Jambi memiliki banyak bangunan peninggalan sejarah bernilai tinggi, dengan salah satunya yang paling populer adalah Kompleks Percandian Muaro Jambi. Lokasinya di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, atau sekitar 23 km dari pusat kota Jambi.
Membentang sepanjang 7,5 km dari barat ke timur di tepi Sungai Batanghari, Kompleks Percandian Muaro Jambi ini jauh lebih luas dari Candi Borobudur, dan bahkan merupakan kompleks candi agama Hindu-Buddha terluas di Asia Tenggara. Saking luasnya, tak sedikit pengunjung yang datang dengan bersepeda untuk mengelilinginya.
Dikelilingi kanal-kanal tua, kompleks ini menyimpan setidaknya 80 reruntuhan candi dan sisa permukiman kuno yang diperkirakan berasal dari abad 9 hingga 15. Meski demikian, tak semuanya dapat dikunjungi oleh wisatawan.
Hanya sebagian kecil yang telah dibuka dan dilakukan pelestarian secara intensif, yakni Candi Vando Astano, Candi Gumpung, Candi Tinggi, Candi Kembar Batu, Candi Gedong 1, Candi Gedong 2, dan kolam Talaga Rajo. Lokasinya tersebar di Desa Muaro Jambi, Desa Kemingking Dalam, dan Desa Danau Lamo.
Uniknya, bangunan di kompleks candi ini tersusun dari batu bata yang direkatkan tanpa semen, melainkan hanya dengan bantuan air dan sinar matahari. Selain batu bata, ada beberapa bangunan yang dibangun pula dengan kerikil.
Hal ini dikarenakan di masa lalu kerikil lebih mudah didapatkan ketimbang batu andesit. Sumbernya pun terhitung melimpah karena diambil langsung dari Sungai Batanghari. Hebatnya lagi, bangunan tersebut dapat bertahan selama ribuan tahun lamanya.
Meski tak sepopuler candi lainnya di Jawa, situs purbakala ini diyakini sebagai salah satu tempat menuntut ilmu agama Buddha oleh murid dari berbagai negara di masa kejayaan kerajaan Sriwijaya.
Hal ini dibuktikan dengan penemuan mata uang dan beberapa pernak-pernik dari India, Tibet, dan Tiongkok yang kini tersimpan di Museum Siginjai Jambi. Sementara replikanya bisa kamu jumpai di museum kecil yang ada di kompleks candi tersebut.
Tak heran bila Kompleks Percandian Muaro Jambi selalu ramai dikunjungi oleh umat Buddha setiap Waisak. Di hari perayaan, mereka akan memadati area di sekitar kompleks candi untuk melaksanakan berbagai ritual, mulai dari mengitari candi, sembahyang dan semedi yang dipimpin biksu, dan diakhiri pelepasan lampion saat dini hari.
Merupakan perayaan Waisak terbesar kedua setelah yang berlangsung di Candi Borobudur, yang membuat perayaan Waisak di sini patut untuk disaksikan adalah digelarnya Festival Candi Muaro Jambi, di mana berbagai pertunjukan kesenian, band, hingga bazar kuliner dapat dinikmati pengunjung.
Teks: Melinda Yuliani