Berakhir pekan ke Palu mungkin tak pernah terlintas di benak siapa pun. Namun ibu kota Sulawesi Tengah ini tak hanya merupakan pintu gerbang menuju pantai cantik berair tenang di Teluk Donggala, namun juga menawarkan kesempatan untuk mencicipi kekayaan kuliner yang nyaris terlupakan.
Teluk Donggala
Donggala adalah kota kecil yang berjarak tempuh sekitar satu jam dari pusat kota Palu. Untuk mengaksesnya, Anda dapat naik taksi bandara, atau bila menginap di Prince John Dive Resort, tersedia layanan antar jemput dari/ke bandara.
Memiliki perairan dangkal dan minim arus, Donggala merupakan tempat yang ideal untuk belajar menyelam. Prince John Dive Resort sebagai satu-satunya dive resort di Palu menyediakan pendidikan selam berbagai level, selain menawarkan akomodasi fullboard (termasuk makan tiga kali sehari) di beberapa bungalow dalam beberapa tipe.
Kalaupun tak menyelam, Anda tetap dapat menikmati keindahan Pantai Tanjung Karang yang menawarkan hamparan pasir halus dan perairan dangkal untuk berenang maupun bermain banana boat. Di sekitar pantai juga terdapat penginapan sederhana dan beberapa warung yang menyewakan alat snorkeling serta menjual makanan setempat, yaitu kaledo.
Kaledo
Bila belum pernah ke Palu mungkin belum pernah mendengar nama masakan khas Palu berupa sup tulang kaki sapi yang berkuah agak asam dan disantap dengan singkong rebus sebagai pengganti nasi ini. Menggunakan asam Jawa muda, kaledo merupakan paduan antara sayur sop dan sayur asam.
Konon asal-usul kaledo berawal dari seorang dermawan yang memotong sapi untuk dibagi-bagikan. Yang pertama datang adalah orang Jawa. Karena datang paling awal, ia mendapatkan jatah daging yang kemudian diolahnya menjadi bakso. Yang datang selanjutnya adalah orang Makassar yang mendapat jeroan dan kemudian mengolahnya menjadi coto. Orang Kaili, penduduk asli Donggala, adalah yang datang paling akhir dan hanya kebagian tulang dengan sedikit daging yang masih menempel. Setelah memutar otak, kemudian terciptalah kaledo.
Di Palu, rumah makan kaledo yang direkomendasikan adalah Kaledo Stereo dan Abadi Kaledo yang keduanya berada di Jalan Diponegero. Seporsi kaledo sekitar Rp50.000.
Danau Lindu
Dikelilingi punggung pegunungan, tempat ini dapat diakses dari Palu hingga gerbang Taman Nasional Lore Lindu yang berjarak sekitar 60 kilometer dari Palu, kemudian naik ojek karena medannya tidak dapat dilalui mobil. Berupa jalan tanah sempit yang naik turun bukit selama sekitar tiga jam, untuk menikmati keindahan danau ini secara optimal disarankan untuk menginap di salah satu bungalow di tepi danau yang disewakan.
Merupakan danau terbesar kedelapan di Sulawesi, Danau Lindu yang tenang ini dikelilingi oleh empat desa, yaitu Puroo, Langko, Tomado, dan Anca. Terbentuk dari aktivitas tektonik, danau yang terletak pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut ini konon dalamnya lebih dari 200 meter sehingga dinobatkan sebagai danau kedua terdalam di Sulawesi Tengah setelah Danau Poso.
Teks: Melinda Yuliani