Pameran seni bertajuk ‘Define Comedy!’ kini tengah berlangsung di ISA Art Gallery, Jakarta, mengangkat tema tragikomedi yang menggabungkan unsur humor dan tragedi untuk menggali berbagai sisi pengalaman manusia. Menghadirkan karya-karya dari sembilan seniman berbakat, pameran ini menjadi ruang untuk merefleksikan kehidupan melalui humor yang disandingkan dengan renungan tentang absurditas dan tantangan yang dihadapi manusia.
Seniman yang terlibat dalam pameran ini adalah Ardi Gunawan, Beyond Crap, Dabi Arnasa, Fffffandy, Luh’De Gita (Luh Gede Gita Sangita Yasa), Tennessa Querida, Summerayn (Motionbeast), S. Urubingwaru, dan Zikry Rediansyah. Masing-masing seniman menyumbangkan perspektif unik mereka terhadap tema tragikomedi, menghadirkan karya-karya yang menggabungkan humor, ironi, dan kritik sosial dalam berbagai medium, mulai dari lukisan, instalasi, hingga karya seni digital.
Ardi Gunawan menghadirkan serangkaian karya yang memadukan kritik sosial dengan visual yang menggelitik, seperti ‘The Meaning is Confused by the Middle Class’ dan ‘The Meaning is Confused by Table Manner’. Karya ini menyentuh isu budaya kerja modern, gaya hidup kelas menengah, dan bagaimana nilai-nilai tradisional seringkali kabur dalam kehidupan kontemporer.
Beyond Crap membawa keunikan dengan instalasi seperti ‘Talk Less Book More’ dan ‘Komentator’. Menggunakan material tak konvensional seperti karton susu bekas dan papan gabus, karya ini mengomentari proses produksi seni dan menghadirkan narasi yang bersifat spontan sekaligus reflektif.
Dabi Arnasa menghadirkan lukisan seperti ‘Catatan Kehadiran’ dan ‘Membelakangi Pemandangan’, yang menggambarkan hubungan erat antara tubuh manusia dan alam. Setiap karyanya menjadi refleksi tentang bagaimana manusia menjadi bagian dari kekuatan alam yang lebih besar.
Fffffandy, seorang seniman dan desainer grafis, menyentuh tema kehidupan urban melalui karya seperti ‘Too Much on Plate’ dan ‘Gloomy Fanatic’. Dengan humor yang subtil, ia mengkritik rutinitas perkotaan dan ekspektasi sosial yang sering kali terasa memberatkan.
Luh’De Gita mengangkat tema spiritualitas dan konflik moral melalui karya seperti ‘Joy in Paradise’ dan ‘Hell in the River of Despair’. Terinspirasi dari ‘Divine Comedy’ karya Dante, Luh’De memadukan simbolisme Bali dengan narasi kosmik untuk menggambarkan perjuangan manusia dalam mencari harmoni di tengah kekacauan.
Tennessa Querida menghadirkan karya seperti ‘Purification’, yang merepresentasikan perjalanan eksistensial manusia menuju pencerahan spiritual. Karya ini menggabungkan unsur simbolisme dengan pesan tentang introspeksi diri.
Summerayn (Motionbeast) mempersembahkan instalasi interaktif ‘Temporal Reflections’ yang menyoroti absurditas waktu. Karya ini menampilkan penghitung waktu digital yang mencatat usia rata-rata manusia sambil menghitung detik-detik yang ‘terbuang’. Karya ini mengundang audiens untuk merenungkan bagaimana waktu sering kali terasa sebagai paradoks antara urgensi dan kebebasan.
S. Urubingwaru membawa narasi mitologi ke dalam karya seperti ‘Andanawarih and the Taksaka’, yang menyelami dualitas konflik internal dan eksternal dalam perjalanan heroik manusia. Sementara Zikry Rediansyah, dengan gaya satirnya, mengeksplorasi hubungan manusia dengan teknologi melalui karya seperti ‘Dinner’ dan ‘Miscommunication Visual’. Ia menyoroti alienasi dan absurditas dalam dunia yang semakin terkoneksi namun penuh disonansi.
Pameran ‘Define Comedy!’ berlangsung hingga 7 Februari 2025 di ISA Art Gallery, Wisma 46, Jakarta Pusat. Galeri ini buka setiap Selasa hingga Sabtu, pukul 11:00 hingga 18:00. Untuk informasi lebih lanjut tentang pameran dan karya yang dipamerkan, kunjungi akun Instagram @isaart.id.