Strava, aplikasi populer untuk komunitas aktif global, baru saja merilis laporan tahunan bertajuk Year In Sport: Trend Report yang memberikan wawasan menarik tentang tren olahraga di tahun 2024. Dengan menganalisis miliaran data aktivitas dari lebih dari 135 juta pengguna di 190 negara, termasuk Indonesia, laporan ini mencatat perubahan signifikan dalam cara orang memandang dan menjalani gaya hidup aktif.
Salah satu temuan utama laporan tersebut adalah pergeseran fokus dari latihan yang intens dan menguras energi menuju rutinitas yang lebih seimbang. Di tahun ini, olahraga tidak lagi identik dengan burnout.
Sebaliknya, banyak orang kini memilih untuk mengutamakan kesehatan mental dan fisik dengan memperpendek durasi latihan, menambah hari istirahat, serta memberi prioritas pada pemulihan aktif. Hal ini terlihat dari meningkatnya popularitas olahraga mikro – latihan berdurasi di bawah 20 menit – yang berkontribusi pada lebih dari 20 persen total aktivitas global.
Selain itu, olahraga juga semakin menjadi sarana untuk mempererat hubungan sosial. Partisipasi dalam klub lari meningkat drastis, dengan lonjakan hingga 83 persen di Indonesia dan 59 persen secara global pada tahun 2024. Laporan Strava mencatat bahwa aktivitas berkelompok mampu memperpanjang durasi olahraga hingga 40 persen dibandingkan saat dilakukan sendirian. Bagi Gen Z, olahraga bahkan menjadi cara favorit untuk menemukan teman baru dan bahkan mencari pasangan.
Tren sosialisasi ini juga tercermin dari meningkatnya waktu jeda saat olahraga berkelompok. Dengan durasi istirahat tiga kali lebih lama dibandingkan aktivitas individu, para peserta memanfaatkan momen tersebut untuk mengobrol dan membangun koneksi, menjadikan olahraga bukan hanya aktivitas fisik, tetapi juga pengalaman sosial yang menyenangkan.
Meski mengutamakan keseimbangan, pencapaian target olahraga tidak terhambat. Laporan Strava mencatat bahwa 72 persen target lari dan 77 persen target bersepeda berhasil diraih pada tahun ini. Bahkan, ada peningkatan 9 persen dalam jumlah maraton, ultramaraton, dan century ride yang tercatat di platform tersebut, menunjukkan bahwa pendekatan yang lebih santai tidak mengurangi semangat kompetisi.
Generasi yang lebih tua, seperti Boomers dan Gen X, tetap mendominasi dalam hal jarak tempuh dan pencapaian gelar King/Queen of the Mountain (KOM/QOM). Sementara itu, wanita semakin menunjukkan keberhasilan mereka, dengan peluang 20 persen lebih besar untuk meraih gelar tersebut dibandingkan pria pada tahun ini. Di sisi lain, latihan beban menjadi jenis olahraga dengan pertumbuhan tercepat di kalangan wanita, dengan peningkatan unggahan sebesar 25 persen.
Dalam hal perlengkapan olahraga, Nike Pegasus dinobatkan sebagai sepatu lari terbaik, sementara Garmin Forerunner menjadi favorit untuk jarak jauh. Alat berteknologi tinggi seperti sepatu berplat karbon juga semakin diminati, dengan peningkatan penggunaan sebesar 14 persen untuk semua jenis lomba. Tren fashion olahraga juga menunjukkan warna biru sebagai warna populer untuk tahun mendatang, meski perdebatan tentang panjang kaus kaki masih berlangsung di berbagai generasi.
Menurut Zipporah Allen, Chief Business Officer Strava, tahun ini menjadi bukti bahwa orang-orang kini lebih sadar dalam mengelola gaya hidup aktif mereka. Pendekatan yang lebih santai dan berfokus pada koneksi sosial menjadi indikator bahwa olahraga tidak lagi soal mendorong tubuh hingga batas maksimal. Dengan data yang menunjukkan keberhasilan lintas generasi, laporan ini merayakan keberagaman dan pencapaian luar biasa dari komunitas global Strava.
Laporan Strava 2024 menegaskan bahwa olahraga kini bukan sekadar aktivitas fisik, melainkan cara baru untuk menemukan keseimbangan hidup dan membangun hubungan yang bermakna. Di Indonesia, tren ini tidak hanya menginspirasi lebih banyak orang untuk berpartisipasi, tetapi juga menegaskan bahwa kebugaran adalah tentang perjalanan yang berkelanjutan dan mendukung kesejahteraan secara keseluruhan.