Tasmanian devil berkeliaran kembali di daratan Australia untuk pertama kalinya sejak 3.000 tahun yang lalu, berkat kerja sama Aussie Ark, Global Wildlife Conservation, dan Wild Ark. Hewan marsupial ini sebenarnya dahulu tersebar di seluruh penjuru Australia, namun kemudian mengalami penurunan populasi yang amat pesat, hingga akhirnya hanya dapat ditemukan di Tasmania, pulau yang berada di sisi selatan Australia.
Hewan ini sendiri dilepasliarkan di suaka margasatwa seluas 400 hektar di utara Sydney, New South Wales. “Ini bukan hanya pelepasliaran kembali salah satu hewan kesayangan Australia, tetapi juga hewan yang akan merekayasa seluruh lingkungan di sekitarnya, memulihkan dan menyeimbangkan kembali ekologi hutan kita setelah berabad-abad kehancuran akibat rubah, kucing, dan predator invasif lainnya,” kata Tim Faulkner, Presiden Aussie Ark.
Populasi Tasmanian devil terutama menurun akibat perburuan manusia, karena hewan ini dianggap sebagai ancaman bagi ternak. Tasmanian devil kemudian secara resmi dilindungi sejak 1941, namun kemudian jumlahnya kembali menurun akibat penyakit semacam kanker menular berrnama Devil Facial Tumor Disease (DFTD) yang telah membunuh sekitar 90 persen dari total populasi sejak penyakit tersebut ditemukan pada 1996.
Kini, hanya ada sekitar 25.000 Tasmanian devil yang tersisa di Pulau Tasmania, dan Aussie Ark telah bekerja keras untuk melestarikan spesies yang terancam punah tersebut selama 10 tahun terakhir. Pada 10 September lalu, Aussie Ark telah melepasliarkan 11 Tasmanian devil, setelah sebelumnya melepasliarkan 15 ekor, sehingga kini total ada 26 Tasmanian devil yang tinggal di daratan Australia.
Tasmanian devil itu sendiri berasal dari program pembiakan Aussie Ark, yang awalnya dimulai dengan 44 ekor pada 2011, dan menjadi lebih dari 200 ekor saat ini. Aussie Ark menggunakan metode yang menumbuhkan perilaku alami, sehingga Tasmanian devil memiliki peluang lebih besar untuk bertahan hidup saat dilepaskan ke alam liar.
“Tanpa kerja keras dan ketekunan Aussie Ark yang luar biasa selama bertahun-tahun ini, pelepasliaran Tasmanian devil baru-baru ini tidak akan mungkin terjadi,” kata Don Church, Presiden Global Wildlife Conservation.
Tasmanian devil adalah marsupial karnivora terbesar di dunia sekaligus predator puncak. Artinya, pelepasliaran ini akan membantu mengendalikan populasi kucing dan rubah liar yang berburu spesies langka lainnya. Tasmanian devil juga merupakan scavenger, atau hewan yang memakan bangkai hewan lainnya, sehingga dapat membantu menjaga lingkungan mereka bebas dari penyakit.
Selama dua tahun ke depan, Aussie Ark akan melepasliarkan kembali Tasmanian devil dua kali, dengan masing-masing 20 ekor, selain memperkenalkan spesies baru di suaka margasatwa tersebut sebagai bagian dari rencana untuk membangun kembali habitat dan ekosistem alam. Spesies tersebut antara lain quoll timur (Dasyurus viverrinus), walabi batu berekor sikat, walabi Parma, dan tikus kanguru (Aepyprymnus rufescens).
Aussie Ark akan melacak hewan-hewan tersebut menggunakan kalung pelacak, camera trap (kamera jarak jauh dengan sensor gerak), dan survei secara rutin untuk mencari tahu cara mereka bertahan hidup.
Faulkner memuji proyek tersebut sebagai secercah harapan setelah musim kebakaran hutan 2019-2020 yang menewaskan sekitar tiga miliar hewan di Australia. “Ini adalah respons kami terhadap hal tersebut: apa pun yang terjadi, kami akan terus melanjutkan upaya-upaya untuk mengakhiri kepunahan dan membangun kembali Australia,” katanya.
Teks: Melinda Yuliani