5 Destinasi di Chiang Rai dengan Arsitektur Unik

Chiang Rai kerap dikesampingkan dan dibandingkan dengan Chiang Mai yang populer berkat perayaan Loi Krathong tiap November. Biasanya, kunjungan ke Chiang Rai dimasukkan sebagai side trip selagi berada di Chiang Mai. Sesungguhnya, Chiang Rai jauh lebih santai dan tak terlalu dipadati turis, akomodasi yang terjangkau, kuliner yang tak kalah nikmat, serta atraksi wisata yang unik.

Kali ini, jangan hanya singgah di Chiang Rai, tapi menetaplah dua atau tiga malam, berilah kesempatan pada bekas ibu kota rezim Dinasti Mengrai ini menunjukkan pesonanya. Saat tamasya di Chiang Rai, nikmati lima bangunan dengan arsitektur unik yang membedakannya dengan destinasi lain di Thailand.

  • Wat Rong Kun (White Temple)

Merupakan tujuan utama wisatawan dan ikon pariwisata di Chiang Rai, White Temple tampil unik walau hanya dilihat sekilas. Tidak lengkap mengunjungi Chiang Rai tanpa menyambangi Wat Rong Kun yang eksentrik, yang didesain seniman Chalermchai Kositpipat. Berada di atas lahan seluas 6,4 hektar, kuil dengan desain dan interior seperti ini jarang ditemukan di tempat lain.

Tak hanya menyertakan unsur-unsur religi, pengunjung dapat melihat lukisan Superman, Darth Vader, hingga Harry Potter di dinding kuil. Dibangun pada 1997, kuil Buddha ini memiliki spot ikonis, yaitu jembatan siklus kelahiran kembali yang menghubungkan dengan bangunan utama kuil.

Saat melintasi jembatan yang juga dicat putih, pengunjung akan menemukan ratusan patung tangan yang melambangkan keinginan yang tidak terkendali. Melintasi jembatan itu, merupakan simbolis untuk menuju kebahagiaan (ke kuil) dengan melepas segala godaan, keserakahan, dan keinginan.

  • Wat Phra Kaew

Dulunya bernama Wat Pa Yia, bangunan suci yang disebut juga Kuil Buddha Zamrud ini merupakan salah satu kuil tertua di Chiang Rai. Sebagai kuil kerajaan, tidak ada yang tahu pasti kapan Wat Phra Kaew berdiri, namun diperkirakan sekitar abad ke-14. Kuil ini penting dalam sejarah religi di Thailand, karena di sinilah ditemukan patung Buddha Zamrud (yang kini disimpan di halaman Grand Palace Bangkok) pada 1434, setelah petir menyambar sekitar lokasi.

Saat ini, Wat Phra Kaew Chiang Rai menyimpan salinan gambar asli Phra Kaew Morakot. Salinan yang terlihat seperti wujud aslinya ini dibuat untuk menghormati ulang tahun ke-90 HRH Putri Srinagarindra. Replika yang bernama Phra Kaew Morakot, diukir dari batu giok di Tiongkok dan dipasang di ubosot (bangunan utama) kuil pada 1991.

  • Wat Rong Suea Ten (Blue Temple)

Kuil yang didominasi interior dan eksterior berwarna biru ini terletak di Rong Suea Ten, Distrik Rimkok, beberapa kilometer di luar Chiang Rai. Selesai dibangun pada 2016, kuil ini tampil mencolok dengan patung Buddha putih besar dalam posisi duduk, yang dikelilingi detail-detail seni kontemporer modern di bagian dalam.

Melihat tampilannya yang unik, mengingatkan akan White Temple. Ternyata, Blue Temple dibangun oleh murid Chalermchai Kositpipat, sosok di balik kemegahan White Temple. Nama ‘Rong Suea Ten’ dalam bahasa Thailand diterjemahkan sebagai rumah harimau menari, karena dulunya di sekitar kuil dipenuhi satwa liar, terutama harimau yang melompat ke Sungai Mae Kok.

  • Baan Dam (Black House)

Merupakan museum paling unik juga eksentrik untuk dikunjungi, Baan Dam didirikan oleh seniman kelahiran Chiang Mai, Thawan Duchanee. Di sini, pengunjung akan menemukan hampir 40 bangunan dengan berbagai gaya arsitektur dan berisi benda-benda tak lazim, seperti kulit, tulang, serta tengkorak binatang.

Museum ini dirancang untuk membangkitkan kesan yang tidak biasa dengan barang-barang yang beratmosfer gelap dan suram. Sang seniman memiliki ekspresi tersendiri dalam mencipta karya-karyanya, yang mungkin tidak dapat dinikmati semua orang. Sebagai umat Buddha yang taat, Duchanee ingin menghadirkan nuansa neraka dan penderitaan Samsara – siklus kehidupan, kematian, kelahiran kembali.

  • Clock Tower

Chalermchai Kositpipat berperan penting dalam dunia arsitektur Chiang Rai, termasuk saat merancang Clock Tower yang begitu artistik di jalanan kota. Menara jam emas ini merupakan karya seni terbaik kota, yang juga berfungsi sebagai titik bundaran lalu lintas.

Saat siang hari, pejalan dapat melihat jelas detail ukiran rumit yang tertera di menara jam ini, tapi berbeda jika mengunjungi di malam hari. Datanglah ke Clock Tower mendekati pukul 19:00, 20:00, atau 20:00, karena menara jam ini siap menampilkan pertunjukan dengan tata cahaya yang semarak. Beberapa pejalan biasanya memilih menikmati pemandangan cantik ini sambil bersantai di salah satu kedai dekat Clock Tower.

Teks: Priscilla Picauly

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here