VOMA (Virtual Online Museum of Art), museum virtual pertama di dunia, telah resmi dibuka dengan dua pameran perdananya, “As We Meet” dan “Degenerate Art”.
“Kami telah menggelar private view beberapa hari sebelumnya, dan kami tidak menyangka akan ada begitu banyak pengunjung,” kata pendiri VOMA Stuart Semple. Bahkan, ia mengatakan bahwa server website sempat down karena kebanjiran pengunjung.
“Kini VOMA sudah siap dikunjungi, dan (saya jamin) pameran dan bangunannya akan terlihat apik,” imbuhnya. “Seperti yang telah kami rencanakan sebelumnya, Anda dapat mengunjungi museum tersebut secara gratis, dan bahkan mengunduh salinannya sendiri.”
Ke depannya, dengan berbagai rencana untuk pembaruan, proyek bersama seniman, dan fitur baru dalam beberapa bulan mendatang, Anda juga dapat terus memperbarui salinan museum tersebut.
Koleksi Pameran
VOMA diklaim akan menyajikan pameran yang dikurasi dengan indah, dan dapat dinikmati tanpa biaya sepeser pun oleh siapa pun, di mana pun di dunia. Pameran perdananya meliputi “As We Meet” dan “Degenerate Art”.
“As We Meet” akan mengeksplorasi sifat kebersamaan dengan menampilkan berbagai karya dari tokoh-tokoh paling terkenal dan berpengaruh dalam sejarah seni, termasuk Michelangelo Merisi da Caravaggio, Georges Seurat, Ligia Clark, Paula Rego, Nelly Guambe, George Hendrik Breitner, Henri de Toulouse-Lautrec, Gilbert and George, Édouard Manet, Hieronymus Bosch, Li Wei, Amartey Golding, Martin Gustavsson, Luiz Zerbini, dan Abe Odedina.
Sementara “Degenerate Art” adalah sebuah rekonstruksi dari pameran yang digelar oleh Nazi di Munich pada 1937 untuk menampilkan karya-karya seni yang dikecam oleh rezim tersebut sebagai “karya seniman yang merosot”. Karya seni dari Otto Dix, Max Beckmann, George Grosz, Henri Matisse, dan André Derain akan disertakan dalam pameran ini.
VOMA juga telah menjadwalkan pameran tunggal pertamanya yang menampilkan karya seniman Kenya-Inggris Phoebe Boswell. Memanfaatkan ruang virtual VOMA, Boswell akan menciptakan karya yang unik lewat berbagai cara, termasuk gambar, animasi, film, suara, pertunjukan, dan interaktivitas, selain juga soundscape yang dibuat oleh penyanyi dan penulis lagu Skotlandia-Nigeria Bumi Thomas.
Tak hanya itu, VOMA pun akan menampilkan berbagai koleksi karya seni klasik dan kontemporer, yang semuanya dapat dinikmati secara gratis. Koleksi ini akan dikurasi oleh direktur museum Lee Cavaliere, dengan beberapa di antaranya berasal dari koleksi di Musée d’Orsay, Art Institute of Chicago, Whitney Museum of American Art, dan Metropolitan Museum of Art.
Merupakan museum virtual interaktif pertama di dunia yang dibangun menggunakan teknologi game virtual reality (VR) terbaru, CGI, dan komputasi jaringan, pengalaman mengunjungi VOMA disebut-sebut akan sama dan seautentik menjelajah museum non-virtual, dengan setiap karyanya akan dipajang dalam resolusi tinggi dengan media terkait dan materi referensi.
Tertarik “mengeksplorasi” VOMA? Kunjungi laman ini untuk mengunduh salinan museum tersebut.
Teks: Melinda Yuliani