Rachel Gallery dengan bangga mempersembahkan pameran tunggal ‘Merenda Tubuh, Menghias Luka’ oleh Faelerie, seorang seniman tekstil berbakat dari Wonosobo. Pameran ini berlangsung hingga 2 Juni 2024, menampilkan karya-karya rajut yang memukau dan penuh makna.
Mengenal Falerie
Lahir pada 1994, Faelerie tumbuh dalam keluarga yang memiliki tradisi merajut yang kuat. Seni merajut telah diwariskan dari generasi ke generasi, mulai dari nenek buyutnya yang belajar merajut di sekolah keputrian pada masa penjajahan Belanda, hingga ibunya yang kemudian mengajarkan keterampilan ini kepada Faelerie.
Kedekatan ini membentuk fondasi artistik yang mendalam bagi Faelerie, yang menganggap merajut bukan sekadar aktivitas, melainkan sebuah seni yang menciptakan garis, bentuk, dan volume dengan penuh detail dan repetisi.
Tema dan Inspirasi
Karya-karya Faelerie secara mendalam mengulas tema kerapuhan, terutama dalam konteks representasi tubuh perempuan. Ia mengeksplorasi dimensi kepekaan, kekuatan, dan kerentanan tubuh manusia melalui rajutan yang rumit. Proses merajut yang panjang dan repetitif menjadi cara Faelerie untuk mengingat dan menangkap esensi dari kenangan-kenangan berharga.
Karya-karya Unggulan
Pameran ini menampilkan beberapa seri karya Faelerie yang menggambarkan perjalanan emosional dan refleksi diri. ‘Merenda Tubuh, Menghias Luka’ bercerita tentang bagaimana tubuh terpengaruh oleh pengalaman internal dan eksternal, dengan kain sebagai metafora kulit yang menjadi subjek hidup melalui pola simpul yang membentuk dialog batin dengan realitas tubuh.
Karya awal Faelerie dengan teknik rajut penuh, ‘Rhythm’ #1 & #2 (2022), mengeksplorasi makna ritme dalam hidupnya. Seri ‘Simpul-Menyimpul Luka’ #1 & #2 (2023) menampilkan visual abstrak yang mencerminkan benda-benda rusak dan robek, menggambarkan kondisi mental tertentu dan menghadirkan luka dalam karya seni.
Seri ‘Shed My Skin, Set Me Free’ (2024) menggambarkan kondisi mental spesifik dengan visual kulit yang diibaratkan sebagai sesuatu yang dapat dilepas untuk melambangkan transformasi dan pembebasan. Sementara itu, ‘The Unveiling Fruits’ (2024) menggali fenomena fragile masculinity melalui bentuk testis, yang menggambarkan kekuatan namun juga kerapuhan di balik maskulinitas yang dipaksakan.
Pameran ini mengundang pengunjung untuk terlibat dalam perjalanan intim melalui kerapuhan seorang perempuan lewat seni. Dengan palet warna yang menggambarkan darah, kulit, dan daging, karya-karya ini memberikan refleksi nyata tentang kedalaman psikologis dari kondisi manusia. Setiap karya menjadi narasi reflektif tentang kehidupan, luka, dan kompleksitas intrinsik dari feminitas.
Jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan pameran ‘Merenda Tubuh, Menghias Luka’ yang berlangsung hingga 2 Juni 2024 di Rachel Gallery, Jakarta Pusat. Galeri buka tiap Selasa hingga Minggu pukul 12:00 hingga 19:00. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi akun Instagram @rachelgallery.ind atau rachelgallery.com.