Palembang tak hanya memiliki pempek karena pengaruh India dan Semenanjung Arab pun ikut mempengaruhi berbagai koleksi masakan di kota yang dibelah Sungai Musi ini. Jejak India dapat dinikmati pada nasi minyak atau nasi aromatik berwarna kuning yang diolah dengan kapulaga dan paling nikmati disantap bersama sate pentul dari daging sapi, ikan, maupun ayam yang dicampur rebung atau pepaya muda.
Bila ingin menikmati nasi minyak, berkunjunglah ke RM Haji Abuk (Jalan DR M. Isa No. 9, 8 Ilir) atau Martabak HAR yang memiliki beberapa cabang di Palembang, namun yang paling terkenal berada di dekat Jembatan Ampera, tepatnya di seberang Masjid Raya.
Meranjat, Musi Rawas, dan Sekanak adalah wilayah-wilayah di luar Palembang yang terkenal hidangan pindangnya. Pindang tulang (iga), patin dan udang (dengan udang galah sungai berukuran besar yang manis alami) dapat dinikmati di RM Pindang Musi Rawas (Jalan Angkatan 45 No. 18).
Karena selalu ramai, datanglah sebelum jam makan siang. Lengkapi berbagai masakan pindangnya dengan sambal petai udangnya yang tak jarang membuat pengunjungnya menambah nasi. Pilihan lain menikmati pindang adalah di RM Pindang Meranjat Jakabaring (Jalan Gubernur H. A. Bastari, Seberang Ulu I) yang menyajikan aneka pindang berbagai jenis burung.
Sebagai bukti kuatnya pengaruh Tiongkok, Palembang juga memiliki masakan berbasis mi, yaitu mi celor. Dinamakan demikian karena hidangan ini dimasak dengan mencelupkan – celor dalam bahasa setempat – mi ke dalam air panas, mirip metode mi kocok di Bandung atau mi ongklok di Wonosobo. Mi yang sudah matang kemudian disiram kuah santan bercampur aneka rempah dan kaldu udang, serta disajikan dengan cincangan udang dan irisan telur rebus. Mi celor autentik Palembang dapat dinikmati di Mie Celor Haji Syafe’I (kawasan 26 Ilir).
Tentu saja ke Palembang tak bisa melewatkan membeli kerupuk kemplang. Tempat yang direkomendasikan adalah Pasar Cinde di pusat kota yang sejak pagi selalu ramai oleh penjaja kue, pempek, ikan giling untuk membuat pempek, bumbu malbi, nasi minyak, dan kareh.
Palembang juga memiliki koleksi kue manis yang disajikan untuk acara-acara istimewa, seperti Kue Delapan Jam, yang sesuai namanya, pembuatannya memakan waktu delapan jam. Bila ingin mencicipi berbagai penganan manis tersebut, kunjungi berbagai pasar tradisional, seperti Pasar Cinde atau Pasar Kuto, selain di Toko Kue Palembang Harum (Jalan Merdeka, Lorong Roda No. 831).
Teks: Melinda Yuliani