11 November lalu merupakan hari ulang tahun Pangeran Harya Dipanegara atau yang kita kenal dengan nama Pangeran Diponegoro. Tahun ini, ia berusia 235 tahun dan kisahnya masih terus dikenang bangsa Indonesia hingga sekarang.
Bertepatan dengan itu, Museum Nasional menggelar pameran bertajuk “Pamor Sang Pangeran”, yang menampilkan sosok Pahlawan Nasional yang terkenal dengan Perang Diponegoro atau Perang Jawa. Uniknya, Museum Nasional menyuguhkan kisah Sang Pangeran dengan konsep mendongeng dengan dukungan teknologi video mapping.
Dengan konsep seperti ini, pihak museum berharap dapat menarik minat lebih banyak pengunjung. Untuk menampilkan efek dramatis, tim kreatif melibatkan animator untuk mendukung visual dari cerita yang disampaikan.
Dikurasi Peter Carey dan Nusi Lisabilla Estudiantin, nantinya Sang Pangeran akan tampil bersama kuda kesayangannya, pusaka hidup bernama Kanjeng Kyai Gentayu dalam bentuk hologram. Pengunjung dapat menyaksikan film animasi berjudul Diponegoro 1830, yang mengangkat kisah dari periode penangkapan Pangeran Diponegoro di Magelang pada 28 Maret 1830 hingga diasingkan ke Manado pada 3 Mei 1830.
Museum Nasional juga memberi kesempatan pengunjung untuk melihat langsung enam benda pusaka milik pahlawan yang tutup usia pada 8 Januari 1855 ini. Enam benda pusaka yang dipamerkan antara lain Tongkat Kanjeng Kiai Tjokro, Pelana Kuda Kanjeng Kian Gentayu, Tombak Kanjeng Kian Rondhan, Payung Diponegoro, Babad Diponegoro, dan Keris Kanjeng Kiai Nogo Siluman. Benda pusaka terakhir menjadi sorotan publik karena merupakan koleksi terbaru museum yang baru dikembalikan Raja Belanda, Willem Alexander Maret lalu, setelah selama 189 tahun tersimpan di Museum Volkenkunde, Leiden.
Jika belum ada rencana untuk mengisi akhir pekan, kunjungilah pameran “Pamor Sang Pangeran” yang masih berlangsung hingga 26 November mulai pukul 10:00 hingga 16:00. Bertempat di Ruang Pameran Temporer Gedung B, dalam sehari ada lima sesi kunjungan (satu jam tiap sesi) yang dibatasi maksimal 25 orang dan gratis.
Pengunjung dapat mendaftar secara daring melalui laman resmi Pekan Kebudayaan Nasional dengan mengisi data diri dan menjawab sejumlah pertanyaan terkait rekam jejak aktivitas dan interaksi sebelum kunjungan ke museum. Setelah registrasi, e-tiket akan dikirim melalui surel yang menyertakan kode QR yang dipindai saat kunjungan.
Selama menikmati pameran, Museum Nasional menerapkan prosedur kesehatan yang wajib dipatuhi, yaitu menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Di museum terdapat tempat mencuci tangan dan hand sanitizer yang dapat dimanfaatkan pengunjung. Pihak museum juga menyediakan kaca pelindung di tiap koleksi yang dipamerkan.
Teks: Priscilla Picauly | Editor: Melinda Yuliani