Tak Sekadar Kasino, Macao Juga Tawarkan Suasana Khas Pedesaan di Coloane

Terletak di selatan Macao, Coloane merupakan pulau yang di masa pendudukan Portugis dihuni petani garam, penderita lepra, dan para bajak laut. Namun setelah proyek reklamasi besar-besaran, kini Coloane berubah menjadi area bergengsi, selain sudah tidak lagi merupakan pulau terpisah dari daratan Macao. Di sini, dapat dirasakan suasana tenang khas pedesaan, padahal letaknya tak jauh dari Macao yang gemerlap.

Berkunjung kemari, pastikan mampir ke tempat-tempat berikut ini.

Kuil Tin Hau

Dibangun sekitar tahun 1763, kuil yang didedikasikan untuk Dewi Tin Hau ini merupakan kuil terbesar dan tertua di Coloane. Bangunannya terbagi menjadi tiga aula dengan paviliun persegi untuk memberikan sesajen, selain sebagai tempat pertemuan untuk menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan komunitas setempat. Di dekat paviliun terdapat tiga batu mirip kimpo (mata uang Tiongkok hingga akhir abad 20 dan berbentuk mirip perahu) dengan ukiran naga dan ikan mas yang disebut sebagai “perahu anggur”. Cerukan dangkal di permukaan “perahu” tersebut digunakan untuk menuangkan anggur untuk persembahan kepada para dewa.

Kapel St. Franciscus Xaverius

Dibangun pada 1928 untuk mengenang St. Franciscus Xaverius yang mengabdikan sebagian hidupnya untuk penyebaran Kristen di Asia dan meninggal di sebuah pulau dekat Macao pada 1552, kapel bergaya barok dengan pengaruh arsitektur Tiongkok ini memiliki façade berwarna putih dan kuning dengan jendela-jendela oval dan menara lonceng yang eksotis.

Uniknya, di kapel ini terdapat potret Bunda Maria dengan kostum tradisional Tiongkok, selain menyimpan tulang dari lengan St. Franciscus Xaverius. Di depan kapel ini juga terdapat monumen untuk memperingati kemenangan warga setempat atas bajak laut pada 1910.

Kuil Sam Seng (Kam Fa)

Kuil mungil yang dibangun semasa pemerintahan Kaisar Tongzhi (1865) ini memiliki kuplet di pintu masuknya, dengan tulisan yang memuat kata “teluk garam” yang merujuk pada Coloane yang dulu memang terkenal akan produksi garamnya. Didirikan untuk menyembah Kam Fa, konon sang dewi dapat mengabulkan doa mereka yang meminta keturunan serta melindungi dari bahaya penyakit, sehingga banyak yang berbondong-bondong ke sini untuk mendoakan anak mereka. Dari kuil ini, bila terus melangkah, kaki akan membawa ke sebuah jalan yang diapit rumah-rumah tradisional dari seng dan bercat warna-warni, sebelum akhirnya tiba di dermaga. Rumah-rumah ini merupakan bekas tempat tinggal nelayan, sebelum diubah menjadi toko-toko yang menjual ikan asin.

Perpustakaan Coloane

Gedung berarsitektur Eropa Selatan yang didirikan pada 1910-an ini awalnya merupakan sekolah, sebelum kemudian berubah menjadi perpustakaan umum. Buka setiap Senin hingga Sabtu, tempat ini menawarkan ruangan yang kondusif untuk membaca, selain latar foto yang unik dengan pilar-pilarnya besar dan deretan kursi kayu di dekat pintu masuk.

Bila ingin melanjutkan perjalanan dengan mengeksplor desa tuanya, alih-alih berjalan di sepanjang pantai, tersedia jasa penyewaan sepeda di dekat perpustakaan. Di ujung jalan, bila berjalan dari arah Tam Kung Temple ke Perpustakan Coloane, terdapat toko roti yang terkenal dengan kelezatan egg tart-nya.

Ponte Cais De Coloane

Sebelum jembatan didirikan dan proyek reklamasi dijalankan, dermaga ini merupakan terminal feri penting yang menghubungkan Coloane, Taipa, dan Peninsula Macao. Kini hanya segelintir penduduk yang menuju dermaga ini untuk menyeberang ke Hengqin. Duduk-duduk di sini sembari menikmati pemandangan merupakan kegiatan yang sempurna untuk menutup hari. Di dekat dermaga juga terdapat sejumlah kafe dan restoran untuk mengudap atau makan malam.

Teks: Melinda Yuliani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here