Thailand telah menunda rencana pembukaan gelembung perjalanan dengan negara-negara tertentu karena kasus harian Covid-19 yang meningkat di beberapa bagian Asia, menekan industri pariwisata yang vital dan mempersulit upaya untuk menghidupkan kembali ekonominya yang terpukul.
Thailand pertama kali mengusulkan gagasan itu pada Juni lalu untuk memungkinkan pergerakan antara negara-negara tertentu yang memiliki jumlah kasus positif corona rendah, sehingga warga negara dalam perjanjian tersebut dapat keluar-masuk tanpa perlu menjalani karantina.
Rencana tersebut kemudian ditangguhkan di tengah gelombang kedua dan ketiga di negara-negara Asia Timur yang sebelumnya berhasil mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan wabah ini.
“Kami menunda diskusi tentang pengaturan gelembung perjalanan untuk saat ini mengingat situasi pandemi di negara-negara lain,” kata juru bicara gugus tugas virus corona Thailand, Taweesin Wisanuyothin.
Meskipun hanya mencatatkan 3.330 kasus positif corona dan melaporkan nol kasus transmisi selama lebih dari dua bulan terakhir, negara ASEAN dengan perekonomian terbesar kedua ini menghadapi krisis terburuk dalam beberapa dekade.
Jumlah kedatangan wisatawan asing turun 66 persen dalam enam bulan pertama tahun ini, menjadi 6,69 juta orang. Industri pariwisata Thailand juga memperkirakan pendapatan sebesar 1,6 triliun baht tak dapat tercapai tahun ini.
Sebagai perbandingan, Thailand memiliki rekor 39,8 juta turis sepanjang 2019, dengan total pembelanjaan sebesar 1,93 triliun baht.
“Jepang, Hong Kong, dan Korea Selatan termasuk negara-negara yang tengah dipertimbangkan untuk pembukaan gelembung perjalanan karena daerah tersebut memiliki jumlah kasus positif corona yang rendah. Namun sekarang jumlah kasus tersebut kembali melonjak tiap harinya, sehingga diskusi ini ditunda dahulu,” kata Taweesin. Diskusi tentang pembukaan gelembung perjalanan nantinya akan dilanjutkan bergantung pada situasi di setiap negara.
Pemerintah Phuket malah mengusulkan untuk menerima penerbangan langsung dari negara-negara tersebut, dengan pelancong wisata maupun bisnis yang mesti melakukan karantina selama dua minggu di hotel mereka sebelum pergi.
Meskipun permintaan untuk masa tinggal yang lama akan lebih rendah, namun tingkat hunian 40 hingga 50 persen dirasa cukup bagi hotel-hotel di Phuket untuk bertahan hidup dan mencegah hilangnya lapangan pekerjaan.
Teks: Melinda Yuliani