Korea Selatan pernah menempati urutan keempat di dunia untuk produksi tekstil dan industri serta mendominasi pendapatan negara pada 1970-an, sehingga tak heran bila kini industri modenya menjadi kiblat di Asia. Didukung semangat berinovasi masyarakatnya, berbagai produk kosmetik Korea pun kemudian menggeser berbagai produk kosmetik dari Barat yang telah lebih dulu terkenal. Kedua industri tersebut pun kerap dipasarkan dengan memanfaatkan kepopuleran industri hiburan, sehingga berbelanja di Korea kini menjadi salah satu bucket list yang ingin dicoret warga dunia.
1. Buka hingga larut. Banyak toko di Seoul, seperti di kawasan Dongdaemun dan setidaknya lebih dari 10 mal di kota tersebut, buka hingga subuh.
2. Banyak mal grosir. Bila berkunjung dengan rombongan, berbelanja di mal yang menjual berbagai barang dalam partai besar dapat lebih hemat karena harga per satuannya akan lebih murah.
3. Harga terjangkau, kualitas baik. Tak perlu mengeluarkan banyak uang untuk berbelanja fashion teranyar dan berkualitas di Seoul. Berbagai model pakaian karya perancang ternama atau keluaran butik elit di pusat kota dapat ditemukan tiruannya dengan harga lebih murah di Dongdaemun.
4. Trendsetter. Korea Selatan tak hanya mengikuti tren fashion terbaru, namun juga menjadi pencipta tren, selain banyak perancang ternama Asia yang berasal atau terinspirasi dari Seoul, serta membuka butik mereka di Seoul.
5. Budaya belanja online. Banyak butik di Seoul selain sebagai showroom juga melayani transaksi secara online. Justru kini trennya pelaku industri fashion mengkhususkan diri untuk melayani konsumen secara online sehingga tak perlu membayar sewa untuk showroom.
6. Pengalaman belanja seru. Berbelanja di Seoul tak hanya tentang jual-beli, tapi juga toko dan mal dirancang sedemikian rupa untuk menghadirkan nuansa unik, sehingga menyenangkan bahkan bagi yang tidak ingin berbelanja.
7. Semua barang unisex. Turis mungkin awalnya akan dibuat bingung ketika berbelanja di Korea karena pakaian dan aksesori pria dan wanita dicampur. Bagi warga Korea, wanita dapat mengenakan boots militer yang maskulin, sementara para pria dapat mengenakan legging warna-warni – dan di sini tidak ada yang menghakimi – karena mereka percaya bahwa setiap orang berhak mengekspresikan diri.