7 Pantai Populer di Malang Selatan

Sejumlah destinasi pantai di Jalur Lintas Selatan (JLS) di Kabupaten Malang kembali dibuka dengan sistem uji coba. Pembukaan kembali tempat wisata ini dilakukan dengan menerapkan protokol keselamatan secara ketat. Tempat wisata yang masuk dalam uji coba pembukaan kembali meliputi Pantai Sendang Biru, Teluk Asmara, Watu Leter, Ungapan, Batu Bengkung, Nganteb, Ngliyep, dan Balekambang.

Sempat dibuka pada 13 Juli, Pantai Balekambang dan Ngliyep kembali ditutup karena meningkatnya kasus Covid-19 secara signifikan. Hal ini diperburuk dengan kurangnya pengawasan petugas dalam penerapan protokol kesehatan dan pengunjung yang tidak mengenakan masker serta menjaga jarak selama berwisata. Pengelola tempat wisata juga lalai dalam membatasi jumlah pengunjung yang semestinya hanya 50 persen dari kapasitas normal. Hanya ditutup selama lima hari, kedua pantai sudah kembali beroperasi setelah dinilai sudah menerapkan protokol keselamatan serta memiliki SOP (Standar Operasional Prosedur) sesuai kebijakan yang berlaku.

Sebelum mengunjungi destinasi di Malang Selatan, cari tahu dulu keunikan masing-masing pantai yang dapat disesuaikan dengan preferensi pengunjung, mengingat pantai-pantai di kawasan ini cenderung berombak dahsyat dan sebagian masih sukar untuk diakses. Inilah tujuh pantai populer di Malang Selatan.

  •  Pantai Balekambang

Dijuluki Tanah Lot-nya Jawa Timur, kontur Pantai Balekambang ikonis dengan jajaran batu karang dan pura di tengah laut. Sebagai ikon wisata pantai di Malang Selatan, Balekambang merupakan lokasi favorit untuk berburu matahari terbit. Dapat diakses dengan berkendara sekitar dua jam dari pusat kota Malang melalui rute Pagelaran-Bantur-Srigonco. Selain bermain air atau bersantai di tepi pantai, Balekambang kerap dikunjungi umat Hindu saat Hari Raya Nyepi, di mana mereka akan sembahyang di Pura Amarta Jati di Pulau Ismoyo, pulau terhubung dengan jembatan dari tepi pantai.

Di balik keindahannya, Pantai Balekambang menyimpan mitos yang beredar luas di kalangan masyarakat setempat selama bertahun-tahun. Mitos pertama diyakini warga lokal bahwa hubungan sepasang kekasih yang belum menikah akan berakhir setelah mengunjungi Balekambang. Selain itu, ada pula mitos mengenai air laut Balekambang yang dipercaya dapat membuat wajah awet muda. Tak heran jika banyak wisatawan sengaja berenang di pantai untuk membuktikan mitos ini.

  • Pantai Batu Bengkung

Tipikal pantai-pantai di Malang Selatan adalah berombak dahsyat, sehingga pengunjung tidak dapat berenang jauh dari tepi pantai. Namun jika berkunjung ke Pantai Batu Bengkung, Anda dapat bermain air dengan aman di kolam alami yang terbentuk di bibir pantai. Dengan cekungan sedalam 1,5 meter, kolam air ini berasal dari ombak tinggi yang menghampiri hingga tepi pantai namun terhalang karang saat kembali ke laut.

Pantai Batu Bengkung terletak di Desa Gajahrejo, Kecamatan Gedangan, sekitar 65 kilometer dari pusat kota Malang. Jika tiba di pertigaan Sendangbiru, belok kanan hingga menemukan plang “Pantai Batu Bengkung”. Jika Pantai Balekambang indah saat matahari terbit, Pantai Batu Bengkung memancarkan kecantikannya seraya matahari tenggelam. Walau minim pengunjung, namun fasilitas Pantai Batu Bengkung termasuk lengkap, dari lahan parkir, toilet, dan warung makan.

  • Pantai Gatra

Berada di Dusun Sendangbiru, Desa Sitiharjo, Pantai Gatra ditetapkan sebagai kawasan penyangga dengan status hutan lindung. Dulunya merupakan hutan bakau yang kemudian dikonversi menjadi lahan pertanian, sehingga memberi dampak signifikan pada lingkungan sekitar. Beberapa area terlihat tidak terurus, sehingga masyarakat bergerak aktif untuk menyelamatkan daerahnya.

Disebut sebagai Raja Ampat-nya Jawa Timur, pengunjung Pantai Gatra mesti trekking sejauh 1,3 kilometer untuk mencapai area pantai. Jika datang dengan motor dapat mempersingkat waktu tempuh. Saat trekking, pejalan akan melewati Pantai Clungup atau dapat pula menyusuri pantai-pantai di sepanjang jalur konservasi, seperti Pantai Bangson, Teluk Asmoro, Mini, Savana, dan Tiga Warna. Pengunjung diizinkan untuk berkemah di area pantai, di mana tersedia fasilitas sewa tenda dan alas tidur di pos penjagaan (jumlah terbatas). Bawalah perbekalan untuk berkemah karena baik di Pantai Gatra atau Pantai Clungup tidak terdapat warung makan.

  • Pantai Goa Cina

Terletak di Dusun Tumpak Awu, Desa Sitiarjo, Pantai Goa Cina memiliki kisah unik mengenai sejarah pemberian namanya. Mulanya bernama Pantai Rowo Indah, namun karena kedatangan biksu dari Tiongkok, kemudian berganti nama menjadi Pantai Goa Cina pada 1903. Nama Goa berasal dari gua yang berada di pinggir pantai yang dijadikan tempat biksu bertapa. Konon, ia tidak pernah meninggalkan gua tersebut dan diketahui meninggal di dalamnya. Di dalam gua dapat ditemukan tulisan-tulisan pada dinding dalam bahasa Mandarin beserta sebuah mangkok.

Pantai Goa Cina cukup menyenangkan sebagai tempat berkemah, di mana tersedia area luas untuk mendirikan tenda, tanpa perlu berkerumun dengan pengunjung lainnya. Di sekitar pantai sudah terdapat warung makan, sehingga Anda tak perlu merisaukan soal perbekalan. Namun saat berkunjung di Goa Cina, patuhi aturan dengan tidak berenang ke tengah pantai. Pantai Goa Cina dikenal memiliki arus yang bersimpangan dari tiga arah, yang bertemu di antara Pulau Nyonya dan Bantengan.

  • Pantai Watu Leter

Bersebelahan dengan Pantai Goa Cina, Pantai Watu Leter menyajikan jajaran tebing karang berukuran cukup besar, yang tersebar berantakan di tepi pantai. Namanya sendiri berasal dari tebing batu yang terdapat di pantai ini, yang memiliki bagian datar di ujungnya. Terlihat mencolok dibanding tebing batu lainnya, tebing batu ini menjadi inspirasi nama pantai yang dalam bahasa setempat berarti batu datar (watu berarti batu dan leter berarti datar).

Berbeda dengan Pantai Goa Cina yang terbilang mudah diakses, Pantai Watu Leter memiliki jalur masuk lebih sempit dan jalanan yang belum beraspal. Pengunjung mesti melewati hutan bakau dan area terbuka yang liar, kemudian dilanjutkan dengan jalan kaki hingga pantai. Biasanya, pengunjung memilih mengaksesnya dari Pantai Goa Cina, memarkirkan kendaraan di situ, lalu berjalan kaki sekitar 20 menit menuju Watu Leter.

  • Pantai Tiga Warna

Terkenal dengan warna air yang berbeda-beda, yaitu biru, hijau, dan putih, membuat pantai yang letaknya bersebelahan dengan Sendangbiru dinamai Tiga Warna. Pantai ini termasuk dalam kawasan konversi alam yang dikelola Clungup Mangrove Conservation (CMC). Dengan tampilan pantai yang terpelihara baik, pengunjung dapat menikmati bawah laut Tiga Warna dengan menyelam.

Karena termasuk dalam kawasan konservasi, pengunjung pun diharapkan untuk menjaga kebersihan pantai. Di pintu masuk, petugas mewajibkan pengunjung untuk menunjukkan semua barang bawaan, termasuk makanan dan minuman. Semua barang yang berpotensi menjadi sampah akan didata dan pengunjung diingatkan untuk tidak meninggalkan sampah di lokasi. Jika kedapatan melanggar aturan kebersihan ini, pengunjung akan dikenakan denda hingga Rp100.000.

  • Pantai Ngliyep

Berlokasi di Desa Kedungsalam, Donomulyo, Pantai Ngliyep dekat saja dari Pantai Pasir Panjang, hanya perlu berjalan kaki sekitar 50 meter untuk mencapainya. Diapit tebing di kiri dan kanan pantai, perairan di Ngliyep cukup tenang, sehingga aman untuk berenang. Sama seperti beberapa pantai lainnya di Malang Selatan, pengunjung diperbolehkan untuk berkemah di Pantai Ngliyep atau jika ingin lebih nyaman, tersedia penginapan sederhana yang berada dekat tepi pantai.

Untuk mendapatkan pemandangan terbaik, naiklah ke tebing untuk melihat pantai dengan warna air biru-kehijauan. Jika ingin mencari area pantai yang lebih sepi, dapat melakoni trekking singkat menuju Teluk Putri yang tersembunyi, namun berombak dahsyat. Perhatikan waktu kunjung ke Teluk Putri, terutama saat air pasang yang akan menutupi seluruh area pantainya dan menyisakan tebing-tebing karang yang mengelilinginya. Tiap tanggal 14 Rabiulawal, Pantai Ngliyep menjadi tuan rumah ritual Larungan, yaitu membawa sesaji menuju Gunung Kombang sebagai wujud syukur dan hormat kepada Ratu Pantai Selatan. Konon, Gunung Kombang dipercaya sebagai tempat pertapaan Nyi Roro Kidul sebelum menjadi penguasa Pantai Selatan.

Teks: Priscilla Picauly

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here