Hotel Eaton Workshop di Washington DC belum lama dibuka dengan misi untuk mendukung berbagai gerakan aktivisme dalam bidang sosial dan lingkungan, termasuk mengkritisi berbagai kebijakan Presiden Donald Trump yang kontroversial. Dengan lokasi yang juga kebetulan hanya beberapa blok dari Trump International Hotel, hotel butik yang menawarkan 209 kamar ini adalah milik Katherine Lo, puteri dari milyuner real estate asal Hong Kong, Lo Ka Shui, yang juga pemilik Langham Hospitality Group. Sejak kuliah di Yale, Lo pun telah aktif sebagai aktivis Greenpeace.
Dalam pekan pembukaannya, di rooftop bar-nya terlihat anggota Resistance Revival Chorus melatih lagu-lagu untuk berdemonstrasi, sementara di lobinya digelar workshop tentang pentingnya berperan aktif sebagai warga sipil, yang kebetulan semua event itu digelar untuk memprotes Presiden Trump. Oleh karena itu, segera saja Eaton DC dijuluki Hotel Anti-Trump.
Misi Mulia
“Saya tak keberatan dengan julukan itu. Toh, Eaton dibangun bagi para pejalan yang mencari inspirasi, inovasi, dan impact dalam masyarakat. Kami pun menyediakan panggung bagi para tamu, masyarakat setempat, dan anggota senat untuk berkumpul dan bertukar ide serta saling membangun awareness tentang berbagai masalah. Program-program yang akan kami tawarkan pun provokatif karena kami ingin menjadi inkubator bagi berbagai perubahan di bidang. Begitu pun pendekatan kami terhadap berbagai menu di restoran yang kami hidangkan. Hotel ini pun dilengkapi dengan perpustakaan yang memuat buku-buku karya penulis berpikiran radikal. Pokoknya, pengalaman di Eaton tak bisa didapat di hotel konvensional lain,” jelas Lo.
Konsep Eaton tercetus pada 2014, namun setelah pemilu Amerika Serikat pada 2016, Lo terbersit untuk meniupkan misi untuk mendukung berbagai aktivisme pada hotel yang akan dibangunnya. Sekilas, Eaton tak berbeda dengan hotel ramah lingkungan lainnya dengan rancangan interior yang “bersih” dan pencahayaan yang menyenangkan, plus pernak-pernik retro yang berkarakter.
Namun, detail-detail di hotel ini sengaja diberi sentuhan politik, misalnya Eaton tidak meletakkan Alkitab di meja sebelah ranjang seperti di hotel-hotel lain, melainkan buku Deklarasi Hak Asasi Manusia yang diterbitkan PBB. Signage toilet pun dibuat netral gender dan tak lama lagi hotel ini akan memiliki sebidang tanah yang didedikasikan untuk urban farming. Eaton juga memiliki stasiun radio sendiri untuk menyiarkan berbagai protes yang sedang digelar atau mewawancarai berbagai aktivis dan musisi yang sedang berkunjung ke hotel, selain memiliki ruang bioskop sendiri dan co-working space berkapasitas 300 orang. Spa di sini menawarkan berbagai perawatan New Age, seperti reiki, crystal healing, dan berbagai ramuan kebugaran yang diracik para shaman.
Semua itu sebenarnya bukan hal baru dalam hotel perhotelan. Yang membuat kehadiran Eaton Workshop unik adalah karena hotel ini menyumbangkan sebagian profitnya untuk mendanai berbagai gerakan yang didukungnya, misalnya untuk mengadakan event dengan mengundang tokoh-tokoh berpengaruh, membuat film atau artwork untuk mengedukasi masyarakat, dan bahkan mendanai wartawan investigasi untuk mengungkap berbagai masalah sosial. Meeting room-nya juga dapat digunakan secara gratis bagi para pendemo untuk mengadakan berbagai acara yang mendukung aksi.
Dalam beberapa tahun mendatang, Eaton berencana untuk membuka hotel serupa di Hong Kong, Seattle dan San Francisco.