Jika hanya punya waktu terbatas dan harus memilih untuk mengunjungi Nepal atau Tibet, karena idealnya kunjungan ke kedua negara yang berdekatan ini dapat dilakukan dalam satu trip, berikut kami berikan gambarannya sebagai pertimbangan.
Nepal
Trekking adalah aktivitas terpopuler di Nepal dengan sekitar 25 persen dari jumlah turis yang datang setiap tahunnya memang untuk trekking. Pada 2019, tercatat 1,17 juta turis asing berkunjung ke Nepal.
Karena sudah terbiasa melayani para pendaki, tersedia beragam pilihan trekking, seperti mengikuti trip yang sudah terorganisir, menyewa pemandu dan porter, atau hanya membawa perlengkapan minimal dan menginap di teahouse (atau bhatti dalam bahasa Nepal) yang terjangkau.
Trekking dari satu teahouse ke teahouse yang lain ini menjadi populer karena isi daypack adalah hal-hal yang benar-benar dibutuhkan dan akomodasinya pun cukup nyaman. Di teahouse terdapat ruang makan luas untuk berinteraksi dengan sesama pendaki. Harga makanan, akomodasi, dan jasa tur di Nepal lebih murah dibanding di Tibet.
Ke Nepal bisa kapan saja – dengan waktu kunjungan terbaiknya akhir September hingga akhir November. Setibanya di Bandara Internasional Tribhuvan di Kathmandu, pengunjung bisa langsung mengurus Visa on Arrival (VoA) untuk 15, 30, atau 90 hari.
Tibet
Tibet semakin banyak diminati wisatawan global, dengan jumlah turis asing lebih dari 40.000 orang pada periode Januari hingga April 2018, yang meningkat 50,5 persen dibanding tahun sebelumnya pada rentang waktu yang sama.
Tidak ada pilihan untuk trekking dan menginap di teahouse karena tidak ada rute dan infrastuktur yang memadai, selain pemandu dan porter yang tersedia lebih sedikit. Trekking di Tibet pun lebih sulit dan membutuhkan persiapan lebih panjang, selain biayanya lebih tinggi.
Pendaki tidur di tenda dan memasak makanannya sendiri, sehingga logistik pun harus diatur. Karena keterbatasan pemandu, jasa ini harus dipesan sebelumnya di Lhasa atau Shigatse. Sisi positifnya, trekking di Tibet lebih dapat membaur dengan masyarakat setempat yang belum tersentuh industri pariwisata.
Mei hingga Oktober adalah waktu terbaik ke Tibet. Sayangnya, ke sini tidak bisa kapan saja karena harus selalu mengecek keadaan dengan operator karena kadang tertutup untuk turis asing.
Untuk masuk Lhasa dan area lain di Daerah Otonomi Tibet juga membutuhkan semacam visa (Tibet Travel Permit) yang dikeluarkan Tibet Tourism Bureau (bisa meminta jasa operator tur), selain tentu saja Visa Tiongkok.
Tiket pesawat hanya bisa dibeli oleh agen wisata bila sudah memiliki visa. Ketika check-in pesawat atau sebelum naik kereta api ke Lhasa, turis akan diminta untuk menunjukkan Tibet Travel Permit.
Teks: Melinda Yuliani