapat dikunjungi setiap Selasa hingga Minggu pukul 12:00 hingga 19:00.

Foto: Dok. RUBANAH Underground Hub

Pameran ini menampilkan seniman dari berbagai generasi yang memiliki pendekatan unik dalam berkarya serta dalam membaca peran seni dalam masyarakat. Mereka yang terlibat dalam BARU, BARU. adalah Agus Suwage; Arahmaiani; Ary “Jimged” Sendy bersama Cesar Augusto da Costa Lourdes, Cesar Trinito Fritas Gaio, dan Nug Katjasungkana; serta Köken Ergun.

Selain itu, ada Loranita Theo; Bakudapan Food Study Group yang beranggotakan Muhayati, Hartiti, Sumilah, Kurnia Yudha F., Prihatmoko Moki, dan Irindhita ‘Ayash’ Laras Putri; Nadiah Bamadhaj, Riar Rizaldi, Julia Sarisetiati dengan Ary “Jimged” Sendy; serta Tisna Sanjaya. Berbagai karya yang mereka suguhkan tidak hanya merekam perkembangan seni dari berbagai era, tetapi juga mengangkat refleksi sosial yang masih relevan hingga saat ini.

Foto: Dok. RUBANAH Underground Hub

Dalam pengantar kuratorialnya, Grace Samboh menyoroti bagaimana pameran ini berangkat dari kegelisahan terhadap sejarah yang terus berulang. Reformasi, yang kini telah melewati tiga pemilu, menjadi salah satu refleksi utama dalam pameran ini. Dengan nada yang tajam, ia mempertanyakan apakah Reformasi masih berpegang pada idealismenya atau telah bergeser ke arah yang tak terduga.

Pameran ini juga membahas bagaimana tren budaya dari masa lalu sering kali kembali muncul, sering kali karena dorongan viralitas dan algoritma digital. Fenomena ini memunculkan pertanyaan lebih dalam: apakah kebaruan dalam seni benar-benar ada, atau hanya pengulangan dalam bentuk lain?

Mengacu pada kutipan Karl Marx, “Sejarah mengulang dirinya sendiri. Pertama sebagai tragedi, kemudian sebagai lelucon,” BARU, BARU. berusaha mengangkat berbagai pertanyaan tentang politik, kelas sosial, dan intelektualitas yang semakin tumpul akibat sistem yang ada. Para seniman dalam pameran ini menggunakan berbagai medium dan pendekatan artistik untuk menggambarkan kompleksitas realitas sosial yang mereka hadapi. Karya-karya yang ditampilkan menjadi cerminan dari berbagai isu yang masih relevan hingga saat ini, mulai dari perubahan sosial, ketidakadilan, hingga dinamika demokrasi yang terus berkembang.

Foto: Dok. RUBANAH Underground Hub

BARU, BARU. tidak hanya menghadirkan karya seni, tetapi juga membuka ruang diskusi yang lebih luas melalui seminar dan simposium. Acara ini bertujuan untuk membedah kondisi demokrasi saat ini dengan perspektif sejarah dan kepedulian terhadap kemanusiaan. Dengan adanya forum ini, pameran ini tidak hanya menjadi tempat apresiasi seni, tetapi juga menjadi ruang perdebatan dan refleksi bersama mengenai peran seni dalam membentuk kesadaran kolektif.

Pameran ini menjadi bukti bahwa seni adalah bagian dari sejarah yang terus bergerak. Dengan menghadirkan karya-karya dari periode yang luas, BARU, BARU. memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk melihat bagaimana gagasan, eksperimen, dan refleksi sosial telah berkembang seiring waktu. Datang dan saksikan sendiri bagaimana karya-karya ini mengajak kita merenungkan kembali hubungan seni dengan dunia yang terus berubah, serta bagaimana seni dapat berkontribusi dalam memahami dan merespons berbagai perubahan sosial yang terjadi di sekitar kita.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here