3 Candi Dekat Prambanan yang Kerap Terlupakan

Nama besar Prambanan seakan menutupi keberadaan candi-candi lain di sekitarnya. Padahal, kalau dilihat dari kisah sejarah dan arsitekturnya, tiga candi ini tak kalah mengagumkan. Inilah tiga candi dekat Prambanan yang kerap terlupakan keberadaannya.

Candi Sewu

Hanya berjarak 800 meter dari Candi Prambanan, Candi Sewu diklaim sebagai candi Buddha terbesar kedua di Indonesia, setelah Candi Borobudur. Bahkan, bangunan sakral yang bernama asli Prasada Vajrasana Manjusigra, diperkirakan dibangun lebih dulu dibanding Borobudur. Walau dinamai Sewu yang dalam bahasa Jawa berarti seribu, namun candi ini tidak benar-benar berjumlah seribu. Secara total, bangunan candi terdiri satu candi utama, delapan candi apit (candi yang mengapit candi lain dalam satu kompleks), dan 240 candi perwara (candi kecil yang mengelilingi candi utama).

Pamor Candi Sewu terangkat berkat legenda Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso. Konon, Bandung Bondowoso diminta untuk membangun 1.000 candi sebagai syarat untuk menikahi Roro Jonggrang. Terlepas dari legenda populer di atas, Candi Sewu diperkirakan dibangun pada abad ke-8, di era Dinasti Syailendra. Walau kerap terlupakan, satu hal yang dibanggakan dari Candi Sewu adalah bangunan peninggalan Buddha ini ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, sama seperti Candi Prambanan. Saat ini Kompleks Candi Prambanan sudah melakukan simulasi terkait penerapan protokol keselamatan sebelum menyambut pengunjung, namun hingga kini belum ada kepastian kapan akan dibuka kembali.

Candi Sari

Sunyi adalah gambaran suasana yang dirasakan ketika memasuki pelataran candi yang dekat pemukiman penduduk ini. Letaknya pun tidak di pinggir jalan raya, sehingga tak banyak yang menyadari keberadaan bangunan bersejarah ini, itulah alasan mengapa Candi Sari sepi pengunjung. Berbeda dengan bangunan candi pada lazimnya, Candi Sari memiliki tiga ruang berjajar yang masing-masing dihubungkan dengan pintu dan jendela. Candi Buddha yang dibangun pada abad ke-8 oleh Rakai Panangkaran, dulunya berperan sebagai biara bagi biksu-biksu yang melayani di Candi Kalasan yang hanya berjarak 200 meter.

Ada yang menyebutkan bahwa nama sari berasal dari kata sare, yang berarti tidur, dikaitkan dengan fungsinya sebagai asrama para biksu. Namun sejumlah ahli sejarah menjelaskan bahwa nama sari berasal dari arsitektur candi yang indah dengan pahatannya yang diukir di atas batuan andesit. Jika diamati lebih dekat, pengunjung akan menemukan 36 relief Bodhisatwa (calon Buddha) yang tersebar di empat sisi dinding candi.

Candi Kalasan

Keberadaan Candi Kalasan berkaitan erat dengan Dewi Tara, figur yang menjadi alasan candi ini dibangun atas perintah Rakai Panangkaran. Ia memilih Desa Kalasan sebagai lokasi religi untuk memuja Dewi Tara – figur suci wanita Buddha, lambang kebebasan dan kemerdekaan jiwa, juga merupakan dewi dalam ajaran Hindu yang merupakan penjelmaan Mahadewi.

Yang menjadikan Candi Kalasan indah karena bangunannya memiliki lapisan penutup yang disebut bajralepa, semacam plesteran di ukiran batu halus. Walau bangunannya berbentuk persegi, tapi bagian atapnya dibuat bersegi delapan dengan puncak yang berbentuk seperti stupa. Ukiran-ukiran indah masih menghiasi badan bangunan, walau beberapa bagian ada yang rusak, termasuk hilangnya arca perunggu setinggi enam meter.

Teks: Priscilla Picauly

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here