Virus Corona Berdampak ke Pariwisata Asia

Wabah virus corona (2019-nCoV) telah menewaskan ratusan penduduk dan menginfeksi lebih dari 14.000 orang di China dalam dua bulan terakhir ini. Pemerintah setempat telah mengisolasi setidaknya 15 kota, dengan total jumlah penduduk lebih dari 50 juta orang.

Karena virus ini terus menyebar ke seluruh dunia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan wabah virus corona sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional pada Jumat, 31 Januari 2020.

Negara-negara seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris telah memberikan peringatan pada warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke Cina bila tidak mendesak. Negara-negara ini pun telah memberlakukan pembatasan perjalanan bagi turis negara yang terjangkit virus corona.

Singapura juga turut menutup pintu bagi turis-turis yang baru mengunjungi Provinsi Hubei dalam 14 hari terakhir atau memiliki paspor yang dibuat di provinsi tersebut. Bahkan beberapa hari ini, Singapura telah memperluas pembatasan perjalanan ini bagi semua turis yang baru berkunjung ke provinsi mana pun di Cina. Negara tetangga Singapura, Malaysia, juga telah berhenti mengeluarkan visa untuk turis Cina dari Provinsi Hubei.

Sementara Indonesia akan menutup semua penerbangan dari dan ke daratan Cina mulai Rabu, 5 Februari 2020. Semua turis yang baru mengunjungi Cina dalam jangka waktu 14 hari juga dilarang masuk atau transit di Indonesia, sementara pemberian visa bebas kunjungan dan visa on arrival bagi warga yang tinggal di daratan Cina juga dihentikan sementara.

Pariwisata Turut Terpengaruh

Industri pariwisata, mulai dari hotel, pesawat, kasino, hingga restoran, diperkirakan akan turut menjadi korban dalam wabah virus corona. Apalagi, virus ini menyebar selama liburan Tahun Baru Imlek, yang sebenarnya merupakan musim liburan terbesar di Asia ketika jutaan orang Cina pergi berlibur di dalam atau luar negeri.

Dengan menyebarnya virus corona pada musim liburan ini, pariwisata pun terkena imbasnya. Pemerintah Thailand bahkan memperkirakan kerugian sebesar 50 miliar baht (1,6 juta dolar AS) pada Tahun Baru Imlek kali ini. Tentu saja, industri pariwisata Cina dan negara-negara yang mengandalkan turis Cina sebagai penggerak industri pariwisatanya akan mengalami imbas terbesar.

Berdasarkan data dari China Outbound Tourism, 6,3 juta turis Cina melakukan perjalanan ke luar negeri selama liburan Tahun Baru Imlek 2019, dengan keuntungan pariwisata sebesar 513,9 miliar yuan (73 miliar dolar AS). Sebelum wabah virus corona menyebar, institusi ini memperkirakan bahwa ada 7 juta turis Cina yang akan melakukan perjalanan ke luar negeri pada libur Tahun Baru Imlek kali ini. Beberapa destinasi favorit para turis Cina termasuk Hong Kong, Thailand, dan Jepang.

Berbicara tentang Hong Kong, tidak bisa dipungkiri bahwa turis Cina menjadi penggerak sektor pariwisata utama di negara ini. Jumlah turis asal Cina mencapai 78 persen atau sekitar 44 juta dari total turis mancanegara sebanyak 56 juta orang yang datang ke Hong Kong sepanjang tahun 2019.

Namun di sisi lain, daya tarik Hong Kong sendiri sudah mulai pudar di mata turis Cina dengan adanya demonstrasi politik yang berlangsung cukup lama. Hal ini dapat dilihat dari penurunan tingkat pariwisata Hong Kong sebesar 56 persen dari tahun sebelumnya.

Akibat wabah virus corona, Hong Kong telah menghentikan semua penerbangan dan layanan kereta menujuWuhan. Maskapai penerbangan Hong Kong bahkan juga memotong jumlah penerbangan ke Cina sebanyak 50 persen hingga akhir Maret dalam upaya mendukung pemerintah Hong Kong mengatasi wabah virus ini. Kebijakan-kebijakan ini tentunya akan membawa dampak buruk bagi industri pariwisata Hong Kong.

Selain Hong Kong, turis Cina juga mengambil bagian besar dalam industri pariwisata negara-negara lain. Turis Cina yang berkunjung ke Jepang mengalami peningkatan pesat dari 450.000 di tahun 2003 menjadi 8,4 juta di tahun 2018.

Kebiasaan turis Cina menghabiskan banyak uang dalam berwisata menjadikan mereka sumber pendapatan pariwisata mancanegara kelima terbesar untuk Amerika Serikat, setelah Kanada, Meksiko, Inggris, dan Jepang. Sekitar 3 juta turis Cina datang ke Amerika di tahun 2018, menghabiskan kurang lebih 36 miliar dolar AS.

Wabah virus corona yang menjangkit lebih dari 14.000 orang di Cina telah melebihi wabah SARS tahun 2003 dengan jumlah korban sebanyak 5.329. Menurut International Monetary Fund, Cina menyumbang 4,3 persen dari output ekonomi dunia di tahun 2003. Di tahun 2019, angka tersebut melonjak menjadi 16,3 persen. Dengan kata lain, wabah Virus corona akan memiliki dampak lebih besar terhadap perekonomian dunia dibandingkan wabah SARS.

Teks: Levana Florentia | Editor: Melinda Yuliani

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here