Ke Mana Saja di Manado?

Manado adalah pintu gerbang ke Taman Nasional Bunaken atau bagi penyelam, merupakan pintu gerbang ke Selat Lembeh. Berada di teluk, Manado adalah salah satu kota tercantik di Indonesia. Dan bila berada di sini, kunjungilah tempat-tempat berikut:

Pantai Malalayang

Berjarak hanya empat kilometer dari pusat kota, Pantai Malalayang adalah tempat favorit warga setempat bersantai, baik di akhir pekan maupun menjelang sore untuk menyaksikan pemandangan matahari terbenam dengan latar julangan Gunung Manado Tua di kejauhan. Di sepanjang pantai terdapat deretan warung kudapan yang terutama menjajakan pisang goreng yang disajikan dengan sambal. Rasanya tidak seaneh yang dibayangkan, karena pisang yang dipilih adalah yang belum terlalu matang sehingga masih tawar, tidak seperti pisang goreng manis di Jawa. Tak jauh dari pantai ini juga terdapat restoran seafood yang menyajikan aneka hasil laut segar yang disajikan dengan sambal dabudabu. Dabu-dabu mirip sambal matah khas Bali, hanya bedanya, bawang merah di sambal matah lebih banyak dan sambal matah tidak menggunakan tomat (merah maupun hijau) seperti dabu-dabu. Mayoritas warga Sulawesi Utara konon tidak selera makan kalau tidak ada dabu-dabu dalam menu.

Air Terjun Kima Atas

Sesuai namanya, air terjun ini berada di Mapanget, Kelurahan Kima Atas yang berlokasi sekitar 15 kilometer dari pusat kota dengan akses jalan yang sudah bagus. Masyarakat setempat biasanya berkunjung ke sini di akhir pekan untuk melarikan diri dari hiruk pikuk kota. Terdiri tiga tingkatan air terjun yang tidak terlalu tinggi dan terbentuk secara alami dari sungai di atas bukit, air yang jatuh tidak terlalu deras lagi karena sebelumnya telah melalui dua tingkatan, sehingga air terjun ini cukup aman untuk direnangi. Dikelilingi pepohonan rindang, pengunjung dapat menggelar tikar dan bekal makanan setelah selesai bermain air. Bagi yang tak membawa bekal, di sekitar air terjun terdapat sejumlah warung yang menghidangkan masakan khas setempat. (Akses: melalui Jalan RE Martadinata, di cabang jalan pilih yang menuju Jalan AA Maramis dan di pertigaan belok kiri hingga melewati Jalan Politeknik. Sekitar empat kilometer dari sana, akan ada petunjuk menuju Air Terjun Kima Atas yang dapat tinggal diikuti. Bila naik kendaraan umum, dapat naik bus dari Terminal Karombasan dengan memilih bus jurusan Mapanget)

Menyusuri Kawasan Boulevard

Terbentang sepanjang empat kilometer di Jalan Piere Tendean, Kawasan Boulevard menjadi landmark Manado, karena di sinilah berderet rumah makan yang menyajikan hidangan kebanggaan setempat, mulai dari tinutuan, aneka hidangan woku (yang dimasak di belanga), hingga paniki, babi toreh, dan masih banyak lagi. Dikelilingi empat pusat perbelanjaan, yaitu Manado Town Square (Mantos), Boulevard Mall, Bahu Mall, dan Megamall, Boulevard, kawasan ini memang menjadi pusat kegiatan warga, terutama untuk berekreasi dan berkumpul bersama teman maupun keluarga, terutama di sore hari sambil menikmati pemandangan matahari terbenam. Di samping Bahu Mall dan Mega Mall, berderet kafe, restoran dan warung yang melayani berbagai hidangan Manado jdan hidangan Indonesia lainnya, seperti gado-gado, bakso, nasi goreng dan aneka hidangan laut.

Monumen Yesus Memberkati

Agak mirip Cristo Redentor di Rio de Janeiro, Monumen Yesus Memberkati berdiri tegak di puncak bukit. Dibangun setinggi 50 meter – patungnya sendiri hanya 30 meter, namun berdiri di atas penopang setinggi 20 meter – monumen ini terbuat dari fiber dan rangkaian besi baja. Posisinya yang condong ke depan dan melayang menjadikan monumen ini unik. Terletak di bukit tertinggi di perumahan Citraland Manado, dari sini wisatawan juga dapat menikmati pemandangan Manado dari ketinggian.

Kuil Ban Hin Kiong

Kuil Ban Hin Kiong merupakan kuil Kong Hu Chu tertua di Indonesia Timur. Berlokasi di Jalan DI Panjaitan, kuil ini dibangun pada abad ke-19. Setiap sisi kuil ini dihiasi berbagai ornamen yang menggambarkan penciptaan langit, bumi, dan manusia, beserta petuah yang diungkapkan melalui simbol-simbol. Di salah satu sudut terdapat lukisan seorang anak memetik buah dengan laki-laki tua berdiri di sebelahnya, di mana hal ini menyimbolkan petuah bahwa apa yang ditanam akan dituai. Hingga kini, Ban Hin Kiong menjadi pusat perhatian masyarakat Manado – tak hanya yang menganut Konghucu – berhubung setiap Imlek, di sinilah pusat arak-arakan yang meriah berada. Menjelang Imlek pun kuil tampil lebih atraktif dengan lampion-lampion merah sebagai lambang keberuntungan. Nama Ban Hin Kiong sendiri berasal dari kata “ban” yang berarti banyak, “hin” berarti nikmat berlimpah, dan “kiong” berarti istana, sehingga bila diartikan, kuil yang mencolok di kawasan perumahan ini adalah istana yang memancarkan kelimpahan.

Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara

Terdiri tiga lantai, Museum Provinsi Sulawesi Utara yang mengambil bentuk rumah tradisional Minahasa dan dibangun pada 1991 ini memiliki ruang-ruang pameran yang menampilkan sejarah dan budaya setempat. Ruang-ruang pamerannya sendiri terbagi berdasarkan kategori, antara lain Geologi, Biologi, Etnografi, Arkeologi, Sejarah, Filologi, Seni, dan Teknologi, yang diperkirakan terdapat sekitar 2.810 artefak dari berbagai tempat di Sulawesi Utara, seperti Manado, Minahasa, Sangihe Talaud, Bolaang Mongondow, dan Gorontalo yang dulu termasuk ke dalam Provinsi Sulawesi Utara. Di halaman museum yang memiliki taman asri ini juga terdapat waruga, makam purbakala peninggalan suku Minahasa kuno. Terletak di pusat kota, yaitu di Jl. WR Supratman No. 72, museum ini persis di seberang SMP Negeri 1 Manado. (Buka Senin-Kamis pukul 08:30- 21:00, Jumat pukul 08:30-11:30, dan Sabtu pukul 09:00-14:00, tiket Rp 2.000 per orang)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here