Spanyol mengalami penurunan jumlah wisatawan internasional dan kali ini merupakan penurunan terbesar selama delapan tahun terakhir, di mana data statistik menyatakan bahwa hanya 4,9 persen dari turis mancanegara yang menghabiskan waktu liburnya di Negara Matador hingga Juli ini, berbeda kontras dengan periode yang sama pada 2017.
Penurunan signifikan terjadi dari pasar wisatawan asal Inggris, Prancis, dan Jerman yang menolak untuk berkunjung sejak April 2010, hal ini dilaporkan badan statistik nasional Spanyol, INE (National Institute of Statistics), walaupun fakta ini disanggah oleh Menteri Industri, Perdagangan, dan Pariwisata Spanyol, Reyes Maroto mengatakan negara sedang mengincar segi kualitas daripada kuantitas. Industri pariwisata Spanyol pun akan diarahkan pada wisata budaya dan perkotaan, tidak bergantung lagi pada destinasi pantai dan musim panas.
Berdasarkan laporan INE, menunjukkan penurunan tajam angka itu tidak berlaku sama dalam penerimaan secara keseluruhan, hanya mengalami penurunan 0,9 persen yang didukung peningkatan pembelanjaan per wisatawan sebesar 4,23 persen, atau dalam kasus ini, 7 persen dari pengunjung asal Inggris yang merupakan sumber pariwisata terbesar di Spanyol.
Mengenai pengembangan pariwisata internasional yang berkualitas juga diungkapkan TurEspaña, agen pariwisata negara bagian yang mengungkapkan stategi pemasaran untuk 2018-2020. Tentunya memaparkan fakta bahwa banyak pejalan yang sering menginap untuk waktu singkat, menghabiskan lebih banyak, serta menikmati kegiatan budaya, seperti acara musik, belajar masakan dan bahasa lokal. Pengunjung tipe ini begitu potensial, di antaranya berasal dari Inggris sejumlah 6,2 juta pengunjung.
Berbagai Indikasi
Salah satu indikasi utama perihal penurunan angka wisatawan terlihat pasca Brexit bagi wisatawan dari Inggris, hal lain yang menjadi pertimbangan adalah situasi lokal yang kurang stabil di beberapa tempat, yang timbul akibat protes dari komunitas lokal. Hal lain yang menjadi perhatian adalah perubahan konsep paket wisata murah yang beralih ke liburan di mega resor dan destinasi hiburan malam, seperti Magaluf yang identik dengan pesta dan minuman keras.
Di beberapa daerah, seperti Balearics dan Barcelona, aksi protes yang dilakukan penduduk lokal yang mengeluhkan perilaku buruk turis yang membuat gaduh lingkungan tempat tinggal mereka. Di kawasan Kota Tua Barcelona, perwakilan kelompok lingkungan setempat mengatakan efek wisata hiburan malam memiliki dampak serius terhadap kualitas hidup di daerah tersebut. Kehadiran Airbnb pun turut menyulut kemarahan penduduk dan pihak berwenang setempat perihal harga sewa yang tinggi dan mendorong untuk mengembangkan wisata yang beranggaran rendah. Tindakan tegas terjadi di Palma, ibu kota Balearik yang melarang penyewaan tempat menginap ala Airbnb di kota itu.
Indikasi terakhir menunjukkan bahwa wisatawan memiliki untuk menjelajah destinasi Mediterania, sperti Tunisia, Mesir, dan Turki. Juan Molas, Presiden Konfederasi Hotel dan Akomodasi Pariwisata Spanyol (CEHAT) menyatakan, “Jatuhnya pariwisata pada Juli merupakan bagian dari “penyesuaian” yang diharapkan setelah bertahun-tahun, industri hahrus mampu beradaptasi, tak ada yang perlu merasa gugup terhadapnya.” Ia menyelaraskan hal ini dengan pencapaian dorongan untuk diversifikasi dan pariwisata yang berkualitas tinggi. .